Bontang, nomorsatukaltim.com- Pernyataan Wakil Wali Kota Bontang Basri Rase masih terus menggelinding bak bola salju. Memantik barisan kelompok politisi. Mereka menolak Pelabuhan Lok Tuan Bontang dimanfaatkan untuk bongkar muat batu bara.
Jumlahnya pun bertambah. Setelah Ketua DPRD Bontang, Andi Faizal Sofyan Hasdam menyatakan sikap penolakannya, kemarin giliran Ketua Fraksi Gerindra - Berkarya, Sutarmin. Ia ikut dalam barisan anti coal di Pelabuhan Lok Tuan.
Sutarmin menggenapi jumlah anggota dewan yang menolak rencana Pelabuhan Lok Tuan Bontang digunakan bongkar muat batu bara. Yakni jadi 6 orang. Mereka adalah Andi Faiz, Nursalam, Bakhtiar Wakkang, Faisal, Amir Tosina dan Sutarmin.
Suara penolakan itu mencuat lantaran mengomentari pernyataan Basri. Saat peluncuran Co-Working Space di Kelurahaan Api-Api. Ketika itu, Basri memberi peluang bagi Pelabuhan Lok Tuan digunakan untuk kepentingan bongkar muat batu bara.
Alasan Basri ketika itu sederhana. Ia ingin menciptakan Bontang ramah investasi. "Kalau investasi yang bisa serap tenaga kerja jangan kita halangi," ujarnya ketika itu.
Sementara barisan penolak beralasan, peruntukkan Pelabuhan Lok Tuan itu untuk kepentingan pelayaran umum. Bukan industri, apalagi batu bara.
Politisi Gerindra, Sutarmin, menganggap aktivitas industri harusnya dilokalisasi di wilayah Bontang Lestari. Investor diminta membangun pelabuhan khusus untuk kepentingan mereka. Tak memanfaatkan dermaga yang dibangun dengan APBD Bontang itu.
"Lebih baik bangun pelabuhan sendiri lah di Bontang Lestari. Toh wilayahnya juga sangat strategis," ujar Sutarmin.
Bontang Lestari lokasinya berbatasan dengan pesisir. Sejumlah industri swasta juga sudah berdiri di lokasi tersebut. Itu juga sesuai dengan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kota Bontang. Wilayah selatan diperuntukkan untuk kawasan industri baru.
"Ketimbang di Pelabuhan Lok Tuan yang padat penduduk itu," katanya.
Di samping itu, lanjut Sutarmin, mobilisasi batu bara dari kilometer 3 menuju Pelabuhan Lok Tuan akan melintasi pemukiman padat penduduk. Tentu, hal itu akan menjadi masalah baru bagi masyarakat setempat. Ancaman debu dari lalu lintas kendaraan angkutan batu bara bisa berdampak bagi kesehatan. (wal/dah)