Nomorsatukaltim.com - Desain program sektor pertanian di Kaltim harus dirancang secara sinergis, berkelanjutan dengan tujuan yang jelas. Yang hasilnya akan memberi dampak pembangunan dan kesejahteraan yang merata.
“Prioritaskan program pertanian pada kelompok tani masyarakat di bawah garis kemiskinan. Maka permasalahan kemiskinan dan pengangguran, sedikit demi sedikit akan tertangani,” ujar Asisten Perekonomian dan Administrasi Pembangunan Sekretariat Daerah Kaltim, Ujang Rachmad.
Ia bilang angka kemiskinan dan Tingkat Pengengguran Terbuka (TPT) menjadi perhatian Pemprov Kaltim saat ini. Angka kemiskinan di Kaltim per September 2022 tercatat sebesar 6,44 persen. Sedangkan TPT Kaltim per Agustus 2022, sekitar 5,71 persen.
Ujang menilai, sektor pertanian memiliki peran strategis dalam pengentasan kemiskinan dan pengangguran.
Pengembangan sektor pertanian daerah, seharusnya tidak hanya berorientasi pada peningkatan produksi atau ketersediaan komoditas untuk konsumsi pangan.
"Namun harus memiliki peran besar menurunkan angka kemiskinan dan tingkat pengangguran terbuka," saran Ujang.
Prinsip ini, menurutnya, harus ditanamkan di setiap Perangkat Daerah, unit kerja, serta mitra pembangunan yang membidangi sektor pertanian. Baik di tingkat pemerintah provinsi, kabupaten/kota, hingga desa/kelurahan.
“Jadi kalau buat program, jangan hanya berorientasi pada produksi, konsumsi, atau ekspor. Tetapi bagaimana program pertanian bisa berperan menurunkan angka kemiskinan dan pengangguran, sehingga pendekatan programnya bisa berbeda,” ingatnya.
Ia juga mengingatkan untuk mencapai peran besar ini, dapat dimulai dengan menyusun prinsip dasar pembangunan pertanian Kalimantan Timur yang sejalan dengan Indikator Kinerja Utama (IKU) dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).
Prinsip dasar inilah yang akan menentukan arah kebijakan pengembangan pertanian ke depan. Sehingga dampak pembangunan dari pengembangan sektor pertanian bisa signifikan bagi kesejahteraan masyarakat.
Ujang mengatakan, melalui program pembangunan di bidang pertanian diharapkan angka kemiskinan dan tingkat pengangguran terbuka dapat diturunkan.
Hal itu bisa ditempuh dengan memberdayakan masyarakat miskin dan belum bekerja, pada program-program di bidang pertanian.
"Seperti bantuan modal usaha tani, pembukaan lahan pertanian bagi masyarakat desa, dan bantuan pertanian lainnya," katanya.
Menurutnya Kaltim bukan tidak punya uang membeli beras dari Sulawesi atau membeli tomat dari Jawa.
"Kita punya uang untuk itu. Jual saja satu ton batu bara, cukup beli tomat dua bulan. Tapi bukan itu yang kita mau," tuturnya.
"Melainkan dengan membangun pertanian, kita punya tanggung jawab melekat menuntaskan kemiskinan dan pengangguran,” imbuhnya. (*/Ant)