Cara Fotografer Samarinda Tetap Survive Ditengah Pandemi COVID-19

Minggu 20-12-2020,06:37 WIB
Reporter : bayong
Editor : bayong

Samarinda, nomorsatukaltim.com – Sudah berjalan tujuh tahun. Forum Fotografer Samarinda (FGS) masih eksis. Menelurkan karya-karya fotografi. Baik sekedar menuangkan hobi. Atau menjadi mata pencaharian tambahan.

FGS sebenarnya hanya sebatas grup diskusi di aplikasi Facebook. Tapi di dalamnya berbagai komunitas fotografer berkumpul menjadi satu. Inisiatornya adalah Aditra. Ia membuat forum ini tidak hanya untuk kalangan fotografer. "Sekadar penikmat foto juga bisa bergabung, bahkan siapapun, silakan saja," Kata Aditra dikonfirmasi nomorsatukaltim.com. Sore itu, Selasa (15/12/2020) mereka menggelar perjumpaan. Setelah lama tidak berkumpul. Namun agendanya bukan hanya sekadar kongkow-kongkow. Tapi fun hunting. Yaitu berburu foto dengan suka cita. Empat orang wanita bergaun pengantin sudah siap sebagai talent. Mereka mengambil tempat di Taman Ekologis. Dekat dengan SMA 1 Samarinda. Tempat itu cukup representatif. Luas, asri dan rindang masih banyak pepohonan taman. Aditra menceritakan, fun hunting itu dulunya dilakukan seminggu sekali. Tempatnya berpindah-pindah. Temanya pun macam-macam. Pertemuan itu sebenarnya tidak wajib. Tapi sebelum pandemi hampir setiap minggu ramai. Bahkan ada yang dari luar kota datang. Misal dari Bontang dan Balikpapan. Setelah pandemi, semuanya berubah. Tidak lagi ada perkumpulan. Baik untuk menuangkan hobi atua bertukar pengetahuan tentang fotografi. Yang ingin ikut pun dibatasi. Cuma 20 orang. Sangat jauh. Sebelumnya bahkan sampai ratusan fotografer bisa datang. "Terakhir ngumpul itu bulan 10 lalu," sebutnya. Cara mengundangnya pun simple. FGS bikin informasi di grup. Ada yang membuatnya dalam bentuk flyer. Ada juga sekadar teks narasi. "Kadang juga kita ngadain hunting amal. Untuk saling membantu satu sama lain, yang sedang benar-benar membutuhkan," tambahnya. Pun kata dia, yang datang ke acara itu, tidak melulu harus memotret. Sebagian dari mereka bahkan ada yang tidak bawa kamera. Mereka datang hanya sekadar untuk berkumpul. Temu kangen dan berjabat tangan. "Yang penting, santai, nambah temen, dan ketemu teman lama," imbuhnya. SURVIVE ALA FOTOGRAFER Pandemi tidak hanya mengubah rutinitas berkumpul para pekerja fotografi. Tapi pagebluk sekaligus menjadi mimpi buruk. Dan paceklik berkepanjangan bagi mereka. "Sempat tiga bulanan kosong acara wedding-an. Pada masa-masa awal corona. Enggak ada acara sama sekali," ungkapnya. Jelas. Tak ada permintaan, tak ada pemasukan. Terutama fotigrafer komersil. Semuanya tiarap. Alhasil, agar bisa bertahan, sebagian fotografer ada yang melego kamera kesayangan. Ada yang menjual mobil. Bahkan berdagang pentol rebus. Sekarang, beberapa kebijakan mulai dilonggarkan. Tapi masih sedikit, katanya. Karena izinnya ketat, pernikahan di Gedung belum diperbolehkan seutuhnya. Baru di hotel. Dan harus terapkan protokol kesehatan. Aditra dan semua fotografer berharap. Paceklik ini segera berakhir. Agar mereka bisa menyemai indahnya pemandangan. Dari hasil jepretan mereka. Sesaat sebelum virus menerjang. (das/boy)
Tags :
Kategori :

Terkait