Punya Pabrik Liquid dan Buka 6 Toko

Jumat 04-12-2020,21:51 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

Membuka store rokok elektrik cukup menjanjikan. Apalagi sampai punya pabrik liquid sendiri. Bisa cuan besar.

Samarinda, nomorsatukaltim.com - Bisnis vape atau rokok elektrik mulai merambah kalangan usaha kecil dan menengah (UKM). Seiring bertambahnya pengguna, baik dari kalangan perokok pemula. Hingga yang beralih dari rokok konvensional. Saat ini gerai vape bisa dengan mudah ditemukan di mana-mana. Salah satunya di kawasan Banggeris, Samarinda. Pemilik gerai di kawasan tersebut mengaku tertarik mengelola uangnya di sektor ini karena modal awal yang dibutuhkan tak terlalu tinggi. Yakni senilai Rp 1,5 juta. Roy Khoerul Umam, pria berusia 40 tahun ini sudah menggeluti usaha tersebut sejak 4 tahun lalu. Tepatnya 2016. Ketika itu, nama usaha yang dimiliki Roy Khoerul Umam ialah Dinoy House Vape. Dan lokasinya pun berbeda dari sekarang, yaitu di Jalan Pangeran Antasari. Terhitung bisnis kecil kala itu. Roy, panggilannya, memperkenalkan produk-produk Dinoy House Vape lewat event-event vape di Samarinda. Dirinya membuat "tim hore", yang merupakan teman-teman nongkrongnya, untuk membantu usahanya. Waktunya tersita karena harus memanage bisnis. Serta harus bekerja sebagai petugas keamanan di salah satu bank swasta. Lalu, di akhir 2016, Roy mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai security. "Konsepnya dulu, apapun (liquid) yang ada di Samarinda kita jual, tapi kita sisipkan merk liquid punya kita sendiri," ungkap Roy saat ditemui di ruko miliknya, Selasa (1/12/2020) lalu. Lalu, pada 2017 Roy membuka cabang pertamanya. Sekaligus dua waktu itu. Yaitu, di wilayah Jalan M Yamin dan Palaran. Selanjutnya, beberapa cabang yang dibuka Roy karena "Dinoy Friends", sapaan akrab untuk customernya, yang meminta langsung kepadanya. "Mereka yang minta, 'Om buka sini, Om saya kejauhan', jadi nambah cabang lagi," katanya. Roy bercerita, saat ini ia sudah punya 6 cabang di Kota Tepian. Sebelumnya ada 7, namun, akibat pandemi, 1 cabang terpaksa harus ditutup. Alasan lain, karena di lokasi satu cabang itu sepi pengunjung. Roy juga memiliki merk liquid kepunyaan dirinya sendiri. Pabriknya pun ada. Roy mengaku, dirinya bekerjasama dengan salah satu rekanan di Bandung. Menurut Roy, jika memiliki pabrik sendiri, dan lokasinya di tanah Jawa, penekanan biaya produksi akan rendah. Seperti botol, dan essence, yang merupakan bahan untuk membuat liquid beserta wadahnya produk Dinoy sendiri, itu memiliki selisih yang lumayan bagi Roy. Senilai Rp 8 ribu sampai Rp 10 ribu. Di 2018, Roy semakin fokus meramaikan pasar Vape Store. Harga yang ditawarkan juga lebih murah. Dan dirinya menegaskan pasar yang sudah ia kuasai saat ini di Kalimantan dan Jawa. "Karyawan saya saat ini sudah 18 orang, Dinoy Friends juga sudah belasan ribuan. Teman-teman Vape Store Kalimantan, cukup sayang jika ambil dari luar (Kalimantan) karena di kita itu harganya murah," sambatnya. Kemudian, kata Roy, Dinoy juga sudah mengimpor perlengkapan Vape lainnya. Seperti baterai, device (mesin Vape), dan auto macro mod. Inovasi ini menurut Roy perlu dilakukan untuk membesarkan usahanya. Tujuannya, tidak hanya ingin menguasai pasar retail. Tetapi juga grosir Vape. Pengalaman sebagai security juga diterapkan di tokonya. Senyum, sapa, salam. Atau disebut Roy, 3S, menjadi rahasia SOP store-nya. Edukasi juga Roy berikan kepada customernya. Seperti