Samarinda, nomorsatukaltim.com - Tak ada perubahan. Sampah tetap membumbung. Meski Iduladha berakhir. Yang ditakutkan, sisa-sisa kurban justru dibuang ke sungai.
"Tidak ada peningkatan apapun, seperti hari biasa," ucap Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Samarinda Nurrahmani, Minggu (2/8/2020). Hanya jenis sampah yang berbeda. Lebih banyak koran menumpuk. Karena digunakan untuk salat Id. Biasanya usai salat Id, sejumlah masjid menghubungi DLH. Meminta mengangkut sampah di wilayah mereka. Baik langsung melalui dirinya. Atau lewat stafnya.
"Yang ke saya langsung itu masjid di Kelurahan Pelita sehabis kurban, sorenya langsung nelpon. Tadi pagi (kemarin) langsung saya minta bantuan kepada rekan-rekan untuk arahkan ke sana," tuturnya.
Beberapa titik pun tidak banyak volume pengangkutan sampahnya. Di Pasar Segiri. Di Pasar Pagi. Kemudian di pemukiman padat penduduk. Seperti wilayah Kelurahan Karang Paci, Sungai Kunjang. Cenderung sama. Tidak ada peningkatan.
Dari data yang dihimpun Disway Kaltim, khusus Pasar Segiri memilki berat timbulan sampah rata-rata 0,62 kilogram per hari per meter persegi. Adapun berat timbulan sampah di Pasar Segiri setiap harinya yakni 1.825,9 kilogram per hari.
Sedangkan untuk volume timbulan sampah rata-rata adalah 2,02 liter per meter kubik. Dengan kata lain volume timbulan sampah pasar segiri setiap hari mencapai 5,94 meter kubik per hari.
"Bak sampah di sana kan dari berbagai penjuru, tapi tidak ada keluhan dari tim regu kita, normal semuanya," sebut Yama.
Yang dikhawatirkan sampah bekas kurban. Sebelumnya DLH sempat membuat edaran dan imbauan. Agar limbah segera dikubur di lahan kosong. Jangan dibuang di sembarang tempat.
Perempuan berkerudung ini menambahkan sudah mencari informasi. Dengan stafnya. Dua lokasi disasar. Tepian dan karang mumus. Biasanya masyarakat banyak yang mencuci isi perut di pinggir sungai. Untungnya Yama belum menerima laporan mengenai itu. “Karena kami juga sudah lebih sosialisasikan sebelumnya," jelasnya. Sosialiasi tak cuma tentang itu. DLH sebelumnya juga meminta mengurangi penggunan plastik. Melalui media sosial.
Dosen Lingkungan Universitas Mulawarman Unmul Bernaulus Saragih menanggapi sampah ibu kota. Mujur. Fenomena ini belum masuk fase darurat. Tapi pemerintah tetap perlu menekan. Melaui Peraturan Daerah (Perda). Terkait pengurangan volume sampah. Jika itu memang diperlukan.
“Banyak, berserakan dimana-mana. Yang perlu dilakukan Pemkot itu harus menerapkan Perda dengan tegas. Karena kalau ada itu, ada punishment (tekanan) dan reward (penghargaan) tersendiri," paparnya.
Sosialisasi soal pembuangan sampah perlu digaungkan lagi. Baik mengenai jadwal. Jenis-jenis sampah yang harus dibuant. Dan lainnya. Selain itu, waktu pengangkutan sampah dari regu DLH juga harus sesuai. "Kadang sampah menumpuk berhari-hari tidak dibuang. Harusnya perlu ada disipliner, sehingga masyarakat tahu dan terdidik, kayak mikir harus buang sampah di jam berapa,” sarannya.
Karena itu peraturan harus dibuat. Penerapannya harus menyeluruh. Termasuk denda. Baik bagi regu DLH. Atau pun masyarkat umum.
Contohlah Singapura katanya. Berani menerapkan sistem tilang. Bahkan denda di tempat. Kesadaran seperti itu bisa diadopsi. Di Samarinda.
"Peraturan harus disosialisasikan lagi, kedisiplinan dalam mengelola sampah sangat perlu. Didik masyarakat juga untuk memisah-misahkan sampah. Sehingga sampah kita bisa didaur ulang," tegas Bernaulus. (nad/boy)