Angka Kematian Tinggi, Diskes Kukar Fokus Skrining Ibu Maternal

Kamis 29-10-2020,08:30 WIB
Reporter : Y Samuel Laurens
Editor : Y Samuel Laurens

K ukar, nomorsatukaltim.com – Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) menjadi fokus utama penanganan Dinas Kesehatan (Diskes) Kukar. Tentunya selain menangani kasus pandemik COVID-19.

Untuk itu, Diskes Kukar mengeluarkan inovasi program. Seperti Raga Pantas, Srikandie, dan Indeks Rujukan. Tiga inovasi tersebut diharapkan dapat menekan AKI maupun Angka Kematian Bayi (AKB). Kepala Seksi (Kasi) Penyehatan Keluarga, Sri Lindawati mengatakan, tingginya AKI maupaun AKB dalam 10 tahun terakhir dilatarbelakangi oleh 4T (4 Terlalu) terhadap ibu maternal. Ini yang masih ditemukan Diskes Kukar.

Empat T itu adalah: terlalu muda (kehamilan di usia ibu kurang dari 20 tahun); terlalu tua (kehamilan di usia ibu lebih dari 35 tahun); terlalu banyak (kehamilan lebih dari 4 kali); dan terlalu rapat (kehamilan dengan jarak kurang dari 2 tahun dari kehamilan sebelumnya). Itu yang menjadi penyebab angka kematian tinggi.

“Kondisi geografis di Kukar terutama di daerah Hulu dan Pantai, menjadi masalah. Dan dari budaya masyarakat yang sulit untuk menerima rujukan, masih ada yang memilih untuk melahirkan atau proses persalinan di rumah. Dan kondisinya itu harus dirujuk,” katanya, Rabu (21/10/2020) siang.

Kemudian, Sri menjelaskan dari ketiga inovasi yang sudah disebutkan, indeks rujukan menjadi dasar bagi para petugas puskesmas dalam menangani kasus ibu maternal.

“Indeks rujukan singkatan dari indikator seteksi dini rujukan. Yaitu sebuah formulir yang memuat indikator deteksi dini rujukan maternal dari fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) ke rumah sakit,” jelasnya. Indeks rujukan sendiri, kata Sri, memiliki dua parameter yang digunakan. Pertama parameter medis dan kedua non medis. Parameternya yakni pemeriksaan terhadap tekanan darah seorang ibu, nadi, pernapasan sistolik dan diastolik, tingkat kesadaran. Sedangkan untuk parameter non medis, dilihat dari jarak tempuh.

“Untuk parameter non medis, kita melihat bukan dari kilometernya tetapi estimasi waktu dari rumah ke rumah sakit rujukan,” terangnya.

Dalam inovasi indeks rujukan ini, Diskes Kukar telah berkolaborasi dan berdiskusi dengan dokter spesialis. Dari 18 kecamatan dan 32 puskesmas yang ada, masih ditemukan puskesmas-puskeamas yang tidak memiliki dokter.

“Jika memiliki dokter apakah sudah terjadi kolaborasi, konsultasi. Apakah di puskesmas mampu memberikan penanganan? Dan kalau tidak, apakah dokter umum tadi melakukan konsultasi kepada rumah sakit,” tuturnya.

Dalam form indeks rujukan, terdapat tiga warna yang menjadi dasar skrining dalam menangani kasus ibu maternal. Ada merah, kuning dan hijau. Dalam tiga warna tersebut, tenaga medis dapat menilai apakah pasien harus dilakukan rujukan ke rumah sakit atau tidak.

“Misalnya warna kuning, ada dua saja parameter kuning. Artinya si pasien harus segera di kolaborasikan dengan dokter umum. Tetapi kalau tidak mampu harus kolaborasi dengan hotline rumah sakit. Apakah nanti keputusannya ditangani di tempat atau dirujuk,” ungkapnya. (adv/dah)

Tags :
Kategori :

Terkait