Biden Effect Menurun, Pasar Kehilangan Optimisme Vaksin

Minggu 15-11-2020,17:28 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

Balikpapan, nomorsatukaltim.com - Memudarnya optimisme vaksin COVID- 19 dan mulai turunnya Biden effect, bakal menjadi sentimen yang memengaruhi pergerakan pasar. Analis Hans Kwee menyebut, selain dua hal itu, faktor lain ialah peningkatan kasus corona di beberapa negara yang dikuti penguncian sosial terbatas.

“Kami memerkirakan IHSG berpelung konsolidasi melemah pekan ini  dengan area support pada level 5,395 sampai 5,246 dan resistance di level 5,520 sampai 5,550,” kata Hans Kwee, Ahad (15/11). Lebih lanjut, Hans menyebut beberapa sentimen yang mungkin mempengaruhi pergerakan IHSG pada pekan ke 3 November 2020.  “Pelaku pasar berhati-hati karena lonjakan kasus COVID-19 di berbagai negara,” ungkap Hans. Ia melihat dari penghitungan Reuters yang menunjukkan kasus virus COVID- 19 telah naik lebih dari 100 persen di 13 negara bagian Amerika dalam dua pekan terakhir. Terkait kenaikan kasus tersebut beberapa negara bagian mulai melakukan pembatasan aktivitas. Negara bagian Chicago mengeluarkan peringatan untuk warganya tetap tinggal di rumah. Sementara negara bagian New York menerapkan jam malam bagi restoran, bar dan pusat kebugaran sebagai upaya untuk menurunkan penyebaran COVID-19. Pembatasan kegiatan sosial dapat menurunkan pemulihan ekonomi sehingga berpotensi mendorong stimulus fiskal dan moneter lebih besar. Pekan lalu sebenarnya pasar saham mulai optimis menyusul penelitian vaksin COVID-19. Perusahaan farmasi AS Pfizer dan perusahaan Jerman BioNTech menyatakan efektivitas vaksin virus corona baru lebih dari 90 persen dalam mencegah COVID-19. Padahal menurut Direktur Institut Nasional Penyakit Menular dan Alergi Vaksin Dr. Anthony Fauci, vaksin yang bisa diterima mempunyai tingkat keefektifan di angka 50 sampai 60 persen. Angka ini juga di atas harapan pasar bahwa efektivitas vaksin hanya 60 %– 70 % dan juga lebih tinggi dari vaksin flu musiman yang hanya sekitar 40% – 60 %. Masalah yang dihadapi adalah vaksin Pfizer dan BioNTech merupakan vaksin mRNA yang dikenal tidak stabil. Lalu, ketika didistribusikan perlu diangkut dalam wadah pengiriman khusus pada suhu di bawah -70 derajat celcius, sebelum disimpan di lemari es hingga lima hari. Hal ini akan mempersulit distribusi dan mempertahankan keefektifan vaksin jenis ini. “Masih perlu waktu untuk mendapatkan hasil akhir vaksin tersebut. Kedua hal ini membuat optimisme vaksin Pfizer dan BioNTech mulai memudar dari pasar,” ucap Hans Kwee. Terkait sentimen kemenangan Joe Biden yang mendorong optimisme stimulus fiskal USD 2,2 triliun. Stimulus dianggap sangat penting untuk membangkitkan kembali perekonomian AS di tengah tekanan pandemi virus corona baru. Di sisi lain, petinggi Partai Demokrat di Kongres Amerika mendorong dilakukan negosiasi kembali atas proposal bantuan virus COVID-19 yang bernilai triliunan dolar.  Tetapi dikabarkan petinggi Partai Republik masih menolak pendekatan itu karena dinilai terlalu mahal. “Kelancaran negosiasi stimulus fiskal ini akan sangat tergantung hasil pemilu apakah Demokrat atau Republik yang mendominasi di senat,” ungkap Hans Kwee. Hans mengatakan, pemenang di kursi Senat AS sepertinya baru dapat ditentukan pada Januari 2021. Pada pemilu 2020 hanya memperebutkan 35 kursi dari 100 kursi yang tersedia. Pemilihan Senat AS dengan sistem lebih langsung dengan aturan yang memenangkan suara populer akan mendapatkan kursi. Ada dua kursi senat per negara bagian dengan 50 negara bagian yang membentuk AS. Dari 35 kursi saat ini Demokrat mendapatkan 23 kursi sedangkan Republik mendapatkan 12 kursi. Penghitungan akhir memang belum ditentukan dengan