Kopral Gampang, Babinsa Panutan Pembina Petani di PPU

Selasa 09-03-2021,11:39 WIB
Reporter : bayong
Editor : bayong

PPU, nomorsatukaltim.com - Peran seorang Bintara Pembina Desa alias Babinsa tak hanya semata untuk melaksanakan pembinaan teritorial saja. Lebih dari itu. Meliputi banyak sekali aspek. Yaitu aspek SDM, SDA, sarana-prasarana dan infrastruktur di wilayah binaannya.

Nah, seperti yang dilakukan seorang Babinsa Giripurwa, Penajam, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Kaltim, Gampang. Ia berhasil menggerakkan petani desa melalui tanaman hortikultura dan sayur-mayur. Bahkan, Gampang kini dipercaya menjadi Ketua Poktan Harapan Baru dan Ketua Gapoktan Bina Tani Mandiri Desa Giripurwa. "Saat ini ada 32 petani hortikultura dan sayur-mayur di Desa Giripurwa yang saya bina. Dengan rata-rata lahan yang digarap seluas 2 hektare per orang," ujar Babinsa Giripurwa Kopral Satu Gampang baru-baru ini. Ia juga bertani. Lahan yang ia harap luasnya 2 hektare. Setengah hektare merupakan lahan pribadi. Yang dibeli sejak tahun 2008. Sisanya ialah lahan yang dipinjamkan dari masyarakat. Lahan itu kosong yang tidak termanfaatkan selama ini. "Bertani merupakan hobi saya, sementara sebagai Babinsa yang harus membina desa merupakan tugas utama saya. Maka kemampuan bertani ini menjadi tanggung jawab saya untuk menularkan kepada warga binaan saya," ucapnya. Gampang membina masyarakat untuk menanam berbagai komoditi hortikultura. Seperti pepaya madu, pepaya california, dan semangka. Sementara tanaman sayur antara lain sawi, terong, dan cabai. Untuk pepaya, rata-rata per hektare terdiri antara 1.000 -1.500 pokok. Setelah 8 bulan pasca tanam, pepaya sudah bisa panen. Pada panen perdana ini, rata-rata per hektare sepekan menghasilkan 750 kilogram. "Saat umur pohon 2,5 tahun bisa produksi 1,5 ton per hektare per pekan. Untuk harga fluktuatif antara Rp 3.000 per kg hingga Rp 6.000 per kg, tapi rata-rata Rp 5.000 per kg," terangnya. Untuk pemasaran hasil panennya itu, ia mengaku tidak sulit untuk menjualnya. Karena banyak pembeli yang justru datang. Kemudian ada pula yang dijual ke pasar terdekat. Yakni Pasar Petung dan Pasar Induk, bahkan ada pembeli dari Balikpapan. Malahan saat ini ia kewalahan melayani pembeli. Terutama untuk permintaan pepaya madu. Sehingga pepaya tersebut tidak pernah masak di pohon. Karena masih mengkal pun sudah ada pembeli yang datang. "Pembelinya kebanyakan langsung datang ke sini. Ada juga yang pesan melalui daring (medsos), mereka akan datang dan bayar setelah barang siap. Pokoknya soal penjualan, saya tidak repot karena mereka datang sendiri," pungkasnya. (rsy/boy)
Tags :
Kategori :

Terkait