Menata Harga Getah Karet Kutai Barat

Senin 05-07-2021,22:34 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

Kubar, nomorsatukaltim.com - Kabupaten Kutai Barat punya potensi besar dalam beberapa produk perkebunan. Ada kelapa sawit, kelapa, lada, kakao, kemiri, kopi dan karet. Komoditas terakhir mendominasi kontribusi pada total produksi se-Kaltim.

Produksi karet Kaltim pada 2018 lalu pernah mencapai 90 ribu ton. Kutai Barat, yang masyarakatnya mayoritas menanam karet berkontribusi 39 persen. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi karet Kutai Barat pada 2016 hingga 2018 berturut turut adalah 30.669 ton, 34.964 ton, 35.306 ton. Jika melihat masyarakat miskin di Kutai Barat, sebagian besar dari mereka adalah petani dan menggantungkan hidup pada perkebunan karet. Namun produktivitas karet di Kubar tidak berbanding lurus dengan kesejahteraan masyarakat. Nilai jual yang rendah menjadi masalahnya. Yang disebut berasal dari para pedagang perantara yang mengontrol harga. Alasannya ada pada kualitas yang rendah. Para pekebun pun resah. Jumadi, salah satu pekebun karet di Kecamatan Sekolaq Darat mengakui, kualitas karet mereka kerap dijadikan alasan harga getah karet murah. “Ya itu ulah permainan para tengkulak. Padahal kualitas getah kita bagus,” ujar Jumadi saat disambangi di kediamannya di Kampung Sumber Bangun Kecamatan Sekolaq Darat, Sabtu lalu. Persoalan lainnya, kata Jumadi, kurangnya perhatian pemerintah akan bantuan pupuk kebun karet. “Andai saja pupuk karet kita terima seutuhnya juga dapat membantu produksi getah karet kita. Sebab, berpengaruh sekali dengan produksinya. Kalau pakai pupuk atau vitamin, saya sendiri saja bisa memproduksi getah karet 400 hingga 500 kilogram per minggunya. Kalau tidak pakai pupuk paling hanya 200 hingga 250 kilogram saja,” ungkapnya. Ia mengaku, masyarakat Kubar sejatinya mayoritas bermata pencaharian sebagai penores karet. Meski begitu, diungkapkannya, harga jual karet sempat anjlok selama beberapa tahun terakhir. Namun semua itu berubah ketika ada perusahaan pengelola getah karet di Kubar. Masalah harga yang kerap dijadikan permainan para mafia karet mulai terkikis. “Sudah dua bulan ini memang harga karet kita bagus. Sekarang dibeli Rp 7 ribu hingga Rp 8 ribu per kilonya. Jauh beda dengan dulu hanya berkisar Rp 4.500 per kilonya,” beber Madi sapaan akrabnya kepada awak Disway Kaltim/nomorsatukaltim.com Soal pupuk, pernyataan Jumadi ditepis Kepala Dinas Pertanian Kubar Petrus saat dihubungi media ini. Petrus menyebut upaya pemberian bantuan pupuk kepada petani karet di Kubar telah berjalan. Namun, memang belum terealisasi. “Kabupaten Kutai Barat tahun 2021 ini mendapatkan bantuan keuangan dari Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) untuk pengadaan pupuk cair. Tidak tanggung-tanggung, pengadaan pupuk cair dengan besaran biaya sekitar Rp 18 miliar tersebut digelontorkan untuk membantu sektor pertanian. Salah satunya untuk petani kebun karet,” jelas Petrus. Dia menjelaskan, anggaran tersebut nantinya akan digunakan pada sektor perkembangan pertanian di wilayah Kutai Barat. Penyaluran bantuan pupuk cair tersebut, lanjut Petrus, memang akan segera dilaksanakan pada tahun ini. Tetapi itu setelah dilakukannya proses verifikasi Calon Petani Calon Lokasi (CPCL) yang sudah dibentuk timnya. Menyikapi harga beli rendah, Pemerintah Kutai Barat pun menyadari akan memberi dampak pada kesejahteraan hidup para pekebun karet. Oleh sebab itu, pemerintah daerah terus berupaya untuk menstabilkan harga jual. Baru-baru ini, Wakil Bupati Edyanto Arkan didampingi Kepala Dinas Pertanian Petrus melakukan peninjauan ke PT Davco di Kampung Mencimai Kecamatan Barong Tongkok. Ini adalah salah satu pabrik pengelolaan karet di Kota Beradat. Kunjungannya itu untuk melihat langsung bertemunya mata rantai produksi yang berkaitan dengan kualitas dan harga karet. “Kualitas yang diinginkan sudah hampir terpenuhi, di mana K3 dari masyarakat sudah di atas 50 persen yang semula hanya 30 persen. Harga yang diberikan juga cukup baik sesuai dengan kualitas karet. Tertingginya Rp 10 ribu per kilogram, dan terendah Rp 4.500 per kilonya,” terang Wabup. Melihat hasil produksi karet 30 persen dari petani masih kotor, oleh karenanya ia meminta Dinas Pertanian untuk terus menyosialisasikan ke masyarakat agar produksi karet bersih. Ini sangat berpengaruh dengan harga jual petani yang dibeli perusahaan pengelola karet. Orang nomor dua di Kubar ini tak henti mengimbau petani karet untuk meningkatkan produksi. Sesuai keperluan PT Davco yang mencapai 600-700 ton setiap bulannya. Untuk diketahui, salah satu kecamatan pemasok karet terbanyak di Kubar yakni Kecamatan Sekolaq Darat. “Produktivitas karet dari para petani Sekolaq Darat mencapai 200 ton tiap bulan. Jika dihitung keseluruhan produksi karet di Kubar kan 300 sampai dengan 400 ton per bulan. Nah ini setengahnya rata-rata dari Sekolaq Darat,” beber Direktur PT Davco Amerigon Abraam. Kecamatan Sekolaq Darat menjadi contoh bagi daerah lainnya yang untuk meningkatkan produktivitas dengan kualitas terbaiknya. “Sebab, pengembangan pasar semula hanya dipasok pada trader namun saat ini sudah langsung ke pengguna di Tangerang dan Tangerang Selatan. Langsung industri hilir,” kata Amerigon. LUK/ENY
Tags :
Kategori :

Terkait