Yang Pergi saat Vaksinasi

Senin 08-03-2021,10:09 WIB
Reporter : admin3 diskal
Editor : admin3 diskal

Di tengah upaya pemerintah meningkatkan kekebalan tubuh dengan vaksinasi, korban wabah COVID-19 masih berjatuhan. Akhir pekan lalu, seorang tenaga kesehatan di Balikpapan wafat. Bukti vaksinasi belum mampu redam wabah.     

Dokter Rizqoni Imam Noor mengembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Kanujoso Djatiwibowo, pada Sabtu (6/3).  Ia merupakan dokter yang mengabdi di UPTD Puskesmas Muara Rapak. Kepergian Rizqoni Imam Noor menambah catatan korban meninggal akibat infeksi corona. Satgas Penanganan COVID-19 Kaltim mencatat adanya 4 kematian dan 396 kasus baru pada Sabtu (6/3). Dengan demikian secara kumulatif tercatat 1.354 orang meninggal dunia. Tim mitigasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kaltim mencatat, jumlah tenaga kesehatan (nakes) yang wafat di seluruh Indonesia mencapai 647 orang. Jumlah itu berupa akumulasi Maret 2020 hingga pertengahan Januari 2021. Pada pertengahan Februari 2021, jumlah kematian nakes bertambah sebanyak 757 orang. Dengan rincian dokter 317 orang, perawat 235 orang, bidan 106 orang, dokter gigi 33 orang, ahli teknologi laboratorium medik 17 orang, rekam radiologi 6 orang, terapis gigi 2 orang, sopir ambulans 2 orang, dan sanitarian sebanyak 5 orang. Serta tenaga kesehatan lainnya sejumlah 34 orang. Sekretaris Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kaltim, Swandari Paramita mengatakan, sudah ada 7 dokter yang wafat karena terinfeksi COVID-19. Data itu, belum termasuk kelompok nakes lainnya. "Kami hanya pegang data dokter di IDI, kalau dengan nakes lainnya, pasti lebih banyak," terang Swandari Paramita, Minggu (7/3). Ke tujuh dokter itu, di antaranya adalah Sriyono yang bekerja di Dinas Kesehatan Kota Balikpapan, Edisyahputra Nasution Mantan Direktur RSUD IA Moeis Samarinda, Djailani pensiunan dokter di RSKD Balikpapan. Bambang Soeyanto Kepala Puskesmas Temindung Samarinda, Fadjar Nur dokter di Rumah Sakit Pertamina Balikpapan, Subandi Mantan Kepala Dinas Kesehatan Kota Balikpapan dan Rizqoni Imam Noor dokter di Puskesmas Muara Rapak Balikpapan. Lanjut Swandari, belum ada tanda-tanda penyebaran kasus akan melandai. Bahkan saat ini, Kaltim masuk sebagai daerah dengan penyebaran kasus COVID-19 tertinggi setelah Jakarta. Dengan indeks kumulatif sebanyak 1559.32 per 100 ribu penduduk. "Angka itu tidak kecil ya. Bahkan sangat tinggi. Karena jumlah penduduk Kaltim hanya 3,5 juta jiwa. Dibandingkan dengan Jakarta yang jumlah penduduknya 10 juta jiwa, atau Jawa Timur yang lebih dari 30 juta," jelas Swandari. Dari data Dinas Kesehatan (Diskes) Provinsi Kaltim. Angka kasus konfirmasi positif rata-rata di atas 300 kasus per hari. Balikpapan dan Kutai Kartanegara mendominasi jumlah kasus. Balikpapan, juga menyumbang angka kematian tertinggi untuk pasien COVID-19. Belum Sempat Divaksin "Banyak yang menanyakan apakah beliau tertular setelah divaksin. Saya sampaikan almarhum belum sempat divaksin," ujar Kepala Dinas Kesehatan (Diskes) Balikpapan Andi Sri Juliarty ketika ditanya soal Rizqoni Noor Imam. Ketika tahapan vaksinasi pertama untuk tenaga kesehatan (nakes) dilaksanakan, Rizqoni