Haji Sasa: Hamparan Rindu dan Cinta Seorang Anak

Kamis 10-06-2021,12:00 WIB
Reporter : admin12_diskal
Editor : admin12_diskal

Taj Mahal yang berdiri megah di Agra India, dibangun atas rasa kecintaan Kaisar Mughal V yakni Shah Jahan untuk istrinya Mumtaz Mahal. Perihal yang bagi banyak orang lain dianggap kegilaan, namun menjadi sebuah mozaik kecil kenyataan tak terbantahkan.

nomorsatukaltim.com - Begitupun rasa rindu dan cinta pada orang tua, membuat kegilaan positif lainnya hadir di Jl Damanhuri, Kota Samarinda. Bagaimana tidak! Sebuah bangunan mewah berdiri kokoh dengan warna cat biru yang semula dibangun sebagai tempat tinggal, lantas berubah fungsi jadi rumah untuk menampung para lansia dan orang terlantar. Itulah yang dilakukan Haji Suriansyah alias Haji Sasa ketika rindunya makin tak terbendung, terhadap ibundanya, yakni Tuah binti Kastawi yang wafat pada 2019 lalu. "Kenapa rumah ini berubah fungsi dari rumah tempat tinggal lantas menjadi rumah bagi lansia dan orang terlantar termasuk menjadi Yayasan,” katanya. “Karena rumah ini merupakan rumah milik almarhumah ibu, yang saya bangun untuk beliau. Namun baru ditempatinya selama delapan bulan, beliau kemudian wafat," ujarnya saat dijumpai, baru-baru ini. Ia teringat bagaimana Ibunya berjuang dengan luar biasa untuk membesarkan anak-anaknya dengan bekerja sebagai buruh cuci pakaian, sementara suaminya hanya bekerja sebagai buruh bangunan. Kemiskinan yang membuat miris hati. Jika melihat dirinya yang sekarang, tentu tak terlintas di benak kita jika ia pernah di titik tersebut. "Apa yang saya miliki, merupakan pemberian Allah SWT, tentu seiring rida dan doa seorang ibu. Sehingga semua amal dan pahala berkaitan penggunaan rumah lansia dan orang terlantar ini diperuntukan untuk Almarhumah Ibu," jelas anak Mansyur bin Taman ini, saat diwawancarai, Ahad 6 Juni 2021. Untuk itulah mengapa kemudian Haji Sasa menampung para lansia dan orang-orang terlantar di rumah ini, dengan membuat Yayasan Peduli Sesama (YPS) Mansyur Tuah. Termasuk juga mendirikan beberapa masjid, pondok pesantren, membantu orang miskin dan kaum duafa, membantu dan menyekolahkan anak yatim piatu, serta kepedulian terhadap sesama terus dilaksanakan sebagai sebuah jalan hidup. "Pertama kali saya mengambil seorang lansia, ialah seorang perempuan yang menyewa sebuah bangunan dan ia dalam keadaan sakit. Lantas saya membawanya ke rumah ini, seminggu kemudian ada lagi kejadian serupa dan saya bawa lagi ke rumah. Lalu ada anak yang menitipkan orang tuanya, saya terima surganya mereka. Hingga sekarang ada 15 orang lansia yang ada disini, kami semua menjadi keluarga baru yang saling berbagi makna kehidupan," jelas pria kelahiran 1974 ini. Para lansia itu begitu senang tinggal di rumah milik Almarhumah Tuah binti Kastawi, bahkan Haji Sasa tidak mau mengekang orang-orang tua dan lansia tersebut. Seringkali ditawarkan pada para lansia yang masih memiliki anak, apakah mau tinggal kembali bersama anak mereka atau tetap di sini. Semuanya menjawab tetap tinggal di sini bersama dengan Haji Sasa. Jawaban tersebut membuatnya menitikkan air mata, teringat bagaimana hari-hari saat bersama ibunda tercinta. (RJW/BAY)
Tags :
Kategori :

Terkait