Sebelumnya, kita hanya bisa menikmati di resto siap saji. Jikalau ada di gerai-gerai street food, biasanya baru tersedia malam hari. Sejak ada Burger Shofee, kita bisa menikmati makanan khas barat ini kapan saja, dengan harga lebih ramah. Khajjar Rohmah, Samarinda Adalah Randy dan Sofiawaty, pasangan suami istri yang merintis usaha bisnis burger rumahan. Makanan khas barat yang identik dengan harga yang relatif mahal. Sehingga, makanan ini lebih akrab dinikmati masyarakat menengah ke atas. Ingin burger bisa dinikmati seluruh kalangan, dengan harga terjangkau dan rasa yang lezat. Randi dan Sofi mendirikan bisnis roti isi ini. Sejak 2016 silam. "Sebenarnya dulu bisnis kue kering, sebelum larinya ke burger. Kira-kira yang bisa dikonsumsi orang banyak," ujar Randy saat ditemui Disway Kaltim, Senin (20/1/2020). Randy menyebut, ide bisnis burgernya muncul karena anak-anaknya menyukai makanan ini. Namun dulu, burger hanya bisa dibeli di resto siap saji yang ada di mal-mal. Gerai burger yang dijual di pinggir jalan pun, biasanya baru tersedia di malam hari. Sehingga ia berpikir, bagaimana jika burger, dijual di pagi hari ? "Analoginya kayak nasi goreng. Biasa kan dijual di malam hari. Gimana kalau nasi goreng dijual pagi hari ? Laku nggak yaa ? Gitu juga saat saya memikirkan burger," kisah Randy. Randy kemudian memulai menjual burger kecil-kecilan. Hanya dengan satu meja dan etalase kecil di depan rumah. Hanya menyediakan 10 - 20 roti dalam sehari. Bisnis burgernya diberi nama Burger Hemat Shofee. Nama Shofee ia ambil dari nama istrinya Sofi. Niatnya, meniru nama brand mode besar seperti Shopie Paris. Dan Shopee, platform perdagangan berbasis online. "Kami cari nama yang mudah diingat. Mau pakai nama anak, anak saya cowok semua. Gak menjual. Kebetulan istri saya namanya Sofy, tapi kita tulisnya Shofee. Biar ketularan suksesnya, hehe," ujar ayah dari Aldo Gilang dan Ozan ini, sambil tertawa. Sementara kata 'hemat' sengaja ia cantumkan agar calon konsumen tak ragu membeli karena khawatir soal harga. Di awal bisnisnya, Randy mengaku tak memiliki banyak pembeli. Dagangannya tidak selalu laku. Apalagi ia hanya membuka lapak di depan rumahnya. Dalam gang kecil di Perumahan Tridaya Jalan Juanda Samarinda. "Orang banyak belum tahu. Karena memang kan dalam gang kecil. Di lihat pun tidak menarik," kenangnya. "Tapi alhamdulillah dari mereka yang mampir sini besoknya datang lagi. Sampe suatu ketika ada tetangga yang menyarankan masukan ke medsos," sambungnya. Kemudian ia mulai memasarkan produk burgernya di laman Facebook. Dari situ, peningkatan pembeli mulai terasa. Banyak yang memesan melalui pesan inbox dan WhatsApp. Bahkan Randy sempat menyewa jasa kurir untuk mengantarkan pesanan-pesanan burgernya. "Kita pemasarannya lewat live streaming di Facebook. Dalam hitungan minggu order langsung banyak. Katanya enak dan murah," kenang Randy. Untuk memudahkan jasa antar dalam usahanya, Randy memutuskan bermitra dengan Go Food dan Grab Food. Meski awalnya ia ragu, mampu kah ia yang hanya berdua istri, melayani orderan yang semakin tinggi. Kini bisnis burgernya semakin sukses. Ia biasa menyiapkan 700 hingga 1.000 roti burger setiap harinya. Randy memiliki 15 karyawan dalam membantu usahanya yang buka setiap hari mulai jam 9 pagi hingga 9 malam. Menu yang ditawarkan pun beragam. Ada 14 varian burger sapi dan ayam. Ada juga kebab, sosis, dan kentang goreng. Chicken Crispy Mozza dan Paket Komplit Beef Patties Burger menjadi menu yang paling laris. Harganya pun relatif murah, untuk burger hanya berkisar Rp 10 ribu hingga Rp 16 ribu. Randy menyebut, resep rahasia burgernya terletak di saus. Karena ia mengolah sendiri saus, sambal, dan mayonaise yang ia gunakan dalam sajian burgernya. "Sausnya memang home made. Saya sendiri yang racik. Kalau patty kita pake yang frozen dari pasaran," aku mantan penyiar di Radio Mahakam FM ini. Randy menyebut, dari hasil bisnis burgernya ia bisa memperoleh omzet Rp 10 juta per hari. "Jadi kalau sebulan, ya sekitar Rp 300 juta," akunya. Omzetnya bisa semakin bertambah ketika ada promo dari Grab Food. Karena jumlah pembeli juga meningkat pesat. Randy pun berharap kedepan, bisnis burgernya bisa semakin berkembang. Ia dan Sofi berpikir untuk membuka kedai burgernya di supermarket. Dengan packaging lebih menarik untuk menyasar masyarakat menengah atas. Atau membuka kedai yang menyediakan meja dan kursi yang nyaman untuk pelanggan makan di tempat. "Kalau yang sekarang ini kan, mungkin gaungnya besar, padahal kedainya segini aja," kata Randy sambil terkekeh. Randy juga mengaku tidak membuka franchise untuk bisnis burgernya untuk menjaga kualitas rasa. "Kalau di-franchise, kita kan gak tahu, mereka ngubah bahan dan rasa. Risikonya bisa ngerusak citra brand," katanya. Randy lebih memilih membuka cabang sendiri ketimbang franchise. Meski pun ia mengaku pernah membuka hingga lima cabang namun berhenti di tengah jalan. Karena kewalahan mengelola. Hingga ia putuskan untuk fokus mengurus yang sekarang saja. Ia berharap ke depan, Burger Shofee bisa lebih dikenal masyarakat. Serta bisa melakukan ekpansi bisnis ke luar Kota Samarinda. (eny)
Setiap Hari Siapkan hingga 1.000 Burger, Omzet Sebulan Rp 300 Juta
Rabu 22-01-2020,15:17 WIB
Editor : Benny
Kategori :