Samarinda, nomorsatukaltim.com - Tidak adanya liga basket pelajar terbesar di Indonesia, Developmental Basketball League (DBL) pada musim 2020. Membuat hingar bingar perbasketan sedikit meredup. Karena walau diikuti oleh kelas pelajar, DBL nyatanya selalu jadi hajatan besar di setiap daerah penyelenggara. Musim ini, DBL kembali digelar. Seri pertama di Mataram, NTB. Telah dituntaskan. Jumat 5 Maret, Kota Palembang giliran menyelenggarakan seri keduanya.
DBL seri NTB sendiri sudah kelar pada 26 Februari lalu. Perhelatannya memang tak seperti biasa. Dijalankan dengan protokol kesehatan ketat. Dengan pengawasan ketat dari regulator setempat. Sehingga tak ada keramaian dari tribun penonton. Yang pada seri DBL tahun-tahun sebelumnya selalu berisik.
Namun begitu, CEO dan Founder DBL Indonesia Azrul Ananda tetap bangga. Bahwa di bawah bayang-bayang pandemi COVID-19. DBL seri perdana itu bisa sukses digelar. Dipilihnya Kota Mataram sebagai pembuka seri DBL musim ini sendiri. Dikatakan Azrul. Selain sikap kooperatif regulator dan pemerintah setempat. Juga ada histori lain antara DBL dan Mataram.
“Dulu, ketika pertama kali mengembangkan DBL keluar Jawa Timur, kota pertama yang kami datangi adalah Mataram. Sekarang setelah sempat rehat setahun karena pandemi, kami juga memulai DBL lagi di Mataram,” ujar Azrul.
Walau belum ada aturan baku soal penyelenggaraan event olahraga saat ini. Tapi experience yang didapatkan tim DBL di Mataram disebut Azrul sangat luar biasa.
“Kolaborasi seperti ini yang kami yakini akan dapat membangkitkan kembali industri olahraga dan penyelenggaraan event di Indonesia,” jelasnya.
Selain peran baik regulator. Komitmen masyarakat dan peserta DBL seri Mataram disebut jadi kunci dari suksesnya gelaran ini. Karena berbeda dari musim sebelumnya. Kali ini, seluruh peserta wajib menjalani swab test 3 jam sebelum bertanding. Perangkat pertandingan pun menjalani prosedur serupa.
“Ini adalah bagian screening awal kami untuk menekan risiko persebaran virus COVID-19. Sedikitnya kami menjalankan total 820 tes swab sepanjang lima hari pertandingan,” ujar Wakil Direktur DBL Indonesia Donny Rahardian.
Selain itu, seluruh pihak yang terlibat di DBL juga tetap harus menjalankan protokol yang umum dilakukan di tempat publik seperti mengukur suhu tubuh, membersihkan tangan dengan desinfektan, dan menggunakan masker.
Selama penyelenggaraan DBL 2021 di Mataram, penyelenggara juga melarang kedatangan penonton umum untuk menghindari kerumunan. Sebagai solusi, DBL Indonesia menyiapkan infrastruktur agar seluruh pertandingan dapat ditonton secara live stream melalui aplikasi DBL Play.
“Pada musim sebelumnya, kami sudah menjalankan live stream, tapi hanya pada beberapa pertandingan. Tahun ini, seluruh peserta di DBL seri NTB ikut tampil dalam tayangan live stream. Tanpa terkecuali,” ujar Donny.
Hasilnya, di luar dugaan DBL Indonesia. Tayangan live stream ternyata berhasil menggantikan kehebohan khas DBL di lokasi acara, bahkan lebih heboh. Terhitung hingga 1 Maret 2021. DBL seri Mataram sedikitnya sudah menyedot 188.290 views dan masih terus bertambah.
“Penonton kami di live stream jauh lebih tinggi daripada penonton kami biasanya di lapangan. Dalam satu gim, penonton uniknya bisa mencapai 11.594 sampai 8 kali lebih banyak dari kapasitas gedung,” ujar Azrul.
“Ini menunjukkan antusiasme yang luar biasa dari masyarakat dan juga bisa merefleksikan bagaimana masyarakat sudah sangat ingin menonton pertandingan olahraga, walau harus dengan cara yang baru,” tambahnya.
Penerapan protokol kesehatan yang ketat pada DBL 2021 di Mataram mendapatkan respons positif dari Kapolda NTB Irjen Pol Muhammad Iqbal yang sejak awal terus memberikan arahan kepada DBL Indonesia sebelum liga berjalan.
“Sejak awal, kami melihat bahwa penyelenggaraan DBL seri NTB bisa menjadi pionir penyelenggaraan liga olahraga dengan protokol yang ketat. Dan hasilnya, saya berani bilang, penerapan protokol kesehatan memang berjalan dengan sangat ketat dan sangat detail. Seluruh pihak di-screening dengan swab antigen real-time, tiga jam sebelum tanding. Selesai bertanding, lapangan, bola, kursi, semua melalui proses sterilisasi. Kerumunan juga tidak ada sama sekali,” ujar Iqbal.