Cabai Lagi Mahal, Disperindag Kukar: Masyarakat Kurangin Makan Pedes ya

Senin 13-12-2021,21:36 WIB
Reporter : Disway Kaltim Group
Editor : Disway Kaltim Group

Kukar, nomorsatukaltim.com – Hargai cabai sedang tidak nikmat belakangan ini. Biar uang bulanan tetap aman, Pemkab Kukar punya solusi berupa imbauan. Yakni kurangi makan pedas selagi mahal.

Meroketnya harga beberapa bahan makanan, tidak hanya disebabkan menjelang Natal 2021 dan Tahun Baru 2022 (Nataru) saja. Namun juga disebabkan faktor kondisi alam. Seperti cuaca buruk yang terjadi beberapa bulan belakangan.

Cabai termasuk komoditi kebutuhan pokok yang terdampak cuaca. Harganya di pasaran kini sedang pedas sekali. Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kukar mengaku tidak bisa berbuat banyak. Karena bahan makanan dari tanaman holtikultura ini, tidak dapat dilakukan intervensi. Layaknya kebutuhan dasar lainnya.

Faktor lainnya, cabai bukan tanaman yang cepat panen. Selain itu, si pedas ini cepat membusuk. Jadi dipastikan tak mungkin ada praktik penimbunan dalam jumlah besar.

Lain halnya jika itu bukan tanaman holtikultura. Seperti minyak goreng, gula, dan lainnya, masih bisa dilakukan intervensi harga. Dengan cara menyiapkan pasar murah, operasi pasar. Ataupun melakukan razia untuk mencari oknum yang menimbun barang kebutuhan, sehingga harga melambung tinggi.

"Kita berharap dengan melakukan imbauan saja, mengurangi jumlah konsumsi kepada masyarakat," jelas Kabid Perdagangan, Disperindag Kukar, Sayid Fhatullah, pada Harian Disway Kaltim, Senin 13 Desember 2021.

Ini ditambah, 70 persen kebutuhan Kukar, termasuk cabai, masih banyak dipasok dari luar Kaltim; Pulau Jawa dan Pulau Sulawesi. Ketika memang memasuki musim cuaca buruk, proses distribusi dipastikan terganggu. Dampak paling terasa, ya kenaikan harga komoditas tersebut.

Namun, Sayid Fhatullah kembali menambahkan. Jika masyarakat harus sedikit "mengerem" konsumsi komoditas tersebut. Ditambah itu bisa dikatakan masuk dalam kebutuhan sekunder. Dapat disubstitusi dengan baham pangan lainnya yang serupa. Meski memang, cabai tidak bisa lepas dari lidah orang Indonesia.

"Walau ada gejolak kalau menurut kami, (masih) riak-riak saja, bahannya dan barangnya masih ada, dan dapat terbeli (dengan jumlah terbatas), bukannya tidak ada sama sekali," lanjut Sayid Fhatullah.

"Kurangi konsumsinya, kalau permintaan berkurang, akhirnya harga juga pasti stabil," timpalnya.

Sejauh pengamatan di lapangan, Sayid Fhatullah menyebut harga cabai yang mendominasi kenaikan. Naik signifikan mencapai 3-4 kali lipat. Dengan harga mencapai Rp 100 ribu lebih per kilogramnya.

Jika komoditas minyak goreng juga ada kenaikan sedikit 5-10 ribu, juga gula dan bahan lainnya jelang Nataru ini. Meski masih masuk kategori stabil dan dianggap normal saja.

"Saya kira masyarakat kita sudah terbiasa dengan turbulensi harga, cuma yang terdampak warung-warung kecil, itupun tidak terlalu berpengaruh," pungkas Sayid Fhatullah. (mrf/ava)

Tags :
Kategori :

Terkait