Warga Samarinda Seberang Berharap Pemerataan Pembangunan dengan Pemekaran

Rabu 03-02-2021,11:39 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

Samarinda, nomorsatukaltim.com - Pembahasan pemekaran Samarinda Seberang kembali mengemuka. Ada silang pendapat antara pengamat dan tim yang getol menyuarakan Daerah Otonomi Baru (DOB) Samarinda Seberang, Bagaimana dengan warganya sendiri?

Berita terkait: Terhalang Moratorium, Castro: Belum Saatnya Berbicara DOB Disway Kaltim  coba mewawancarai beberapa warga di kawasan yang masuk rencana pemekaran. Juga beberapa aparatur kecamatan. Ahmad, warga Kelurahan Mangkupalas, Kecamatan Samarinda Seberang, mengaku sangat setuju dengan rencana itu. Ia rupanya sudah lama mendengar wacana wilayahnya akan memisahkan diri dari ibu kota provinsi. “Pembicaraannya timbul-tenggelam,” kata Ahmad kepada Disway Kaltim/nomorsatukaltim.com. Menurutnya, secara umum masyarakat di wilayahnya itu juga menginginkan adanya pemekaran wilayah. "Kami setuju saja sebenarnya. Biar wilayah ini lebih cepat berkembang. Itu kan sudah lama rencananya," ucap pedagang soto di Jalan KH Harun Nafsi, ditemui Senin (1/2/2021). Ahmad beralasan, bahwa dengan adanya pemekaran, akan ada lapangan kerja yang terbuka luas. Sehingga diharapkan membuka peluang bagi warga setempat untuk memperoleh pekerjaan. Bukan cuma Ahmad. Dukungan juga datang dari sekelompok warga di Kelurahan Rapak Dalam, Kecamatan Loa Janan Ilir. Adalah Yusni, yang berbicara, bahwa warga sebenarnya sudah menanti kelanjutan isu pemekaran itu. "Kalau kami ditanya, jawabannya setuju, 100 persen setuju. Supaya apa?. Biar pembangunan lebih merata. Lapangan kerja terbuka. Daerah kita punya otonomi mengelola sendiri sumber dayanya," tutur Yusni mewakili sekelompok warga di pangkalan ojek, kala ditemui Disway Kaltim, Selasa (2/2). Warga seberang, sebetulnya sudah tahu kabar pemekaran itu dari dulu. Sejak awal isu ini berdengung pada 2015. Kemudian gencar-gencarnya dibicarakan pada 2016. Bahkan, kata dia, sudah pernah ada pemecahan wilayah kelurahan. Namun ia gagal mengingat kapan dan kelurahan apa yang dipecah itu. "Warga seberang ini sudah menunggu-nunggu kabarnya. Karena lapangan kerjanya itu yang ditunggu. Karena kalau cari kerja ke kota susah sekarang. Jadi kita tidak jauh lagi juga berurusan," lanjut Yusni. Menurut mereka, dengan berdiri sebagai daerah otonom, wilayah Samarinda Seberang bakal banyak dilirik investor. Di samping itu, ada kemungkinan mewujudkan pemerataan pembangunan. "Kalau jadi daerah sendiri, nanti banyak perusahaan masuk sini. Di situ kesempatan kami untuk ikut bekerja. Asal jangan orang luar yang ditransfer ke sini," jelasnya. Sekretaris Camat Samarinda Seberang, Dili Satria, sedikit malu-malu memberi pendapatnya. Ia mengatakan, dirinya sebagai aparatur, mengikuti saja apa yang menjadi kebijakan pemerintah. "Kalau wali kota mengamini adanya pemekaran, ya, kami mengikuti. Kami kan seyogianya sebagai aparatur ini siap mengikuti perintah saja," ucapnya. Di satu sisi, Dili mengakui, adanya keinginan masyarakat di wilayah itu untuk memisahkan diri. Menurutnya, kondisi masyarakat di Samarinda Seberang juga perlu perhatian. Khususnya pemerataan pembangunan. Sehingga, masyarakat berpikir, bahwa mungkin dengan pembentukan DOB, aspirasi itu bisa terwujud. "Terkait dengan itu, memang ada keinginan masyarakat. Mungkin karena masyarakat merasa pembangunan masih belum sepadan dengan wilayah kecamatan lainnya," ujarnya, ditemui Selasa (2/2).

Warga Sambutan Belum Tahu

Camat Sambutan Nofiansyah mengaku belum pernah mendengar adanya wacana Kecamatan Sambutan akan diajak bergabung dalam DOB. Ia hanya mengetahui bahwa Kecamatan Loa Janan Ulu dan Kecamatan Sangasanga. Yang katanya, memang ada keinginan sebagian warganya untuk bergabung dalam daerah pemekaran baru. Nofiansyah dulunya adalah sekretaris Kecamatan Loa Janan Ilir. Sehingga ia sedikit banyak mengetahui tentang rencana itu. "Dulu sudah ada beberapa kelurahan yang mau dipecah untuk membuat kecamatan baru di Samarinda Seberang. Dan memang juga, ada keinginan sebagian warga Loa Janan Ulu dan sebagian warga Kecamatan Sangasanga bergabung," jelas Nofi. "Kalau warga Kecamatan Sambutan belum pernah dengar, bahwa ada rencana diajak bergabung. Tapi kalau kami diajak, sepertinya sulit," ia menambahkan. Menurutnya, dari segi wilayah, Kecamatan Sambutan terpisah dengan Samarinda Seberang. Terputus oleh Sungai Mahakam. Sehingga, menurutnya akan lebih berat bagi warga untuk mengakses pelayanan. Juga berat dari sisi menjalankan administrasi pemerintahan. "Kalau administrasi kita nanti perlu ke seberang lagi, susah aksesnya, jauh." Sedangkan yang sudah ada sekarang. Yakni akses untuk menjangkau Pemerintah Kota Samarinda, infrastrukturnya sudah terbentuk. Lebih mudah, kata Nofi. "Kalau mau mengambil Kecamatan Sambutan, warganya mau tidak berurusan ke seberang? Tapi saya belum pernah dengar. Warga juga belum pernah dengar. Dan suara masyarakat sini belum ada untuk itu. Masyarakat belum terpikir," urai Pak Camat. Sementara itu, Faisal, tokoh pemuda di Sungai Kapih, Kecamatan Sambutan mengungkapkan hal serupa. Ia mengatakan, belum pernah mendengar wacana itu. Warga pun belum tentu setuju. Menurutnya warga hanya menginginkan kelengkapan infrastruktur yang ada saat ini.  "Kami belum pernah mendengar wacana itu," singkat Faisal. (das/eny)    
Tags :
Kategori :

Terkait