Tenaga Surya Terangi Desa

Kamis 03-11-2022,22:41 WIB
Reporter : Devi Alamsyah
Editor : Devi Alamsyah

Rasio elektrifikasi di Kalimantan Timur memang belum 100 persen terpenuhi. Masih ada desa-desa terisolir yang belum menikmati penerangan di malam hari. Jaringan PLN pun masih terkendala sulitnya akses. Solusi sementara, Pemprov Kaltim membangun program listrik desa dengan memanfaatkan tenaga surya.

PEMPROV Kaltim menargetkan elektrifikasi desa bisa segera terpenuhi. Infrastruktur untuk mendukungnya pun sedang dikebut. Termasuk berkoordinasi dengan PLN wilayah Kaltim-Kaltara. Wakil Gubernur Kaltim Hadi Mulyadi menyebut ada 199 desa belum teraliri listrik di wilayahnya. Kendati, katanya, tidak benar-benar gelap. Karena sebagian terbantu dengan program listrik desa meski belum 24 jam bisa terang. “Sudah berlistrik namun kebanyakan masih memanfaatkan listrik desa,” katanya. Yang dimaksud listrik desa adalah yang tidak mendapat pasokan dari PLN. Ini lantaran aksesnya yang sulit ditembus sehingga belum terkoneksi dengan jaringan PLN. Desa-desa itu kebanyakan memanfaatkan teknologi tanaga surya atau PLTS. Dibantu oleh pemerintah daerah. Pemprov Kaltim pun sudah meminta PLN untuk mendukung percepatan elektrifikasi ke desa-desa tersebut. Di antaranya dengan membangun distribusi jaringan listrik. "PLN sedang berusaha melakukan percepatan pembangunan distribusi jaringan sehingga seluruh desa dapat teraliri listrik PLN," tegas Hadi. Dari data yang didapat, jumlah desa di Kaltim ada 1.038. Yang sudah teraliri listrik PLN berjumlah 839 desa, non PLN 186 desa dan menggunakan Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE) 13 desa. Sehingga rasio desa berlistrik PLN adalah 80,83 persen. Salah satu potensi untuk memenuhi kebutuhan listrik desa adalah memanfaatkan tenaga surya atau solar cell. Secara geografis, untuk wilayah Kaltim, potensi radiasi sinar matahari mencapai 1.000 Wattpeak (Wp) per meter persegi. Wattpeak sendiri adalah nominal watt yang dihasilkan dari panel surya. Pemprov memperkirakan jika tersedia panel surya hingga 20 persen, daya listrik yang didapat bisa 200 Wp per meter persegi. Karena itu Pemprov Kaltim kini serius membangun pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Tercatat Pemprov Kaltim telah membangun 53 PLTS di sejumlah kabupaten/kota. Seperti Berau, Bontang, Kubar, Kukar, Kutim, Mahulu, Paser dan PPU. Kembali ke Hadi, untuk menyalurkan listrik ke desa-desa akan dilakukan dengan membangun PLTS komunal. Yakni PLTS yang di pasang di suatu lokasi, untuk kemudian ditransmisikan dan di distribusikan kepada pelanggan. PLTS komunal bisa berdiri sendiri dengan membangun jaringan mandiri yang kemudian didistribusikan ke pelanggan. Atau bisa juga interkoneksi dengan jaringan PLN. "Untuk lokasi yang jauh dari jangkauan jaringan PLN, penyediaan listrik akan dipenuhi melalui pemba Potensi POME Pemprov Kaltim sudah merancang rencana untuk memenuhi kebutuhan listrik masyarakat. Regulasi untuk itu sudah diatur dalam Pergub Kaltim nomor 8 tahun 2019 tentang Rencana Umum Energi Daerah (RUED). Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Kaltim Munawar membebernya secara gamblang. Ada lima sasaran yang hendak dicapai melalui RUED tersebut. Pertama, target rasio elektrifikasi hingga 100 persen pada 2025. Itu berarti seluruh desa di kawasan perbatasan negara sudah teraliri listrik. Targetnya bisa menerima pasokan energi listrik sampai 600 Watt setiap hari. Kedua, akses masyarakat mendapatkan BBM dan LPG. Ketiga, terjaminnya ketersediaan listrik untuk kawasan industri di Kaltim, khususnya Kariangau, Bontang dan Maloy. Keempat, memaksimalkan pemanfaatan potensi energi baru terbarukan (EBT). Pemprov Kaltim menargetkan 2025 mendatang bauran EBT sudah mencapai 12,4 persen. Kelima, tercapainya sejumlah indikator energi. Seperti: elastisitas energi 0,45 di tahun 2025, pemakaian energi 13,05 TOE/miliar rupiah tahun 2025, pemakaian energi final per kapita 2,19 TOE tahun 2025. Dan terakhir pemakaian listrik per kapita 2.138 kWh di tahun 2025 (kWh/kapita/tahun). Munawwar menjelaskan pula dalam RUED mencakup sejumlah misi. Salah satunya menjamin ketersediaan energi untuk masyarakat dan meningkatkan akses masyarakat untuk mendapatkan energi dengan harga terjangkau,” ujarnya. Langkah lain untuk memenuhi kebutuhan listrik masyarakat adalah dengan memanfaatkan EBT. Potensi yang saat ini bisa dikembangkan adalah POME, atau limbah cair kelapa sawit. Ada tujuh daerah di Kaltim saat ini tengah mengembangkan potensi pembangkit listri dari POME ini. Yaitu: Kutim, Kukar, Berau, Kubar, PPU, Paser dan Mahulu. Masing-masing daerah memiliki potensi tandan buah sawit (TBS) dan mampu menghasilkan kapasitas pembangkit hingga puluhan megawatt (MW). Yang terbesar adalah di Kabupaten Kutai Timur (Kutim). Potensi POME yang dihasilkan 5.015.811,02 meter kubik (M3) dengan kapasitas pembangkit 44,55 MW. Kemudian Kukar dengan jumlah POME 2.224.551,62 meter kuk dan kapasitas 19,76 MW. Memang masih banyak tantangan untuk memenuhi kebutuhan listrik tersebut. Namun Munawwar optimistis 2025 mendatang sudah tidak ada daerah di Kaltim yang gelap gulita. (boy/dah)
Tags :
Kategori :

Terkait