"Sepanjang jalan MT Haryono banyak proyek peningkatan jalan, tapi PT Fahreza gak ada peningkatan. Kita merasakan debu dan macet setiap hari," katanya.
Jika mengamati sepanjang jalan MT Haryono, dimulai dari simpang lampu merah Balikpapan Permai sampai menuju kawasan global sport. Banyak aktivitas proyek peningkatan jalan dari kontraktor yang berbeda.
Semisal, peninggian jalan MT Haryono dekat simpang BJBJ, ada aktivitas urugan tanah dan peningkatan beton. Namun kritik warga soal macet dan debu cepat mereda karena progres pekerjaan berjalan dengan baik, kemajuan pekerjaannya terlihat perubahannya.
Begitu juga kawasan MT Haryono depan Hotel Maxone. Warga juga pernah mengeluh debu karena ada pekerjaan hampar tanah aggregat. Namun, berselang beberapa hari, jalan itu sudah mulus diaspal.
Perbandingan ini bisa jadi contoh, bisa jadi tolak ukur. Mengapa hujatan media sosial melulu ditujukan kepada PT Fahreza, kontraktor pelaksana proyek DAS Ampal.
Karena warga merasakan langsung dampaknya. Terlebih di kawasan MT Haryono, salah satu titik proyek yang digarap PT Fahreza ibarat menghasilkan pabrik debu.
Dibiarkan Pemerintah Balikpapan
Kawasan MT Haryono, yang awalnya mulus, rapi, aman, kini jadi berantakan. Berdebu, kecuraman jalan kian membahayakan, sedikit hujan air malah cepat tergenang. Belum lagi material-material besar yang terserak di jalanan.
Kemacetan panjang juga kerap ditemukan.
Warga Balikpapan sudah ekstra sabar. Dari penutupan jalan yang lama, kerusakan jalan lingkungan, sampai debu dan medan yang kian membahayakan. Tapi yang diperoleh warga justru saling lempar kesalahan antara PT Fahreza dan dinas terkait.
Sampai-sampai Yoda Karya sebagai Konsultan Pengawas proyek DAS Ampal ini, justru ikut blingsatan dengan ulah kontraktor. Tanpa tedeng aling-aling, mengungkap pada media, jika PT Fahreza bekerja seperti mafia.
Hal itu diungkapkan langsung Tenaga Ahli MK Yoda Karya, Siti Fatimah, pada media ini.
Ia menumpahkan kekesalannya pada PT Fahreza. Kontraktor DAS Ampal dinilai bandel. Tak mau mendengarkan saran konsultan dan dinas PU. Bekerja semaunya. Tak heran, ia menganalogikannya seperti mafia.
Siti, orang baru di pengawasan proyek ini. Orang ketiga. Dua orang sebelumnya sudah lempar handuk. Tak kuat dengan ulah PT Fahreza. Siti sampai menyebut kekesalannya sudah membuncah.
Menurutnya PT Fahreza membongkar sejumlah titik tanpa kordinasi. Sedangkan arahan dari konsultan dan dinas PU, diabaikan. Siti juga mengilustrasikan, jika diukur level darah tingginya menghadapi kontraktor ini, dari level 1-10, gradenya ada di level 9.
"Darah tinggi terus menghadapi PT Fahreza," ungkap Siti. Yang lebih konyol, perusahaan ini tetap santai. Bahkan melobi Wali Kota Rahmad Mas'ud untuk meminta waktu lagi. Mau tak mau karena titah penguasa, MK tak bisa berbuat apa-apa.