Citra Niaga Ditutup Seminggu, Pengusaha Ubah Pola Jualan

Senin 21-09-2020,19:11 WIB
Reporter : Y Samuel Laurens
Editor : Y Samuel Laurens

Samarinda, Nomorsatukaltim.com – Dua tempat nongkrong di Kota Tepian ditutup sepekan. Yaitu Citra Niaga dan Tepian Mahakam. Mulai Rabu (23/9) mendatang. Tidak akan ada aktivitas tatap muka di tempat ini.

Penutupan dilakukan lantaran dinilai banyak melanggar protokol kesehatan. Mau tidak mau, pengusaha kafe memutar otak. Agar usaha tetap jalan. Yaitu menjual dngan sistem take away. Co-founder Kopi Sajen Fachrizal Muliawan mengaku sudah mengetahui rencana penutupan itu. Mereka akan mengikuti. Dan tetap buka secara take away. Itu pun menggunakan sistem online. Dari sosial media resmi Kopi Sajen. Atau pun dari chat whatssap. Yang mengantar pun nanti dari tim Kopi Sajen.

“Pesannya dari chat. Nanti, call centernya kami infokan dari instagram kami. Juga sosial media kami yang lainnya. Toko tetap tutup. Tapi, kami ada beraktivitas,” katanya saat ditemui di kompleks Citra Niaga Samarinda, Senin (21/9).
Rugi? Sudah pasti. Sebab, usai rapid test masal lalu, pendapatan mereka turun hingga 30 persen. Perlahan mulai naik 20 persen. Tapi, dengan kebijakan ini, pemasukan Kopi Sajen bisa turun drastis. Hingga 60 persen.

Ditempat berbeda, Owner Jack’s Burger Ibnu Rahmadi mengaku tidak setuju dengan kebijakan tersebut. Ia mengusulkan lebih baik kalau hanya take away. Sebab selama ini, pelanggan terbanyak kafe ini pesanan dari Gojek atau pun Grab. Kondisi itu diperparah karena mereka barusan saja menyiapkan stok 100 pcs roti. Biasanya roti ini habis dalam waktu tiga sampai empat hari. Sementara, daya tahannya hanya satu minggu. walaupun sebenarnya bisa dua minggu kalau ditaruh di freezer.

“Bisa sih bertahan lama. Tapi, pasti rasanya sudah berkurang. Kualitasnya pun sama. Makanya saya sendiri tidak setuju dengan kebijakan ini. Lebih baik kami tetap beraktivitas tapi tidak menerima pemesanan untuk makan di tempat. Melainkan bawa pulang ke rumah,” celetuknya.

Hasil Investigasi Masyarakat Tak Taat Protokol Kesehatan

Sementara itu, Pelaksana tugas (Plt) Kepala BPBD Samarinda Hendra AH mengatakan kebijakan ini sesuai dengan investigasi dan observasi tim di lapangan. Ternyata, banyak masyarakat yang tidak taat protokol kesehatan. Sesuai Peraturan Wali Kota (Perwali) 43/2020.
Bahkan, sebelum kebijakan ini dikeluarkan, sudah ada peringatan yang diberikan. Sehingga Pemkot Samarinda melalui tim gugus tugas percepatan COVID-19 memberikan sanksi tegas. Menutup sementara dua lokasi itu.

"Rencana Rabu (23/9) tempat nongkrong di Citra Niaga dan Tepian akan kami tutup. Ini dilakukan karena mereka telah melakukan pelanggaran berat. Jadi ditutup seminggu rencananya," katanya saat dihubungi Disway Kaltim, Senin (21/9).

Pun selama masa penutupan itu pedagang atau pelaku usaha masih ada yang bandel, mereka akan mendapat sanksi lebih tegas. Pencabutan izin usaha. "THM juga sama jika mereka melanggar kami akan tutup juga. Nanti di situ kita mengawasinya," terangnya.

Ia pun menegaskan, kebijakan serupa juga berlaku bagi tempat-tempat nongkrong lainnya di Samarinda jika ditemukan adanya pelanggaran. "Iya tidak menutup kemungkinan. Kalau di dua tempat itu kan sudah berkali-kali mendapat peringatan,” celetuknya.

Diwaktu yang berbeda, Wakil Ketua Komisi I DPRD Samarinda Suparno menjelaskan, aturan itu kan sudah jelas. Permasalahannya, masyarakat mau atau tidak diatur. Padahal aturannya sudah jelas. Artinya, ini kembali ke masyarakat itu sendiri.

Pengusaha tidak mungkin selalu untuk memberitahu satu persatu. Atau terus menerus. Tergantung dari kesadaran masyarakat itu sendiri. Misalnya, kalau memang sudah pukul 22.00 Wita, pengunjung sudah harus pulang. Mereka juga harus menggunakan masker dari rumah. “Kalau sudah jam 10 malam ya langsung pulang. Kalau sudah sepi kan tidak mungkin lagi pengusaha itu akan tetap buka. Karena sudah sepi pasti mereka akan tutup dengan sendirinya. Jadi, disini harus ada kesadaran dari masyarakat,” terangnya.

Ditempat yang sama, salah satu anggota komisi I lainnya, Joni Sinatra Ginting menambahkan, kondisi ini diperparah dengan banyak masyarakat yang tidak percaya dengan wabah COVID-19. Menurut mereka virus ini hanya konspirasi. Sehingga, penyebaran terjadi sangat cepat.

“Kita liat diawal penyebaran wabah ini. Di maret lalu. Banyak masyarakat yang tidak percaya dengan virus corona. Tidak hanya masyarakat. Pejabat pun ada. Nanti sudah banyak seperti sekarang baru mereka agak sadar. Itupun belum semua percaya,” pungkas Politisi PAN ini. (mic/boy)

Tags :
Kategori :

Terkait