masing-masing partai memiliki 47 kursi. Demokrat hanya perlu memenangi 3 kursi untuk menjadi mayoritas di senat (atau 4 kursi jika Trump adalah Presiden). Bila 50:50 suara, maka wakil presiden akan menjadi penentu. Saat ini Demokrat terlihat berat untuk mendapatkan 3 kursi karena kursi yang solid hanya didapatkan pada Arizona dan Georgia. Satu kursi lainnya di Georgia, akan diperbutkan pada pemilihan khusus pada 5 Januari. Diperkirakan, Demokrat akan mendapatkan lebih banyak kursi senat pada pemilu paruh waktu di 2022. “Kami perkirakan stimulus fiskal belum optimal sampai Demokrat menguasai kursi senat di tahun 2022,” imbuhnya. Joe Biden sudah pasti memenangkan kursi presiden karena dari ambang batas 270 suara Electoral College, Biden sudah mengumpulkan 290 dibandingkan 232 suara untuk Trump. Memang masih ada upaya hukum yang dilakukan Trump dan Partai Republik di beberapa negara bagian. Tetapi hal itu diperkirakan tidak akan mengubah hasil akhir.   Dalam pemungutan suara popular, Biden mendapat 76,3 juta suara atau 50,7% dan Trump hanya 47,6%. Survei opini nasional Reuters/Ipsos, menghasilkan 79% dari orang dewasa AS percaya Biden menang. Sebanyak 13% mengatakan pemilihan belum diputuskan, dan hanya 3% mengatakan Trump menang, serta 5% mengatakan mereka tidak tahu. Sekitar 6 dari 10 pendukung Partai Republik mengatakan Biden menang dan hampir semua pendukung Partai Demokrat mengatakan Biden menang. Jajak pendapat juga menghasilkan 70% orang Amerika, termasuk 83% dari Demokrat dan 59% dari Republik, mempercayai pejabat pemilihan lokal mereka telah melakukan pekerjaan mereka dengan jujur. Hal ini membuat transisi kekuasaan lebih berpeluang berlangsung dengan damai. Berdasarkan data Refinitiv sudah 90 persen emiten dalam indeks S&P 500 melaporkan kinerja kuartal III. Laba emiten diperkirakan hanya turun 7,8 persen (YoY) dibandingkan dengan perkiraan pada bulan Oktober dimana sebagian analis memperkirakan laba perusahaan pada kuartal ke tiga akan turun 21,4%. Hal ini membuat Indeks S&P 500 bursa saham Wall Street naik didorong optimisme kinerja laba emiten tersebut. Dan juga optimisme terhadap perekonomian serta diikuti harapan keberhasilan uji coba vaksin COVID-19. Peningkatan kasus COVID-19 terjadi di sebagian negara Eropa di tengah musim dingin beberapa bulan ke depan. Jumlah total kasus di Prancis naik menjadi 1,95 juta, Spanyol 1,49 juta kasus, Italia melampaui angka 1,1 juta infeksi dan Inggris menjadi negara pertama di Eropa yang mencatatkan lebih dari 51 ribu kematian. Sebagian negara di Zona Eropa menerapkan pembatasan substansial pada kehidupan sehari-hari yang diperkirakan akan berdampak pada aktivitas ekonomi. Hal ini mendorong kemungkinan zona Eropa kembali mengalami pertumbuhan negative pada kuartal ke-IV tahun ini. “Bank Sentral Eropa (ECB) diperkirakan akan memberikan lebih banyak stimulus pada Desember 2020,” ulasnya. Rupiah di akhir pekan terlihat sedikit melemah setelah Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan ke depan BI masih ada ruang penurunan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) pada Rapat Kerja Komisi XI DPR RI. Menurut Perry penurunan suku bunga ini tentu dengan memantau perkembangan ekonomi global dan domestik. Saat ini BI telah menurunkan suku bunga acuan sebanyak empat kali atau sebesar 100 basis poin menjadi 4%. Keputusan ini sejalan dengan kebutuhan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Serta untuk mempertimbangkan rendahnya tekanan inflasi dan relatif stabilnya nilai tukar rupiah. “Saat ini rapat Dewan Gubernur BI yang terdekat pada 19 November 2020, tetapi kami perkirakan BI akan mempertahankan suku bunga tidak berubah di angka 4%,” pungkas Hans. (fey/eny)
Tags :
Kategori :

Terkait