Nelayan Balikpapan Kekurangan Sarana SPBN

Rabu 04-01-2023,12:00 WIB
Reporter : Rudi Agung
Editor : Rudi Agung

Nomorsatukaltim.com – Permasalahan bahan bakar bagi nelayan di Balikpapan seperti masalah klasik, yang kerap berulang. Dari kelangkaan, kasus pengetapan sampai distribusi yang tidak merata. Kali ini nelayan di Kelurahan Manggar Baru mengeluhkan tidak beroperasinya salah satu SPBN atau Stasiun Bahan Bakar Nelayan. Abdulrohman (50), nelayan Manggar Baru RT 31 meminta bantuan pemerintah terkait tidak aktifnya salah satu dari dua SPBN di sana. Untuk satu kali melaut, ia membutuhkan 15-20 liter. Lantaran SPBN yang berhenti beroperasi, ia kerap tidak kebagian jatah dan akhirnya tidak bisa melaut. “Ada sih tempat pengisian bahan bakarnya tapi yang satunya sudah tidak aktif, tidak beroperasi. Saya gak tahu kenapa. Jadi kadang kekurangan bahan bakar,” keluhnya, ketika ditemui, Selasa (4/1/2023). Abdulrohman berlayar setiap pukul 05.30 Wita dan kembali pukul 12.00 siang. Aktivitas melaut itu telah menjadi bagian hidupnya selama 30 tahun terakhir, demi menafkahi tiga anaknya yang masih remaja. Sedangkan istrinya telah berpulang. "Saya menjadi nelayan kurang lebih 30 an tahun, Mas. Yah beginilah kondisi nelayan hujan kehujanan, panas kepanasan. Saya pergi melaut jam setengah enam pagi, pulang jam dua belasan siang," ujarnya. Sehari-hari ia menggunakan kapal dengan jenis dua mesin domping. Ia berharap kepada Pemerintah Balikpapan agar memperhatikan nelayan. Terutama soal bahan bakar, karena saat ini kondisinya sangat terbatas bahkan kekurangan. "Tempat pengisian bahan bakarnya kurang. Saya punya harapan Mas, mudahan pemerintah dengar. Nelayan ini kan gak muluk-muluk yah untuk diperhatikan lebih, tapi mbok ya masa bahan bakar seperti solar saja gak ada perhatian khususnya, tolonglah,” pintanya. Kalau keadaan damai, ya udah tenang-tenang saja. Yang kami butuhkan bahan bakar melaut untuk mencari ikan. Ia melanjutkan, “Betul ada dua tempat pengisian bahan bakar di Manggar ini, di TPI dan dekat rumah susun, yang mati sekarang (tidak beroperasi, red) di situ. Tinggal satu jadinya, ya ditambahlah tempat pengisiannya." Seharmoni dengan Abdulrohman. Ridwansyah, nelayan yang telah berusia 64 tahun, ini mengamini keluhan temannya. Selain membutuhkan bahan bakar, ia berharap adanya bantuan lain dari Pemerintah Balikpapan. "Saya harap pemerintah lebih memperhatikan nelayan. Kami mohon bantuan kebutuhan pokok dan tunjangan peralatan untuk melaut," harapnya. Terkait minimnya bahan bakar, menurut Ridwan, berdampak pada tidak produktifnya nelayan. Mereka tidak bisa melaut, yang menyebabkan turunnya pendapatan nelayan. Efek dominonya bisa berimbas langsung ke masyarakat yakni harga ikan menjadi mahal. “Kan kita juga salah satu penyedia bahan pokok makanan masyarakat, apalagi kalau cuaca lagi buruk begini,” ujar Ridwan. Minimnya bahan bakar nelayan dan cuaca buruk, bisa berdampak pula pada capaian target produksi perikanan Balikpapan. Sebelumnya Kepala Dinas Pangan, Pertanian dan Perikanan Balikpapan, Heria Prisni, mematok target untuk tahun 2023. Pihaknya menargetkan produksi ikan bisa mencapai ribuan ton. Produksi itu mencakup ikan tangkap dan budidaya. “Target tahun 2023 di sektor perikanan Balikpapan, sebesar 4.300 ton. Itu  bidang ikan tangkap maupun budidaya,” jelas Heria. Reporter: Taufik

Tags :
Kategori :

Terkait