Pertamina Menjaga Asa di Tengah Pandemi

Jumat 30-10-2020,06:20 WIB
Reporter : Disway Kaltim Group
Editor : Disway Kaltim Group

Jakarta, nomorsatukaltim.com - Berdasarkan data Pertamina, setiap tahun Pertamina mengapalkan 20 ribu kali BBM dengan volume rata-rata lebih dari 50 juta kiloliter (KL). Untuk semester I-2020, jumlah BBM yang sudah diangkut melalui kapal mencapai 24,6 juta KL.

Proses produksi, pengolahan hingga distribusi BBM Pertamina melibatkan banyak fasilitas. Antara lain enam kilang, tujuh unit instalasi, tujuh unit terminal transit, dua floating storage, 94 TBBM (Group) 54 DPPU, tiga jobber, 3.930 mobil tangki, tiga unit pesawat air tractor. Kemudian hingga 22 Oktober, Pertamina menggunakan 295 kapal untuk menyalurkan BBM di dalam negeri.

Kenyataan itulah yang membuat tidak berlebihan jika pola pendistribusian BBM di Indonesia dikatakan sebagai pola distribusi BBM paling rumit di dunia. Menurut Direktur Logistik dan Infrastruktur Pertamina Mulyono, jika digambarkan, rute pelayaran kapal-kapal pengangkut BBM Pertamina sama seperti urat nadi dalam tubuh manusia.

Bayangkan, tubuh kita dilihat sebagai Indonesia. Sementara rute kapal tanker itu seperti pembuluh darah. Kalau pembuluh darah mendistribusikan darah ke seluruh tubuh, itulah rute kapal-kapal Pertamina saat mendistribusikan BBM ke seluruh wilayah Indonesia. Rute kapal sebagai urat nadi energi ini Indonesia harus dijaga betul. Begitu juga dengan kapal yang membawa energi. Jangan sampai mengalami gangguan. Karena akan ada gangguan di wilayah yang menjadi tujuan pelayaran kapal-kepal pengangkut BBM tersebut.

“Contoh Indonesia timur. Ada dua tanker ke sana. Kalau mau bikin Indonesia Timur sakit atau lumpuh, dua tangker (itu kita hentikan). Kita putuskan ‘pembuluh darah’ itu. Kalau dua tangker dilumpuhkan, itu lumpuh Indonesia timur,” jelas Mulyono.

DEMI KARYAWAN

Mulyono menegaskan, sebagai sebuah perusahaan memang tugas Pertamina adalah mencari dan menghasilkan keuntungan. Tapi lebih dari pada itu, Pertamina adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memiliki tugas dan fungsi harus selalu siap kapan pun untuk bisa memenuhi kebutuhan energi masyarakat di seluruh wilayah Indonesia. Termasuk di wilayah terluar, terdepan, terpencil (3T). Dengan harga yang terjangkau.

Menurut Mulyono, pandemi memberikan efek luar biasa bagi Pertamina. Namun pendistribusian energi tetap harus dilakukan. Saat yang lain harus bekerja di rumah atau Work from Home (WFH), para pelaut Pertamina yang bekerja di garda terdepan dalam pendistribusian energi tetap harus bekerja.

Dia mengungkapkan lebih dari 92 persen staf di bagian logistik Pertamina tetap bekerja di lapangan saat pandemi. Termasuk awak kapal tanker juga tidak boleh turun dari kapal. Guna terhindar dari penularan COVID-19.

“Untuk kapal, saya minta seluruh kapal 100 persen kami lockdown. Karena orang-orang kapal kalau turun itu di perumahan-perumahan juga nggak diterima. Jadi sudah paling aman di atas kapal. Jadi yang kemarin enam bulan sekali pulang ketemu keluarga, kemarin sembilan bulan sudah di kapal, saya tahan dan akhirnya kawan-kawan ini mengerti,” kata Mulyono.

Efek pandemi yang paling terasa adalah melubernya stok BBM akibat penurunan konsumsi masyarakat sebagai konsekuensi dari pemberlakukan PSBB di berbagai wilayah. Sehingga mobilitas masyarakat juga terbatas.

Dia mengatakan, konsumsi BBM Pertamina sejak Januari hingga April terus menunjukkan tren negatif dan terparah terjadi pada April 2020. Konsumsi baru bisa merangkak naik memasuki bulan Mei. Stok BBM jenis premium pada April tercatat menyentuh 38 hari. Padahal normal hanya 20 hari. Kondisi stok solar juga pernah mencapai 31 hari. Padahal normal hanya 15 hari. Avtur juga stoknya sempat mencapai 564 hari pada Mei. Karena kebutuhan turun sampai 90 persen. Untuk BBM jenis lainnya, stoknya juga sempat meningkat. Seperti perta series yang sempat mencapai 47 hari. Padahal normalnya hanya 8-10 hari.

“Mei, Juni, Juli sudah mulai recover. Agustus sudah mulai bagus. Mudah-mudahan enggak terjadi PSBB (di semua daerah) lagi,” kata Mulyono.

Pertamina harus terus bergerak. Meskipun pandemi menyerang. Bukan hanya untuk masyarakat sebagai pengguna. Sehingga ekonomi bisa terus bergeliat. Tapi juga keberlanjutan operasional perusahaan. Pertamina, kata Mulyono, menjalankan beberapa strategi. Agar kegiatan operasional dari hulu ke hilir tetap berjalan. Sehingga semua pihak yang terlibat tidak perlu kehilangan lapangan pekerjaan.

“Ada 1,2 juta orang yang berhubungan langsung dengan Pertamina. Tidak ada satu pun yang di-PHK. Upstream kita operasikan, kilang, SPBU semua kita operasikan. Kenapa? Karena Pertamina mikirin 1,2 juta orang,” tegas Mulyono.

Beberapa kebijakan manajemen misalnya dari sisi teknis pengoperasian kapal. Dalam kondisi normal, kapal memiliki tiga speed yang digunakan: best speed, service speed dan economic speed. Menurut Mulyono, biasanya kapal-kapal Pertamina menggunakan service speed atau pada kecepatan 10-12 knot. Hanya saja, dengan kecepatan seperti itu pada masa pandemi ini, maka begitu sampai di depot, kapal-kapal dipastikan harus mengantre. Karena tangki yang masih penuh akibat penjualan BBM turun. Akhirnya semua kapal diinstruksikan beroperasi dengan economic speed atau pada kecepatan 8 knot. Strategi ini terbukti lebih efisien dari sisi operasional kapal.

“Pemakaian BBM-nya turun 25 persen. Kami dapat US$ 80 juta untuk menurunkan speed kapal dan kalau diturunkan (speed) supaya sampai sana (depot) nanti, pas sudah ada ruang muatnya, ruang bongkarnya sudah ada tersedia. Kalau dia pas di sana, itu jadi parkirnya tidak lama. Kalau kapal menunggu parkir, bayar parkirnya juga mahal,” jelasnya.

Kebijakan berikutnya adalah dengan mengubah skema atau mekanisme pembelian minyak mentah dari Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS). Mekanisme yang dijalankan Pertamina dengan mengurangi frekuensi pengangkutan minyak yang dibeli dari KKKS.

“Harusnya setiap bulan minyak KKKS diambil. Tapi sekarang diambil tiga bulan sekali. Jadi storage Pertamina bisa digunakan untuk menimbun crude dan gasolin,” kata Mulyono.

POSISI SULIT

Tags :
Kategori :

Terkait