Tapi tetap saja disyukuri. Kan naik jabatan. Bahkan kenaikan itu luar biasa. Dari wali kota langsung menjadi menteri. Rasanya belum pernah ada yang seperti itu.
Yang mungkin juga mengganjal adalah SK Gubernur itu. Kok dijatuhkan kepada wakil wali kota. Yang selama ini dikenal tidak sejalan dengan Bu Risma.
Whisnu memang sangat ingin maju sebagai calon wali kota di Pilkada lalu. Tapi ia merasa terganjal oleh Bu Risma. Lalu, setelah itu, seperti terjadi perang dingin yang membeku.
Tentu SK Gubernur itu tidak salah. Memang sudah seharusnya begitu. Sesuai dengan UU yang berlaku. Tapi seandainya jabatan Plt itu bisa jatuh ke orang yang dikehendaki Bu Risma rasanya akan berbeda.
Tapi suasana tidak nyaman itu toh tidak akan lama. Kurang dari 2 bulan. Dan yang penting cita-cita Whisnu untuk menjadi wali kota akhirnya terkabul –meski hanya untuk 1,5 bulan.
Yang akan lama kelihatannya adalah suasana kurang nyaman lainnya: hubungannyi dengan gubernur Jatim. Yang selama pandemi kemarin penuh dengan drama. Bu Risma, sebagai wali kota, merasa tidak sejalan dengan gubernur.
Kini Bu Risma menjabat menteri sosial. Yang secara hierarki di atas gubernur. Apakah perang dingin itu akan berlanjut ke babak berikutnya.
Tapi Bu Khofifah, sang gubernur, sudah memberikan ucapan selamat kepada Bu Risma. Atas jabatan barunyi itu. Mestinya segala luka bisa segera sembuh. Apalagi Bu Khofifah, dulu, adalah menteri sosial yang kini dijabat Bu Risma.
Di birokrasi perputaran roda itu kadang memang agak aneh.(*)
sumber: disway.id