Tak habis-habis masalah sampah. Selain akses jalan menuju tempat pembuangan akhir (TPA) yang rusak, armadanya pun sudah tua. Tak laik jalan, terlebih melewati jalan rusak. Tumpukan sampah pun “menghiasi” ibukota Sendawar.
nomorsatukaltim.com - Pemkab Kubar mengambil langkah sigap menangani masalah tersebut. Menurunkan beberapa alat berat untuk memperbaiki jalanan yang rusak. Bahkan diklaim oleh Sekretaris Kabupaten (Sekkab0 Ayonius mampu mengatasi masalah sampah di Kota Sendawar.
Pada kenyataannya, pernyataan Sekkab itu memang tak seindah yang diharapkan. Meski diketahui sudah ada upaya yang dilakukan, namun yang terjadi sekarang, sampah masih saja ada yang berceceran. Tak jauh dari situ, masalah angkutan sampah tak lepas kaitannya dengan armada itu sendiri. Kali ini Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kubar, Ali Sadikin pun bersuara.
Bukan soal jalan yang mesti diperhatikan kondisinya saat ini, melainkan juga armada pengangkut sampah yang dinilai tak laik pakai itu. Ia membeber jumlah kendaraan pengangkut sampah berjumlah sebelas unit, dari kesekian itu, hanya tiga unit layak pakai, sisanya sudah tak laik sekali.
“Ada yang keropos yang memang nda bisa kita paksa. Sempat dibaikin lagi, tapi tak berumur lama, paling seminggu di lapangan rusak lagi,” ungkap Ali kepada wartawan.
Mirisnya lagi kata dia, kondisi alat berat alias ekskavator di TPA rusak parah.
“Dengan kondisi begini, apa mau di kerja kalau alat semua rusak. Ga mungkin dengan cara manual,” sesalnya lagi.
Ia mengaku, upaya peremajaan armada sampah terkesan lambat. Tapi apalah daya, alam berbicara lain. Rusak di saat volume sampah terus meningkat.
“Kami tetap jalankan. Walaupun kemarin sempat dipertanyakan kinerja LH ini. Ya nda bisa diapa-apakan. Kondisi alat berat kita juga sudah banyak keropos. Sementara kita dituntut melayani secara prima. Buldoser kita ini low, tenaganya 500 meter aja sudah payah. Nah ekskavator kita juga terduduk, ini sudah dari zamannya Perkim. Kami tanyakan dengan UT (United Tractors) biaya perbaikannya kurang lebih Rp 322 juta,” tandas Ali.
Tak ingin dianggap pandai berkomentar saja, ia pun bersolusi dengan mengubah pola pengelolaan sampah lewat daur ulang. Konsepnya 3R, yaitu reduce atau mengurangi, reuse atau menggunakan kembali, dan recycle atau mendaur ulang.
Menurutnya dengan metode itu, persoalan sampah akan sedikit terkendali. Juga kemudian, sistem pengelolaan tempat pembuangan sementara (TPS) dikelola secara maksimal, dengan membangun lebih banyak lagi TPS di beberapa titik yang laik.
Ia menyebut, hingga saat ini volume sampah di empat kecamatan wilayah Ibu Kota sudah mencapai 9 juta ton per tahun. Artinya dalam sebulan, jumlah sampah mendekati 800 ribu ton. Lantas masih mampukah TPA Belaw menampung barang bekas tersebut? (luk/zul)