Samarinda, nomorsatukaltim.com – Ada yang tahu cabang olahraga petanque? Kalau tidak tahu, ya wajar. Karena memang olahraga ini belum cukup populer. Untuk mengenal petanque, kita harus sedikit bernostalgia dengan permainan tradisional, lempar kereweng. Lah, apa lagi ini?
Anak generasi tahun 90-an pasti tidak asing dengan permainan kereweng (sejenis pecahan genteng, atau tembikar bahan baku keramik). Dimainkan oleh beberapa orang maupun beregu, untuk melempar benda pada satu titik. Dengan jarak kurang dari 10 meter.
Di beberapa daerah khusunya Pulau Jawa, lempar kereweng adalah permainan yang cukup digemari. Selain egrang, yang berjalan menggunakan tongkat itu, dan lompat tali. Pemenang dari permainan lempar kereweng itu sendiri, diambil dari lemparan yang terdekat dari titik yang dituju.
Antara petanque dan lempar kereweng sepintas sangat mirip. Tapi kalau bentuknya, olahraga ini sekilas mirip dengan kelereng. Kelereng Prancis –negara asal petanque-. Cara bermainnya diawali dengan melempar bola kayu (Boku), lalu masing-masing pemain melanjutkan lemparan bola besi (Bosi). Kurang lebih sebesar bola kasti. Setiap pemain memiliki tiga kali kesempatan untuk melemparkan bosi ke lubang bola kayu yang sudah dilemparkan tadi.
Bola kayu dilemparkan pada jarak minimal 6 meter, paling jauh 10 meter. Poin yang diperebutkan dalam permainan itu adalah bosi yang terdekat dengan bola kayu sebagai target lemparan. Nilainya satu poin. Di sini, pemain petanque dituntut untuk fokus pada titik bola terdekat, supaya dapat menggeser bosi terdekat, yang sudah dilemparkan oleh lawannya pada kesempatan sebelumnya.
Begitu seterusnya sampai dengan poin maksimal, di babak kualifikasi biasanya poin game berada di angka 11 poin. Untuk babak final naik menjadi 13 poin. Cabang olahraga ini, dalam kejuaraan biasanya memperebutkan 13 nomor tanding. Putra, putri dan beregu.
Di Indonesia sendiri, kehadiran petanque dibersamai dengan pendirian Federasi Olahraga Petanque Indonesia atau FOPI pada 18 Maret 2011. Delapan bulan kemudian, petanque langsung dipertandingkan di SEA Games XXVI 2011 di Jakabaring, Sumatera Selatan.
Sukses mentas di SEA Games, petanque lalu dikembangkan untuk menjadi cabor nasional. Sejak saat itu lah, olahraga asal Prancis ini mulai mudah ditemui keberadaannya di seluruh Indonesia.
Di level dunia, petanque sebenarnya sudah cukup populer. Pusat kekuatannya tentu berada di Prancis dan negara bekas jajahannya. Itu sekilas tentang cabor ini. Bagaimana, sudah bingung?
*
Meski sudah sekira 9 tahun, cabor petanque masih kalah populer dengan olahraga lain. Sepak bola, bulu tangkis, bola basket, hingga bola tangan. Maka dari itu Ketua Pengprov Federasi Olahraga Petanque Indonesia (FOPI) Kaltim terpilih Farida Abdul Hadi bakal memperbanyak kejuaraan. Agar petanque semakin populer di Bumi Etam.
Program itu sudah direncanakannya sejak terpilih pada Musprov FOPI Kaltim, Sabtu 19 Desember lalu. Farida terpilih secara aklamasi setelah mengantongi dukungan dari 5 pengcab. Antara lain Balikpapan, Samarinda, Penajam Paser Utara, Kutai Timur, dan Mahulu.
"Kita punya rencana untuk menggelar Liga Petanque di masing-masing pengcab. Sehingga olahraga ini aktif dan makin banyak dikenal," katanya kepada nomorsatukaltim.com.
Kaltim sendiri juga rutin mengirimkan atlet untuk mengikuti kejuaraan tingkat nasional. Farida akan berupaya membangun komunikasi dengan sekolah-sekolah agar bisa menjadi salah satu kegiatan ekstrakurikuler. Karena memang pembibitan atlet bisa dimulai dari sekolah.
"Kami ingin olahraga ini diperkenalkan sedini mungkin. Jika memungkinkan nanti kita akan rutin gelar turnamen antar pelajar," tambah Farida.
Agar bisa maksimal dalam pembinaan pelatih, Farida juga bakal meningkatkan kualitas pelatih. "Kita juga akan mengusulkan upgrade pelatih petanque ke tingkat nasional," tambahnya.