menunda penyuntikan lantaran menjalani perawatan diabetes dan hipertensi. "Jadi penyakit ini merupakan komorbid beliau, yang membuat penyakitnya jadi lebih berat setelah tertular COVID-19," katanya. Ia menegaskan, Rizqoni meninggal dunia lantaran terpapar COVID-19, bukan varian virus B117, yang kini kasusnya marak ditemukan di Pulau Jawa. "Belum ditemukan (kasus B117 di Balikpapan)," singkatnya. Menurutnya, antisipasi dan pencegahan B117, sama saja dengan COVID-19 yakni menerapkan 5M. Menggunakan masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan dan mengurangi mobilitas. "Tetap pakai masker, karena penularannya tetap lewat pernapasan. Hidung dan mulut," katanya. Menurut Andi Juliarty, sejauh ini upaya antisipasi dan proteksi para dokter dan nakes masih mengikuti ketentuan dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Seperti jadwal kerja maksimal delapan jam dalam sehari. Insan kedokteran yang merawat pasien COVID-19 juga memaksimalkan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD). "Sudah kita lindungi sesuai ruangan-ruangan bertugas. Level-level APD kita sesuaikan," katanya. Upaya lainnya yakni menyediakan asupan nutrisi. Namun demikian, ia mengakui masih ada nakes yang terkonfirmasi positif lantaran profesi mereka rentan dan masih ada faktor risiko kerja meskipun kecil. "Dokter yang meninggal setelah terkonfirmasi positif di Balikpapan sudah ada empat orang," ungkapnya. Mereka adalah Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat dan Plt Kepala Bidang Kesehatan P2P Diskes Balikpapan Sriyono, Dokter Spesialis THT RSKD Balikpapan Djailani, serta Dokter di Rumah Sakit Pertamina Balikpapan (RSPB) M Fajar Nur. Selain dokter, satgas juga mencatat nakes yang meninggal terkonfirmasi positif lainnya. Yakni perawat yang bertugas di Instalasi Anastesi RSKD Dadang Hari Santoso, serta Apoteker Ahli Madya di RSKD Semaun Gaharu. Dokter Dio, sapaanya, menyebut saat ini vaksinasi dosis pertama untuk nakes sudah mencapai 104 persen. Sedangkan dosis kedua vaksinasi nakes masih berjalan. "Terutama nakes yang lansia belum selesai. Sehingga kita memang belum mencapai 100 persen pada dosis kedua," imbuhnya. VAKSIN TAK MENJAMIN Sekretaris IDI Kaltim, Swandari Paramitha mengatakan di tengah sebaran kasus yang tinggi, risiko terpapar virus semakin rentan. Dalam proses vaksinasi pun, jika seseorang baru menerima vaksin suntikan pertama. Kemudian, esok hari terpapar virus. Kondisinya bisa saja memburuk karena antibodi belum terbentuk. Lagipula kata dia, vaksin memang tidak menjamin seseorang terbebas dari paparan virus. Vaksin hanya memperkuat antibodi, agar seseorang yang terpapar virus tidak jatuh dalam kondisi serius. Sehingga ia mengimbau kepada masyarakat untuk mendukung proses vaksinasi COVID-19. Agar angka kematian pasien karena infeksi virus bisa diminimalisir. Masyarakat diminta untuk tidak takut divaksin. Atau pun khawatir akan efek vaksinasi. Karena vaksin yang digunakan saat ini sudah melalui berbagai tahapan uji klinis. Dan dipastikan aman digunakan. "Secara umum, kita bisa sampaikan kejadikan ikutan pasca imunisasi di Indonesia sangat kecil. Kalau dihitung persentasenya ini satu kasus dibandingkan sekian juta capaian vaksin