Vaksin Datang, Ekonomi Senang?

Minggu 13-12-2020,14:14 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

Samarinda, nomorsatukaltim.com – Pemerintah Indonesia telah mengimpor vaksin COVID-19 yang didatangkan dari China, Minggu (6/12/2020) malam lalu. Adapun jumlah vaksin yang diimpor sebanyak 1,2 juta vial 1 dosis vaksin. Dan 568 vial 1 dosis vaksin untuk sampel pengujian.

Setelahnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati pun langsung memberikan insentif perpajakan sebesar Rp 50,9 miliar. Sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 188/PMK.04/2020 tahun 2020 tentang Pemberian Fasilitas Kepabeanan dan/atau Cukai serta Perpajakan atas Impor Pengadaan Vaksin dalam Rangka Penanganan Pandemi COVID-19. Dari situ, harapannya perekonomian akan kembali pulih. Mengingat beberapa kuartal terakhir penurunan selalu terjadi. Pengamat Ekonomi Purwadi menyatakan, mengenai vaksin COVID-19 yang sudah datang, perlu dilakukan riset lebih lanjut. Terkhusus bagi sektor medis. Alasan Purwadi mengatakan hal tersebut karena peluang keberhasilan vaksin itu masih 50:50. Atau setengah-setengah. Setengah berhasil ataupun setengah gagal. "Coba saya tanya, ada tidak negara yang sudah menjadi sampel dan berhasil? Indonesia harusnya berhati-hati, jangan sampai pandemi ini jadi tambah besar," ujarnya, Rabu (9/12). Pembagian vaksin kepada masyarakat juga harus jelas. Siapa yang mendapat giliran lebih dulu harus terlihat. Ia mengusulkan, kalangan atas atau pejabat publik yang harus berani pasang badan di depan untuk mencoba vaksin tersebut. Alasannya, karena dari beberapa kasus terkonfirmasi, kebanyakan kalangan atas dan pejabat-lah yang positif terkonfirmasi COVID-19. "Itu dulu, kalau mereka merasa menjadi pelayan publik, jangan masyarakat, kok masyarakat jadi seperti sapi perah," sindirnya. Lebih lanjut, kelayakan vaksin juga harus diketahui lagi. Transparansi dan kejelasan harus perlu. Bagaimana kualitas vaksin, harus disampaikan kepada masyarakat. "Pastikan dulu, vaksinnya clear dulu. Dari clear pembagian, maupun medis, transparansi," sambungnya. Pembagian yang dimaksud Purwadi, dalam hal ini kepada masyarakat. Beberapa masyarakat yang mungkin tinggal jauh dari wilayah pemerintahan, kata Purwadi, harus bisa mendapatkan vaksin tersebut. "Jaminan ke titik akhir harus aman. Vaksin datang, belum tentu ekonomi kita senang," tambahnya. Untuk dampaknya ke perekonomian, diterangkan Purwadi pasti memerlukan waktu. Ia menyampaikan bisa saja waktu yang diperlukan berbulan-bulan. Bahkan hingga tahunan. Lebih lanjut, jika vaksin itu berhasil. Dan mendapatkan dampak baik, secara kesehatan untuk segala lini, pasti ekonomi akan otomatis meningkat. Karena hal-hal itu saling keterkaitan. "Ibaratnya kekasih, itu pasti saling ikut (saling terkait). Susah untuk melepaskan," tandasnya mengakhiri. (nad)
Tags :
Kategori :

Terkait