Zoom Gotong Royong

Kamis 18-03-2021,06:47 WIB
Reporter : Disway Kaltim Group
Editor : Disway Kaltim Group

BEGITU banyak pertanyaan tentang Vaksin Gotong Royong. Yang sebelumnya disebut Vaksin Mandiri itu. Untung ada Rosan Roeslani. Maka Ketua Umum Kadin Indonesia itu yang menjawabnya.
Rosan memang dihadirkan sebagai narasumber terpenting di forum Zoom diaspora Indonesia Senin malam WIB lalu. Yang moderatornya berdomisili di empat negara.

“Sudah 11.000 perusahaan yang mendaftar. Itu pun masih tambah terus,” ujar Rosan dari Jakarta.

Minat orang untuk segera mendapat vaksin memang tinggi. Terbukti harus membayar pun antre. Banyak pula perusahaan yang tidak hanya ingin memvaksin karyawan dan keluarga. Pun juga ingin membantu memberikan vaksin untuk masyarakat sekitar perusahaan.

Apakah masyarakat sekitar boleh diikutkan vaksinasi Gotong Royong?
“Boleh. Sudah ada peraturannya sudah diterbitkan Menteri Kesehatan,” jawab Rosan –yang sebentar lagi menjabat Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat.

Ide melibatkan masyarakat sekitar itu muncul dari perusahaan perkebunan kelapa sawit. Juga dari perusahaan tambang. Agar masyarakat sekitarnya bisa ikut menikmati Vaksin Gotong Royong.
VGR memang inisiatif swasta. Yang ingin bisnis impor vaksin pun banyak. Mereka ingin manajemen dan karyawan perusahaan cepat dapat vaksin. Atas biaya perusahaan. Tanpa harus menunggu yang gratis dari pemerintah.

Tapi, kata Rosan, perusahaan-perusahaan itu harus membeli vaksin dari Biofarma (BUMN), Bandung. Agar satu pintu. Juga agar harga vaksin bisa dikendalikan.Syarat lain: VGR itu harus menggunakan vaksin yang bukan Sinovac dan bukan Pfizer. Yang dua merek itu sudah dibeli oleh pemerintah –untuk diberikan secara gratis ke masyarakat. Sekalian untuk memudahkan kontrol mana yang gratis dan mana yang berbayar.

Maka, menurut Rosan, vaksin untuk VGR nanti adalah Sinopharm, Sputnik V, Johnson & Johnson, dan Moderna. “Perusahaan juga dilarang memungut biaya dari karyawan. Harus benar-benar gratis. Tidak boleh ada pemotongan gaji dan sebangsanya,” ujar Rosan.

Ada juga yang bertanya: sudah berapa banyak rakyat Indonesia yang divaksin? “Sampai hari ini sudah 4 juta orang. Kita bisa vaksinasi sebanyak 390.000 orang/hari,” ujar Rosan. “Mulai Juni-Juli nanti bisa 500.000 orang/hari,” tambahnya.

Lalu ada yang bertanya soal paspor vaksin. Maklumlah peserta Zoom ini adalah orang yang sering bepergian antar-negara. “Apakah Indonesia sudah membicarakan dengan negara lain, khususnya antar negara ASEAN?”.

“Kalau dengan Singapura sudah sangat intens,” jawab Rosan. Artinya masih belum ada keputusan. Sedang yang dipersiapkan sekarang ini adalah paspor vaksin untuk perjalanan di dalam negeri.

Lalu ada yang bertanya: bagaimana perkembangan vaksin dalam negeri?
“Kalau vaksin dalam negeri tinggal Vaksin Merah Putih. Yang Vaksin Nusantara izinnya sudah ditolak oleh BPOM,” jawab Rosan.
Vaksin Merah Putih, kata Rosan, adalah vaksin yang dikembangkan oleh Kemenristek bersama Lembaga Eijkman dan Universitas Airlangga Surabaya. “Tapi baru pertengahan tahun depan dimulai uji cobanya,” katanya.

Di antara banyak acara Zoom saya, Zoom dengan diaspora ini paling efektif. Saya sangat suka –meski harus sampai jam 12.00 malam.
Itulah acara seminggu sekali. Kami bisa reuni sedunia. Adi Harsono –suami Marie Pangestu– jadi penasihatnya dari Washington DC.
Di forum ini pembicara dibatasi maksimum hanya 2 menit. Yang bertanya pun bicaranya langsung pada pokok pertanyaan. Bicaranya hanya satu atau dua kalimat. Tidak ada yang muter-muter.

Malam itu, Butet Kartaredjasa diminta bicara soal vaksinasi. Yang khusus untuk seniman di Jogja. Yang dilaksanakan di padepokan Bagong Kussudiardja, ayah Butet. “Setelah Bung Karno baru kali ini ada presiden yang memperhatikan seniman dengan perhatian lebih,” ujar Butet.

Presiden Jokowi memang menyaksikan acara vaksinasi seniman itu.
Pencipta lagu James F. Sundah, salah satu moderator yang tinggal di New York, sempat bertanya soal sejarah nama Butet. Ternyata nama itu terkait dengan kisah kunjungan seniman Indonesia ke Vietnam –di zaman Bung Karno. Dalam rombongan itu termasuk Bagong, ayah Butet. Di Vietnam itu, setiap kali penyanyi Indonesia dapat sambutan meriah. Terutama setelah lagu Batak berjudul Butet dinyanyikan. Hadirin selalu berdiri –standing ovation. Termasuk pemimpin besar Vietnam Ho Chi Minh. “Maka ayah saya bilang anaknya nanti akan diberi nama depan Butet. Tidak peduli laki atau perempuan,” katanya.

James, pencipta lagu Lilin-lilin Kecil, lantas menceritakan riwayat lahirnya lagu Tanah Airku, ciptaan Ibu Sud. Waktu itu Ibu Sud masuk dalam rombongan kesenian Indonesia di World Fair New York. Ada juga Bagong di rombongan itu.

Mereka disiapkan hanya untuk tiga bulan di New York. Sebelum musim dingin, mereka direncanakan sudah kembali ke tanah air.

Tags :
Kategori :

Terkait