legalitas liquid dan vape, kemudian batas usia, dan pita cukai. Roy menerangkan, pita cukai merupakan salah satu legalitas untuk bisa memberi kontributor kepada pemerintah. "Seperti standardisasi sih. Makanya (vape store) harus punya laboratorium, bahan-bahan harus didaftarkan, harus ada izin usaha. Edukasi penting, itu yang diberikan Dinoy," bebernya. Mengenai nama, diakui Roy, Dinoy merupakan singkatan nama dari dirinya sendiri. Beserta istrinya, Dini Handayani (48). Nama Dinoy House Vape pun mulai berubah menjadi Dinoy Distributor sejak 2019. Perubahan nama lantaran memang yang Roy inginkan sebagai distributor. "Kita memesan barang langsung dari China. Kita tidak bergantung dari salah satu distributor, justru kita ingin bersaing dengan mereka (distributor lainnya)," terangnya. Untuk produk liquid, Roy mengatakan sudah ada 65 jenis liquid yang dirinya produksi. Ia mengaku, memilih membuat liquid juga karena dari dirinya sendiri. Saking fokusnya Roy berkecimpung didistribusi vape store, ia sampai melakukan check-up ke dokter untuk memeriksa kondisi apakah liquid yang ia buat aman bagi konsumennya. Dan terbukti, tidak ada keluhan apapun. Roy juga ingin mematahkan mitos yang ada di masyarakat. Soal menjadi vapor (sebutan untuk orang yang nge-vape) yang memiliki risiko. Baik dari kesehatan badan maupun keamanan mod (alat vape). "Karena liquid sudah menjadi kebutuhan, produksi banyak biar customernya terpenuhi," sambungnya Macam-macam jenis liquid di Dinoy, Roy menjamin semuanya sudah berpita cukai. Alias sudah legal. Mengenai kendala, diakui Roy tidak ada yang berarti. Dinoy pun sudah terdaftar di Asosiasi Personal Vaporation Indonesia (APVI). "Rulesnya sendiri kita sudah tidak perlu ragukan," celetuk Roy. Namun, untuk branding, memang cukup sulit. Dan Roy mengaku jatuh bangun untuk bisa membuat branding sebesar dirinya saat ini. Pasar kelas bawah pun sudah dilalui Roy.   Pemasaran produk Dinoy sendiri dilakukan Roy melalui platform digital, media sosial, dan endorsement. Dan Roy menjamin, pelayanan yang diberikan timnya juga sigap dan ramai.   Bisnis Vape Store juga diutarakan Roy tidak musiman. Karena sudah menjadi kebutuhan. Perokok konvensional yang ingin berhenti, bisa beralih ke vape. "Tapi saran, yang belum merokok, dan belum nge-vape, tidak usah mencoba tidak masalah. Tetapi, yang perokok konvensional, bisa ke Vape asal lihat legalitasnya," tutur Roy. Ketika pandemi penurunan omzet juga dialami Roy. Di 2019, retail penjualan yang didapatkan Roy sebanyak 3.000 liquid. Penurunan terjadi di tahun ini hampir setengahnya, yakni 1.500 saja. Strategi mengatasi itu, Roy mengatakan dirinya tidak memiliki strategi jitu. Hanya diskon dan promo saja yang diandalkan. Ia memahami, konsumen juga akan melakukan penghematan pengeluaran jika bukan untuk kebutuhan pokok. "Dinoy Friends yang enggak bisa beli liquid bisa nongkrong aja di sini, enggak papa. Sabtu Minggu," sambatnya. Berbagai cabang Dinoy sudah tersebar di berbagai kota di Indonesia. Seperti di Samarinda yang sudah ada 6 cabang. Kemudian di Jawa Timur ada 2. Di Bulukumba ada 1. Dan di Kediri juga 1 cabang. Mengenai omzet, Roy enggan menyebutkan angka pasti. Namun dijelaskan Roy, bisnis ini menjanjikan untuk digeluti. Asal, fokus. "Kedepannya kita akan buka lagi. Tapi tergantung dari Dinoy Friends mintanya kemana. Planning sih sekitar 2 cabang lagi di tengah-tengah kota (Samarinda)," pungkasnya mengakhiri. (nad/eny)
Tags :
Kategori :

Terkait