Volume Sampah Balikpapan Naik 7 Ton Per Hari selama Pandemi

Kamis 25-02-2021,01:09 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

Balikpapan, nomorsatukaltim.com - Produksi sampah di Kota Minyak mencapai 467 ton per hari. Jumlahnya meningkat 7 ton per hari selama masa pandemi. Hal itu disampaikan Wali Kota Balikpapan Rizal Effendi, Rabu (24/2/2021) . "Tujuh ton itu karena kita banyak WFH (Work From Home) sehingga kita ini banyak di rumah," ujarnya.

Masalah yang dihadapi Dinas Lingkungan Hidup (DLH) saat ini, kata dia, juga berkorelasi dengan habit atau kebiasaan masyarakat menyisakan makanannya. Sehingga jumlah sampah yang berasal dari sampah rumah tangga meningkat. Jenis sampah paling banyak yakni sisa-sisa makanan yang terbuang. "Kalau dipersentasekan dari sampah yang terbuang itu, terbesar adalah sisa makanan. Hampir 37 persen sisa makanan," ungkapnya. Kebiasaan mubazir itu perlu menjadi perhatian, katanya. Ia berharap perangkat daerah di tingkat kecamatan dan kelurahan mengedukasi warganya sampai di tingkat RT. "Kalau makan jangan banyak-banyak yang dibuang. Karena sekarang anak kita kadang tidak mengerti. Dikira makanan ada terus," urainya. Ia menilai ada perbedaan atau perubahan perilaku soal makanan. Rizal merasa ada perbedaan kebiasaan generasi milenial. Lantaran ada peningkatan budaya konsumtif. Wali kota dua periode itu juga menyebut, sebenarnya pengelolaan sampah di Kota Minyak sudah berjalan baik. Buktinya Kota Balikpapan sering diminta lembaga-lembaga kelas dunia yang konsen terhadap pengelolaan sampah dan lingkungan, untuk membicarakan bagaimana pengelolaan sampah. "Saya juga pernah dilatih di Kota Kyosu di Jepang. Rata-rata di negara maju persentase sampah yang terbuang di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) kira-kira 25 persen," ungkapnya. Namun saat ini, secara nasional, keadaan itu terbalik. Hanya 25 persen sampah yang diolah. Sementara 75 persen sampah sampai di TPA. "Jadi biar kecil TPA-nya, sampah tersisa juga kecil. Kalau sekarang ini kita tambah terus (lahan TPA)," ungkapnya. Kondisi itu membuat TPA memerlukan lahan yang luas. Setiap periode bisa menambah lahan sampai sekitar 10 hektare. Sehingga dianggap butuh upaya merubah sudut pandang dan pengelolaan sampah yang benar, mencontoh negara-negara maju. "Saya mohon nanti masyarakat diedukasi tentang pengelolaan sampahnya," imbuhnya. (ryn/eny)
Tags :
Kategori :

Terkait