Di sisi positifnya, inflasi global dapat moderat lebih cepat daripada yang diasumsikan pada baseline, sehingga memungkinkan pelonggaran kebijakan moneter yang lebih cepat.
Selain itu, ada potensi pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat dari yang diperkirakan di Amerika Serikat.
Faktor-faktor seperti pemulihan yang lebih cepat dari pandemi, kebijakan fiskal yang mendukung, dan permintaan konsumen yang tinggi dapat menjadi pendorong pertumbuhan yang lebih positif dari perkiraan sebelumnya.
BACA JUGA : Peringatan OJK Jelang Idul Adha: Waspadai Penipuan Modus Kurban Online!
Dalam konteks ini, Ibrahim memproyeksikan bahwa mata uang rupiah akan mengalami fluktuasi yang dinamis namun cenderung menuju ke arah pelemahan.
Ia memperkirakan bahwa rupiah kemungkinan akan ditutup dengan nilai di kisaran antara Rp16.400 hingga Rp16.470 per dolar AS pada perdagangan Senin (17/6/2024).
Namun, perlu diingat bahwa proyeksi ini dapat berubah mengikuti dinamika pasar dan berbagai faktor eksternal yang memengaruhi nilai tukar.