Sewot Listrik

Rabu 29-07-2020,11:10 WIB
Reporter : Yoyok Setiyono
Editor : Yoyok Setiyono

Balikpapan, nomorsatukaltim.com - Anggota Komisi VII DPR-RI daerah pemilihan (dapil) Kalimantan Timur, Rudy Mas’ud, sewot. Ia sulit mampu menyembunyikan kegundahannya, lantaran tak menemukan perwakilan PLN Kaltimra dalam pertemuan menyerap aspirasi.

“Saya agak concern dengan PLN karena sedih. Sebagai daerah lumbung energy yang memberikan kontribusi luar biasa untuk RI. Tapi rasio elektrifikasi masih sangat minim,” kata pengurus Partai Golkar itu.

Di Kabupaten Paser misalnya, Rudy mendapat kabar daerah Batu Engau dan Batu Spang masih gelap gulita. Padahal kabupaten itu akan menjadi salah satu daerah penyangga ibu kota negara baru. Begitu pula di Kabupaten Mahakam Ulu yang kondisinya sebelas-duabelas. Begitu pula di Kutai Barat.

“Saya juga sempat berkomunikasi yang ada di mahulu, lebih parah lagi. Sedih rasanya. Hampir 75 tahun kita merdeka,” kata Rudy lagi.

Menurut data yang ia beberkan, masih terdapat 40 ribu KK belum menikmati setrum. Hal ini tidak sejalan dengan rasio eletrifikasi Kaltim yang hampir mencapai 99 persen.

Dalam waktu dekat ini, Komisis VII akan bertemu dengan Kementerian Energi Sumber Daya Energi (ESDM) membahas kelistrikan Kaltim.

Di tempat terpisah General Manager PLN Unit Induk Wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara Sigit Wijaksono mengaku tak menerima undangan.

“Saya sudah cek ke staf, memang tidak ada undangan,” ujarnya. Meski begitu, soal rasio elektrifikasi, Sigit bilang tahun ini ada tambahan 4.289 pelanggan mulai dialiri listrik. Jumlah itu akumulasi dari seluruh kabupaten/kota di wilayah Kaltim.

Dari target tersebut, hingga semester I/2020 sebanyak 994 pelanggan telah teraliri listrik. Sedangkan dalam proses menyala atau teraliri sebanyak 2.234 pelanggan. Sementara dalam tahap konstruksi 1.061 pelanggan, dan diupayakan menyala tahun ini.

Terkait dengan 40 ribu rumah tangga yang belum teraliri listrik. Sigit menjelaskan beberapa penyebabnya. Misalnya lokasi berjauhan dari jaringan sistem existing. Akibatnya perkembangan tidak bisa cepat. Hal itu juga menyangkut anggaran. “Kalau anggaran tersedia bisa cepat, dan selesai sesuai roadmap,” beber Sigit Widjaksono.

Iapun berharap rasio elektrifikasi bisa 100 persen akhir tahun 2021. “Mengapa masih ada 40 ribu itu KK tapi disitu rasionya statusnya 90 persen lebih. Jika dibandingkan dengan 1 juta lebih rumah tangga menjadi kecil secara prosentase,” ungkap Sigit.   Pihaknya juga menargetkan untuk tetap mendeteksi rumah tangga yang belum teraliri listrik. (fey)

Tags :
Kategori :

Terkait