Masih Fluktuatif

Kamis 05-11-2020,10:20 WIB
Reporter : admin3 diskal
Editor : admin3 diskal

TANJUNG REDEB, DISWAY - Harga emas masih fluktuatif hingga November 2020. Sempat menembus harga tertinggi di Rp 1,1 juta per 1 gramnya, namun turun hingga Rp 974 ribu.

Pimpinan Pegadaian Cabang Tanjung Redeb, Yusuf mengakui, emas masih fluktuatif sebab belum adanya kondisi ekonomi yang baik di setiap negara. Hal itu juga ditandai dengan adanya buy back (membeli kembali) yang cenderung terpaut hingga Rp 100 ribu per gramnya. Saat ini, buy back emas yaitu Rp 897 ribu per gram. “Seminggu lalu, memang ada penurunan harga emas hingga angka satu juta, tapi kembali lagi hingga sejutaan. Tahun 2020 memang melonjak signifikan,” jelasnya kepada Disway Berau, Selasa (3/11). Beberapa penyebab fluktuatifnya harga emas, yaitu kondisi ekonomi dunia dengan ditandainya ekonomi USA yang mulai membaik. Tetapi pemilihan presiden yang terjadi di 3 November kemarin juga ikut memengaruhi. Serta isu vaksin corona juga menekan harga emas yang melambung naik. Menurut Yusuf, adanya peningkatan harga juga disebabkan masyarakat cenderung mengincar investasi yang mudah dan gampang untuk dicairkan. Itulah mengapa masyarakat yang telah berinvestasi emas dari lama, mengambil keuntungan akan hal ini. “Sebenarnya tidak bisa dikatakan kapan waktu yang tepat untuk menjual emas ataupun membelinya. Jika ada uang, silakan mengambil investasi terbaik, emas memang salah satunya,” urainya. Tentu saja, harga emas yang kian mahal, menimbulkan animo masyarakat untuk berbondong-bondong menjual emasnya. Diakui oleh salah satu admin penjualan toko emas di Jalan AKB Sanipah I, Rusli, semenjak harga emas kian naik, banyak masyarakat yang menjual emas. Namun, untuk pembelian cenderung sepi. Meskipun sepi, sejak masyarakat terbiasa seolah masuk dalam kehidupan new normal, penjualan cenderung kembali meningkat dibandingkan pada Maret lalu. “Dalam satu hari pasti ada saja yang menjual emas, kadang tanya-tanya dulu berapa harga yang bisa mereka dapatkan. Karena tidak semua emas bisa dihargai dengan harga yang sama,” ujarnya. Untuk harga buy back emas di toko mereka hanya mentok Rp 800 ribu per gramnya. Tergantung bagaimana kondisi emas dan tahun beli. Jika emas memiliki kerusakan atau emas lama, harga paling maksimal yang ditawarkan sebesar Rp 600 ribu per gramnya. Sedangkan pembelian emas di tempat mereka didominasi emas 23 karat, sedangkan untuk emas murni 24 karat, transaksi tidak bisa langsung dibeli. Sebab, harga emas yang kian fluktuatif menjadi kebingungan tersendiri bagi penjual toko emas. Jadi, jika ada yang ingin membeli emas batangan masih dibatasi. “Kalau yang beli emas sih ya kebanyakan perhiasan saja, kalau mereka jual lagi harga nya pasti turun, karena kadang kita potong Rp 125 ribu untuk ongkos pembuatan, jadi sudah berbeda pasti,” ungkapnya. Hal yang sama pun diakui pemilik toko emas di Jalan Tendean, Hendro. Penjualan emas sangat meningkat melihatnya harga emas yang kian mengkilap. Namun bagi Hendro, fluktuasi harga emas yang cepat menimbulkan dilema memberi harga kepada pelanggan. “Siang hari saja sudah bisa naik, kalau masyarakat jual, kami bingung memberi harga. Untung dan ruginya sangat tipis sekali,” jelasnya. Hendro mengakui, tak sedikit pelanggan yang kecewa harga buy back emas di luar ekspektasi mereka. Karena mayoritas emas yang dijual berasal dari tahun-tahun lama, ketika harga emas cenderung stabil. Mereka menolak untuk dibeli dengan harga yang murah. Lanjutnya, selain harga emas yang memang mahal, kondisi ekonomi pun mendesak mereka untuk menjual emas. Mengantisipasi harga emas yang belum stabil, Hendro memberi harga beli berkisar antara Rp 700-800 ribu per gram. Setiap harinya, ada saja 1 hingga 5 orang yang menjual emasnya. “Kalau pembelian memang sepi sekali, sudah jarang ada yang beli perhiasan di atas 10 gram. Kalau sebelum pandemik, banyak yang beli di atas itu,” tutupnya. *RAP/APP
Tags :
Kategori :

Terkait