Otak-atik DOB Samarinda Seberang; Pernah Dilobi, Namun Enggan Dilepas Bupati

Senin 15-02-2021,13:50 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

Samarinda, nomorsatukaltim.com - Otak-atik skema pemekaran wilayah Samarinda Seberang sejak 2016, sempat memasukkan nama Kecamatan Sangasanga. Yang kini berada dalam wilayah administrasi Kabupaten Kutai Kartanegara. Seperti diketahui, Sangasanga pernah menjadi bagian wilayah Kota Samarinda.

Skema itu disusun untuk melengkapi syarat administrasi pembentukan Daerah Otonomi Baru (DOB) Samarinda Seberang. Yang membutuhkan sedikitnya lima kecamatan untuk diajukan menjadi kabupaten terpisah. Cerita itu diungkap Ketua Tim DOB Samarinda Seberang, Jafar Abdul Gaffar. Jafar mengungkapkan, bahwa timnya sudah pernah bertemu bupati Kukar, yang saat itu dijabat Rita Widyasari. Pertemuan itu untuk melobi agar mau melepas wilayahnya yang kaya minyak, batu bara dan cerita sejarah itu. Pertemuan dilakukan beberapa kali. Namun tak ada kesepakatan yang diperoleh. Rita kekeh mempertahankan Sangasanga sebagai bagian Kutai Kartanegara. "Tidak bisa kita mengajak Loa Janan dan Sangasanga bergabung," ucap Jafar ketika memberikan pengantar dalam pertemuan membahas kelanjutan DOB Samarinda Seberang, baru-baru ini. Camat Sambutan Nofiansyah, yang sebelumnya menjabat sekretaris camat Loa Janan mengatakan bahwa ada sebagian warga Loa Janan dan Sangasanga yang memiliki keinginan bergabung ke dalam pemekaran Samarinda Seberang. Dua warga Loa Janan, Puji dan Subono yang ditemui Disway Kaltim mengatakan tidak pernah mendengar adanya keinginan warga Loa Janan bergabung ke pemekaran Samarinda Seberang. Sementara warga Kelurahan Jawa di Kecamatan Sangasanga. Yakni Deni, Rudi dan Eli menolak klaim itu. Menurut mereka justru cerita itu terbalik. Bukan warga yang punya keinginan. Tetapi orang-orang yang mengusulkan DOB Samarinda Seberang lah yang ingin mengajak warga Sangasanga bergabung. Namun, warga Sangasanga di satu sisi masih getol memperjuangkan rencana pemekaran Kutai Pesisir. Yang sudah digaungkan sejak 2002. Yang di mana Sangasanga diusulkan menjadi pusat pemerintahannya. Ketiganya juga mengungkap cerita lama tentang hubungan Sangasanga dan Samarinda. Menurut mereka, Sangasanga dulunya adalah bagian dari wilayah administrasi Samarinda. Hal itu terjadi pada akhir periode pertama kepemimpinan Haji Muhammad Ardans sebagai gubernur Kalimantan Timur. H M Ardans yang merupakan tokoh politik asal Sangasanga saat itu, mendorong agar tempat kelahirannya itu bergabung ke wilayah Kabupaten Kutai. Agar warga Sangasanga lebih dekat mengakses pelayanan pemerintah. Kabupaten Kutai, belakangan menjadi Kabupaten Kutai Kartanegara, setelah ada pemekaran. "Pemisahan itu waktu Gubernur Kaltim masih H M. Ardans. Sekitar tahun 1993," kata Deni yang mengatakan dirinya kini menghuni rumah peninggalan H M Ardans di Sangasanga. Lelaki 66 tahun itu mengklaim masih memiliki hubungan kekeluargaan dengan H M Ardans. "Sekitar tahun 1970-an Sangasanga ini masih wilayah administrasi Samarinda," kata Rudi (40) berdasarkan cerita tetua kampung. Bukti pemisahan Sangasanga dari Samarinda saat itu adalah Jembatan 27 Januari. Yang juga sering disebut Jembatan Merah Putih. Untuk mengenang peristiwa penting perjuangan rakyat Sangasanga mengusir penjajahan Belanda. Dan menyatakan diri merdeka pada pada 27 Januari 1947. "Jadi jalan darat itu baru tembus sekitar tahun 1993. Setelah ada jembatan itu," sambung Rudi. "Di sini dulu ada markas Korem. Setelah pisah baru pindah ke Samarinda," katanya lagi. (das/eny)
Tags :
Kategori :

Terkait