Korfball dan Upaya Melestarikan Olahraga Peninggalan Kolonial

Jumat 17-01-2020,21:50 WIB
Reporter : admin7 diskal
Editor : admin7 diskal

Korfball merupakan olahraga peninggalan Belanda yang kini sedang dipopulerkan lagi di Indonesia. (Tebe/ Disway Kaltim) Samarinda, DiswayKaltim.com - Pernah mendengar olahraga korfball? Olahraga yang satu ini memang belum terlalu familiar di telinga masyarakat Indonesia. Padahal olahraga ini, bersama sepak bola, sudah dimainkan di tanah air sejak zaman kolonialisme dulu. Jika menarik sejarah korfball di Indonesia, cabor ini sudah dimainkan sejak 1928. Terus berjalan hingga masa kemerdekaan Republik Indonesia. Bahkan di Pekan Olahraga Nasional (PON) edisi pertama tahun 1948, korfball menjadi salah satu cabor yang resmi dipertandingkan. Menyusul kemudian di PON IV tahun 1957. Setelah itu korfball seperti mati suri. Lalu sempat kembali berjaya di era 80-90an dan kembali vakum. Barulah di tahun 2012, organisasi korfball Indonesia legal di mata hukum. Dan sejak itu, perlahan, karfball mulai mengejar ketertinggalan mereka. Secara singkat, korfball adalah permainan bola keranjang. Berasal dari Belanda. Maka tak heran, di era kolonialisme, korfball sudah ada di Indonesia. Induk olahraga ini berasal di tempat kelahirannya, Belanda dan rutin menggelar turnamen skala internasional setiap tahunnya. Sebagai informasi, pertandingan korfball menggunakan bola seperti bola sepak alih-alih basket. Umumnya yang digunakan di Indonesia adalah bola berukuran 5. Tinggi dari keranjang adalah 3,5 meter tanpa papan pantul selayaknya bola keranjang lainnya, basket. Yang menjadi keunikan korfball adalah dalam satu pertandingan, masing-masing tim diperkuat 4 orang. 2 laki-laki, 2 wanita. Kaltim Mempopulerkan Korfball Melalui Sekolah Persatuan Korfball Seluruh Indonesia (PKSI) Kaltim sudah berdiri 4 tahun terakhir. Dan sudah terdaftar sebagai cabor resmi di KONI Kaltim. Ketua Pengprov PKSI Kaltim, Muhammad Barkati menjelaskan bahwa sepak terjang Kaltim di skala nasional sudah diakui. Pasalnya, tim korfball Kaltim yang mayoritas diisi atlet muda berstatus siswa kerap menggondol medali emas di kejurnas korfball. "Secara prestasi kami sudah diakui. Setiap kejurnas, pasti kami dapat medali. Kedepan, fokus kami adalah mempopulerkan cabor ini melalui sekolah-sekolah dengan rutin melakukan pembinaan dan menyelenggarakan kejuaraan daerah," jelas Barkati, Jumat (17/1/2020). Melihat rekam jejak Kaltim di kejurnas korfball, cabor ini bisa dikatakan sebagai olahraga prestasi. Oleh sebabnya Barkati berharap korfball dapat lebih diterima oleh masyarakat Kaltim terutama yang bercita-cita menjadi atlet. Barkati sendiri hadir langsung dan membuka kejuaraan daerah korfball Kaltim junior yang berlangsung di SMK Medika Samarinda yang akan berlangsung 17-19 Januari 2020. Turnamen tersebut diikuti 8 tim yang berasal dari Samarinda, Berau, Bontang, dan PPU. Kedelapan tim tersebut adalah Medika, SMP 47, Black Pink, SMP 27, King Quen, 27 KC, Rajawali, SMA N 7 Berau. Meski saat ini korfball belum juga dipertandingkan secara resmi di gelaran PON. Barkati optimistis bahwa upaya PB PKSI mempopulerkan cabor ini bisa dilirik untuk suatu saat menjadi cabor yang dipertandingkan di PON. "Tidak masuk di PON nanti, kita upayakan masuk di PON berikutnya. Fokus kami sekarang adalah mempopulerkan olahraga ini dulu. Untuk kejuaraan sementara ada yang antar klub, kejurda, kejurnas, hingga level internasional," tutup Barkati. (ava/fdl)

Tags :
Kategori :

Terkait