Indonesia Ekspor Cangkang Kelapa Sawit ke Jepang

Kamis 12-11-2020,07:59 WIB
Reporter : Disway Kaltim Group
Editor : Disway Kaltim Group

Jakarta, nomorsatukaltim.com - Pemerintah Indonesia membidik pemenuhan kebutuhan biomassa di Jepang. Karena ada peluang besar ekspor komoditas itu. Khususnya berasal dari cangkang kelapa sawit dan pelet kayu.

“Pemerintah Indonesia terus berusaha menjaga kualitas dan kuantitas produk biomassa. Agar dapat memenuhi standar yang dibutuhkan pasar di Jepang,” kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam kick off virtual rencana kerja pasar bioenergi Jepang di Jakarta sebagaimana dikutip dari Antara, Selasa (10/11).

Menurut dia, peluang ekspor biomassa itu terbuka lebar. Karena Indonesia merupakan salah satu negara penghasil minyak sawit terbesar di dunia.

Sehingga Indonesia memiliki potensi sumber daya alam. Berupa limbah dari proses minyak kelapa sawit. Seperti cangkang sawit. Yang bisa memiliki nilai tambah sebagai sumber energi bersih.

Untuk pemenuhan dalam negeri, pemerintah berupaya meningkatkan pemanfaatan biomassa sebagai alternatif membangkitkan energi listrik dan industri.

Sedangkan sektor transportasi, pemerintah sedang mengembangkan bahan bakar ramah lingkungan atau bio fuel. Untuk menggeser penggunaan bahan bakar fosil. Dengan mengenalkan bio diesel dan membangun kilang hijau untuk memaksimalkan potensi minyak sawit.

Upaya itu, sejalan dengan target pemerintah mengurangi emisi hingga 29 persen tahun 2030 atau 41 persen jika mendapat dukungan internasional menuju sistem energi lebih bersih.

Dalam kesempatan yang sama Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Musdhalifah Machmud menambahkan, pengembangan bioenergi merupakan salah satu strategi dalam mitigasi gas rumah kaca.

Selain itu, mendorong peningkatan kesejahteraan rakyat untuk pemanfaatan bioenergi. “Kebutuhan Indonesia, Jepang dan dunia meningkat. Seiring komitmen global untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan menciptakan energi biru secara global,” katanya.

Ia menyebutkan, target penggunaan energi baru terbarukan di Indonesia sebesar 23 persen tahun 2025 dan 31 persen tahun 2050.

Saat ini, pencapaian di Indonesia baru mencapai 9,5 persen dan Jepang tahun 2030 menargetkan 22-24 persen dari seluruh kebutuhan energinya.

“Kita akan penuhi kebutuhan dalam negeri. Sekaligus berkontribusi penurunan emisi gas rumah kaca atau mendorong penggunaan bio energi di pasar global. Untuk pasar Jepang diharapkan menjadi peluang kita berkontribusi terhadap pemenuhan bio energi di pasar Jepang,” katanya.

BBN BIOHIDROKARBON

Sementara itu, untuk pengembangan pasar di dalam negeri, pemerintah berkomitmen terus mendorong pengembangan Bahan Bakar Nabati (BBN) biohidrokarbon. Yang karakteristiknya sama atau bahkan lebih baik daripada senyawa hidrokarbon atau BBM berbasis fosil.

“BBN biohidrokarbon yang ramah lingkungan nantinya dapat langsung digunakan sebagai substitusi BBM fosil tanpa perlu penyesuaian mesin kendaraan,” ungkap Kepala Badan Pengembangan SDM Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Prahoro Yulijanto Nurtjahyo pada pembukaan webinar bertajuk “Menyongsong Era Biohidrokarbon Di Indonesia” secara virtual, baru-baru ini.

Dalam keterangannya di Jakarta, Parhoro mengatakan, BBN biohidrokarbon dapat dibedakan menjadi green gasolinegreen diesel, dan bioavtur.

Mengamini Prahoro, Tatang Hernas Soerawidjaja, pembicara webinar yang juga Ketua Ikatan Ahli Bioenergi Indonesia (IKABI) menyampaikan, Indonesia dianugerahi kekayaan nabati luar biasa. Yang memungkinkannya menjadi pusat biohidrokarbon dunia dan negara maju pada era perekonomian berbasis nabati (bio-based economy).

“Semoga inovasi anak-anak bangsa Indonesia memadai untuk memberdayakan kekayaan nabati luar biasa ini. Guna menjadi potensi penggerak pertumbuhan tangguh dan pesat perekonomian negeri kelak,” tuturnya.

Tags :
Kategori :

Terkait