Indonesia adalah negara mega biodiversity. Kaya akan keanekaragaman hayati. Salah satunya tanaman. Yang punya banyak manfaat. Sebagai obat tentu saja sekaligus bisa menjadi sumber ekonomi. Kaltim, tanah kaya sumber daya alam punya keunggulan itu.
-------------------------------
Samarinda, nomorsatukaltim.com - Penelitian yang dilakukan siswa SMA di Kalimantan Barat tahun lalu memviralkan manfaat akar kayu bajakah. Disebut memiliki kandungan yang bisa mengobati kanker. Sejak itu, kayu bajakah laris. Dijual di mana-mana. Pembelinya juga dari mana-mana.
Sebelumnya, kademba, tanaman dengan nama beken kratom juga melanglangbuana. Yang katanya memiliki khasiat luar biasa. Bahkan sampai Amerika. Di negeri Paman Sam itu kademba dari Kaltim yang paling disukai. Disway Kaltim, Oktober tahun lalu menelusuri kebenaran informasi tersebut di Desa Sebelimbingan, Kecamatan Kota Bangun, Kukar. Daerah tersebut disebut-sebut sebagai penghasil tanaman kedemba.
Dengan kekayaan ini, Bumi Etam punya potensi besar. Mendorong lahirnya industri jamu dan obat herbal. Dari tanaman-tanaman lokal dan endemik. Selaras dengan peluang industri ini. Baik di pasar domestik maupun global.
Wakil Ketua DPR-RI Kordinator Bidang Industri dan Pembangunan (Korinbang) Rachmat Gobel, beberapa waktu lalu menjelaskan potensi itu. Kata dia, omzet produk herbal dan jamu di pasar global saat ini diperkirakan mencapai sekitar 138,350 miliar dolar AS. Sekitar 55 persen di antaranya berupa obat-obatan herbal (herbal pharmaceuticals). Sedangkan sisanya berupa produk herbal functional foods, herbal dietary supplements dan herbal beauty products.
Potensi Kaltim Tinggi
Kaltim punya semua potensi itu. Baik tanaman obat. Maupun untuk produk kecantikan. Dengan luas hutan yang saat ini mencapai 12.638.936 hektare. Lalu bagaimana potensinya?
Fajar Prasetya, dosen Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman mengatakan, tanaman obat di Bumi Etam juga sangat baik untuk bisa dijadikan jamu atau pun minuman herbal lainnya. Ia mengatakan, persentase yang diperoleh bisa mencapai 100 persen untuk menjadikan tanaman-tanaman sebagai jamu. Namun sayangnya, industri farmasi saat ini belum ada di Kaltim.
"Keinginan kita untuk menghadirkan industri farmasi, baik esktrak maupun tidak, itu ada," kata salah satu formulator di Satuan Tugas (Satgas) Penanggulangan Covid-19 Unmul ini saat dihubungi melalui telepon seluler, baru-baru ini.
Baca Juga: Berseri karena Sektor Industri
Jika berbicara skala industri, Fajar menyebut tanaman Sirih Hitam berpotensi dikembangkan dan siap diindustrikan. Lantaran tanaman yang juga ia teliti ini sudah memiliki kontrak kerja sama dengan PT Air Mancur.
"Potensi tanaman hampir semuanya dimiliki Kaltim. Karena semua tanaman ada manfaatnya. Golongannya saja yang membedakan. Seperti contoh Saponin, Alkoloid. Ini golongan metabolik sekunder yang ada di tanaman dan juga menentukan," jelasnya.
Fajar melanjutkan, untuk membuat sebuah tanaman menjadi minuman herbal, perlu data empiris dan informasi dari masyarakat. Terutama untuk membuat obat herbal berstandar. Harus ada uji klinik. "Lain lagi jika levelnya fitofarmaka. Ini harus ada uji praklinik dan uji kliniknya. Bahan baku juga harus berstandar," sambungnya.
Tanaman khas di Kaltim ini cukup banyak yang bisa diolah. Khasnya di Bumi Etam seperti Tanaman Benalu, Bawang Tiwai, (Bawang Dayak), Tongkat Ali, Bajaka, Kratom, Tahongai, Taliyasa, Madu Klulut, Sisir Hitam, Daun Ata, Tabar Kedayan, bahkan hingga sarang burung.
Untuk tanaman endemik di Kaltim tidak memiliki spesifikasi yang spesial dibandingkan yang ada di tanah Jawa ataupun pulau lain. "Teorinya begini, tanaman akan berbeda karena lingkungan dan kondisi tanah yang berbeda. Pola kandungan senyawa juga berbeda walaupun tanamannya sama. Karakteristik khusus pasti dimiliki," terangnya.