Utara Potensi Tsunami

Senin 18-01-2021,09:30 WIB
Reporter : admin3 diskal
Editor : admin3 diskal

TANJUNG REDEB, DISWAY – Dua daerah di Indonesia Tengah mengalami bencana alam beberapa waktu lalu. Gempa bumi magnitudo dengan kekuatan 6.2 skala richter (SR) di Sulawesi Barat (Sulbar), dan banjir di Kalimantan Selatan (Kalsel). Kalimantan Timur pun potensi bencana, tak terkecuali di Berau.

Sulbar dan Kalsel, secara geografis dekat dengan Kaltim. Maka warga Kaltim pun diimbau untuk terus waspada dan tangggap. Akan kemungkinan bencana yang mungkin terjadi. Apalagi, beberapa hari terakhir. Kaltim mengalami curah hujan yang cukup tinggi. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dari laman resminya pun telah menulis, "Peringatan Dini." Karena potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat dapat disertai petir. Akan terjadi di sebagian besar wilayah Kaltim. Di antaranya Penajam, Bontang, Balikpapan, Pulau Derawan, Tabalar, Muara Badak, Muara Jawa, Karangan, Sandaran, Loa Janan Ilir, Kongbeng, Muara Wahau, dan Long Apari. Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Samarinda, Riza Arian Noor menjelaskan, untuk wilayah Kaltim secara umum memang sedang berada pada musim hujan. Dan diprediksi puncak musim hujan akan terjadi pada Januari ini. "Untuk kondisi beberapa hari kedepan secara umum wilayah Kaltim masih berpotensi hujan dengan intensitas ringan hingga sedang," ucapnya, kepada Disway Kaltim, Jumat (15/1) lalu. Ia pun mengimbau kepada masyarakat agar tetap waspada terhadap dampak dari kondisi cuaca tersebut. Seperti genangan banjir, tanah longsor, dan angin kencang. Melihat situasi saat ini, Kabid Kedaruratan dan Logisitik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Berau, Nofian Hidayat menyebut, masyarakat Berau harus siap siaga, jika terjadi bencana. Pasalnya, cuaca buruk mulai terlihat di langit Kabupaten Berau. “Ini kami dapat laporan nelayan di Tanjung Batu kapalnya terbalik, karena faktor cuaca,” ujarnya kepada Disway Berau, Minggu (17/1). Menurutnya, potensi bahaya masih sangat besar terjadi di Berau. Apalagi, berdasarkan pantauannya air sungai beberapa hari belakangan ini meluap cukup tinggi. Bahkan, tumpah ke jalan. “Hal seperti ini jangan dianggap enteng. Karena bisa berdampak sangat besar. jika itu terjadi di laut, besar kemungkinan akan terjadi tsunami,” katanya. Adapun potensi bencana yang menghantui Berau, adalah tanah longsor di wilayah Kelay, Teluk Bayur dan Segah. Sedangkan, untuk wilayah perkotaan juga masih memiliki potensi wilayah banjir, karena diapit dua sungai besar. “Yang paling menjadi sorotan sekarang adalah daerah pesisir utara. Seperti Derawan, Maratua, bahkan hingga ke Tarakan. Itu bisa berpotensi tsunami,” ungkapnya. Diungkapkannya, lempengan sesar di daerah Maratua berstatus aktif. Jika terjadi pergeseran lempeng, maka akan terjadi tsunami. Dalam situasi saat ini, dirinya berharap tim penanganan bencana bisa terbentuk. Hal itu untuk memudahkan koordinasi, regulasi termasuk publikasi dan informasi terkait potensi bahaya. “Ini penting untuk dilaksanakan. Karena ada lima unsur yang dilibatkan untuk penanganan bencana. Mulai dari pemerintah kabupaten, TNI-Polri, perusahaan, Organisasi Masyarakat dan keterlibatan media,” ungkapnya. Lanjutnya, saat ini banyak kampung yang sudah dilatih untuk tanggap bencana. Pihaknya pun kerap melakukan sosialisasi dan pendampingan ataupun simulasi jika terjadi bencana. Salah satu kampung yang telah siap untuk tanggap bencana adalah Tanjung Batu. “Bukan hanya simulasi, tapi kami berikan edukasi. Jadi jangan sampai masyarakat kalau ada bencana seolah menyalahkan alam. Padahal, setiap bencana alam ada campur tangan manusia di dalamnya. Seperti tanah longsor, karena manusia membabat hutan. Banjir karena masyarakat membuang sampah di sungai,” tandasnya. 11 Bagan Apung Rusak Sebanyak 11 bagan milik warga Tanjung Batu, Kecamatan Pulau Derawan, hanyut akibat hantaman angin kencang dan ombak besar, pada Sabtu (16/1) sekira pukul 22.00 wita. Kejadian ini juga membuat menghanyutkan seorang pria bernama Syariffudin (57). Kapolres Berau AKBD Edy Setyanto Erning melalui Kapolsek Pulau Derawan, Iptu Zaenuri yang dikonfirmasi Minggu (17/1), menuturkan, kejadian sekira pukul 22.00 Wita, saat itu, korban yakni Syarifuddin, tengah berada di pondok bagan miliknya. Namun, karena angin kencang dan juga ombak besar, bagan miliknya bersama 10 bagannya lainnya hanyut. “Korban ditemukan di sekitar Pulau Semama, pada pukul 08.00 Wita, dalam keadaan selamat,” ujarnya. Ia mengungkapkan, kejadian hanyutnya bagan ini, pertama kali diketahui oleh Yunus, yang pada pukul 05.00 Wita, hendak menjemput Syarifuddin, namun saat tiba di lokasi, sudah tidak menemukan bagan dan juga korban. Kemudian Yunus menghubungi keluargannya, untuk meminta bantuan mencari korban. “Korban saat ditemukan berada di dalam pondok yang ada pada bagan tersebut. Tidak ada luka, hanya syok saja,” ucap perwira balok dua tersebut. Ia melanjutkan, akibat kejadian ini, kerugian ditaksir mencapai ratusan juta rupiah. Karena bagan tersebut hanyut dan tidak ada yang bisa diselamatkan. “Kerugian hampir Rp 440 juta, untuk 11 bagan. Bagan itu, milik 10 orang, semuanya warga Tanjung Batu,” ucapnya. */fst/app
Tags :
Kategori :

Terkait