KUTAI KARTANEGARA, NOMORSATUKALTIM – Pilkada 2024 di Kutai Kartanegara menjadi persaingan antara 3 pasangan calon (Paslon) yang masing-masing memiliki kekuatan dan latar belakang politik yang berbeda.
Berikut analisa dari akedemisi politik terkait peluang kemenangan dua paslon non petahana pada Pilkada Kukar 2024.
Pakar politik dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Universitas Mulawarman (Unmul), Dr Saiful Bachtiar, memaparkan pandangannya tentang dinamika yang mungkin terjadi di Pilkada Kukar ini.
Paslon 01 yang diwakili oleh Edi Damansyah dan Rendi Solihin, sebagai petahana, diuntungkan dari segi pengalaman dan interaksi yang panjang dengan masyarakat.
BACA JUGA: Rumah Kosong di Tenggarong Hampir Hangus, Diduga Sengaja Dibakar
Menurutnya, Edi Damansyah sudah lebih dari 10 tahun menjabat, baik sebagai wakil bupati maupun bupati.
Hal ini memberikan keuntungan tersendiri bagi Edi Damansyah dari segi pengenalan dan interaksi langsung dengan masyarakat.
“Dengan masa jabatan yang panjang, posisi petahana tentu diuntungkan dari sisi interaksi sosial kepada masyarakat. Frekuensi dan volume interaksi mereka tentu lebih besar dibanding calon lainnya,” ungkap Dr. Saiful saat diwawancarai NOMORSATUKALTIM,pada Kamis (10/10/2024).
Namun, Dr. Saiful juga mencatat bahwa kelebihan ini tidak sepenuhnya membawa keuntungan.
BACA JUGA: Pemekaran Mangkurawang Darat Jadi Desa Baru Tunggu Perda Dulu
Menurut komisioner Bawaslu Kaltim 2 periode ini, sebagian masyarakat mungkin merasa tidak diperhatikan oleh kebijakan-kebijakan yang ada.
Ada juga persepsi tentang diskriminasi terhadap kelompok tertentu dalam perspektif ketidakmerataan pembangunan di beberapa wilayah kecamatan.
Ia melanjutkan, Paslon 02 yang maju melalui jalur independen, Awang Yacoub Luthman (AYL) dan Akhmad Zais (AZA), juga memiliki peluang yang kuat.
Awang Yacoub bukanlah sosok baru di panggung politik Kutai Kartanegara.
BACA JUGA: Pelayanan Prima Antarkan Kampung Kayu Indah Raih Penghargaan Desa Teladan