kita. Jadi, tidak perlu khawatir," ujar Swandari. Di Kaltim sendiri, capaian vaksin tahap pertama untuk nakes telah mencapai 83 persen untuk penyuntikan dosis kedua. Sementara proses vaksinasi tahap kedua. Untuk petugas pelayanan publik dan lansia baru mencapai 5,52 persen. Sugesti Baik Menerima Manfaat Vaksin Terkait vaksinasi tahap kedua yang ditujukan kepada kelompok yang lebih luas, Wakil Ketua I DPRD Penajam Paser Utara, Raup Muin mengimbau masyarakat tak takut. "Sama sekali tidak ada rasanya. Saya tidak merasa juga ada efek tidak enak setelah divaksin. Jadi dari pengalaman saya, vaksin ini aman," ucapnya baru-baru ini. Mulai hari ini sejumlah daerah memang kembali melakukan vaksinasi tahap kedua. Kelompok yang menjadi sasaran ialah pekerja publik dan pemuka agama. Menurut Muin, program vaksinasi harus didukung demi kesehatan bersama. Menurutnya, vaksin merupakan salah satu jalan keluar dari situasi pandemi. Soal adanya penolakan terhadap vaksin merk Sinovac ini meyakini pemerintah tidak mungkin mencelakakan rakyatnya. "Ada ahlinya yang menyatakan soal itu. Saya jelas bukan ahli kesehatan. Jadi kadang ada yang bukan ahlinya, merasa seolah paham. Itu yang salah," sebutnya. Bagi Raup, yang terpenting menyikapi vaksin ini ialah pikiran seseorang. Yang membuat vaksin ini berdampak buruk ialah prasangka. Selain memang karena ketahana tubuh penerima yang berbeda-beda. "Sehat itu datangnya dari pikiran. Makanya, sebisa mungkin berpikiran yang baik. Berikan kepada tubuh itu sugesti yang bagus, agar bagus juga yang diterima badan kita," tegas politikus partai Gerinda ini. Di PPU, proses vaksinasi tahap kedua dibagi 3 termin. Termin pertama dijadwalkan pekan pertama. Ada 1.050 penerima. Termin kedua yang disasar kalangan wartawan dan para guru. Ketiga untuk para pelaku usaha. Penyintas Bisa Vaksin Bupati Berau Sri Juniarsih menjalani vaksinasi di Balai Mufakat, Sabtu (6/3), setelah memenuhi syarat sebagai penerima vaksin kategori penyintas COVID-19. Kepala Dinas Kesehatan Berau, Iswahyudi membenarkan, penyintas COVID-19 bisa divaksin sesuai Surat Edaran (SE) Kementerian Kesehatan Nomor HK.02.02/11/368/2021 tentang pelaksanaan vaksinasi untuk kelompok lanjut usia, komorbid, ibu menyusui dan penyintas COVID-19. Sesuai petunjut teknis (Juknis), penyintas COVID-19 dapat disuntik minimal tiga bulan setelah dinyatakan sembuh. Sementara, bupati Berau sudah dinyatakan sembuh sejak 29 September 2020. "Bupati sudah memenuhi syarat. Jadi kami rekomendasikan untuk melaksanakan vaksin pertama tahap II," ucapnya kepada Disway Berau, Sabtu (6/3). Sementara, Bupati Berau Sri Juniarsih mengaku, tidak khawatir atau ketakutan saat disuntik vaksin. Justru, vaksin ini akan menjadi energi tambahan dalam melaksanakan program 100 hari kerja. "Vaksin ini berfungsi sebagai booster, jadi sangat perlu," ungkapnya. Sri -sapaan akrabnya, mengajak seluruh masyarakat Kabupaten Berau untuk menyukseskan vaksinasi sebagai upaya bersama menanggulangi penyebaran COVID-19. “Karena pemerintah tidak bisa bekerja sendiri, tanpa bantuan masyarakat. Dengan vaksin, imun kita meningkat. Dan itu, sudah menjadi upaya bersama melawan COVID-19,” ucapnya. krv/ryn/rsy/yos/fst/app
Tags :
Kategori :

Terkait