Wajah Muram Penerapan Prokes COVID-19

Selasa 04-05-2021,10:29 WIB
Reporter : Disway Kaltim Group
Editor : Disway Kaltim Group

Jakarta, nomorsatukaltim.com - Pasar Tanah Abang menjadi sorotan dengan segala riuh sesak para pengunjung jelang lebaran. Di pusat tekstil itu layaknya tak pernah ada pandemi COVID-19.

Sejumlah pihak mempertanyakan pengawasan Pemprov DKI Jakarta. Lantaran ibu kota tengah menegakkan aturan Penerapan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) skala mikro. Terlebih kasus COVID-19 beberapa pekan terakhir naik. “Mengindikasikan dengan jelas bahwa Pemprov DKI gagal dalam melaksanakan PPKM Mikro secara komprehensif. Artinya kebijakan-kebijakan itu hanya formalitas. Karena implementasi di lapangan tidak sesuai,” ujar pengamat kebijakan publik Universitas Trisakri, Trubus Rahadiansyah, Senin (3/5). Trubus juga melihat Pemprov DKI kurang dalam mengedukasi warga terkait penerapan protokol kesehatan (prokes). Faktanya, masih banyak warga yang tidak mematuhi prokes pencegahan COVID-19. Di sisi lain, ia melihat kesadaran masyarakat akan prokes yang makin surut. Pakar epidemiologi Universitas Airlangga, Windhu Purnomo menyoroti faktor komunikasi publik Gubernur DKI Anies Baswedan maupun pejabat lainnya dalam kejadian di Pasar Tanah Abang. Windhu menilai para pejabat publik kerap melontarkan pernyataan-pernyataan yang membuat persepsi risiko masyarakat terhadap virus corona menurun. Ia menyayangkan banyak pejabat yang menggembar-gemborkan angka penyebaran virus corona seolah turun. Padahal, data menunjukkan bahwa angka kasus positif COVID-19 di Indonesia stagnan. “Kalau komunikasi publik kita bagus dan disertai dengan bukti dan logis, tentu masyarakat banyak yang akan meningkat lagi persepsi risikonya. Sehingga tidak akan datang sembarangan ke tempat belanja, wisata, dan lain-lain,” ujar Windhu. Ia juga menyayangkan pemerintah terlalu mengglorifikasi program vaksinasi. Padahal, jumlah vaksinasi yang sudah dua dosis baru mencapai 3 persen dari jumlah penduduk. Sementara pemerintah menargetkan 181 juta penduduk Indonesia atau sekitar 70 persen dari jumlah penduduk menerima vaksin untuk mencapai herd immunity. “Seolah-olah vaksinasi sudah menjadi obat mujarab. Padahal belum,” tandasnya. Usai meninjau kerumunan Pasar Tanah Abang, Anies lebih menyoroti penggunaan masker dalam penerapan prokes. Menurutnya, penggunaan masker merupakan hal terpenting untuk mencegah penyebaran COVID-19 di pusat grosir terbesar se-Asia Tenggara tersebut. Sementara masalah jaga jarak, transaksi tunai yang berisiko terhadap penularan COVID-19 dan lain-lain belum disinggung. “Kalau yang kita lihat tadi hampir semua menggunakan masker. Praktis tidak ada yang tidak menggunakan masker. Itu yang utama,” ucapnya saat ditanya wartawan ihwal penerapan prokes para pedagang di Stasiun KRL Tanah Abang, Minggu (2/5). Anies tak menjelaskan lebih lanjut soal penerapan prokes di Tanah Abang. “Cukup ya,” ujar dia. Meski demikian, Anies telah menyiapkan tiga langkah strategi dalam merespons kerumunan Pasar Tanah Abang. Pertama, meminta kereta commuterline Jabodetabek tidak berhenti di Stasiun Tanah Abang pada pukul 15.00 WIB sampai 19.00 WIB. Langkah berikutnya, Pemprov DKI melarang pedagang berjualan di luar kawasan pasar. Serta, Pemprov akan merekayasa lalu lintas dan mengatur jumlah pengunjung yang masuk ke Pasar Tanah Abang. (cnn/qn) Sumber: Sesak Pasar Tanah Abang, Wajah Buram Aturan PPKM Mikro di DKI
Tags :
Kategori :

Terkait