Libatkan 113 Sejarawan, Fadli Zon Jamin Penulisan Sejarah Ulang Indonesia Terbebas dari Penafsiran Tunggal
Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon.-(Mayang)-Disway Kaltim
SAMARINDA, NOMORSATUKALTIM - Gagasan untuk menjalankan proyek penulisan ulang sejarah Indonesia sebagai kado di Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 2025, menuai berbagai komentar masyarakat.
Menanggapi hal itu, Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon menyampaikan bahwa penulisan ulang ini bertujuan penting untuk memperbarui narasi sejarah, yang selama ini belum mengalami penyempurnaan.
Fadli menyebut, terakhir kali sejarah Indonesia ditulis dan dibukukan adalah pada era Presiden ke-3 BJ Habibie, saat menjabat pada tahun 1998-1999.
Sehingga, sudah lebih dari dua dekade ini Indonesia belum juga memperbaharui sejarah.
BACA JUGA : Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kaltim Berikan Edukasi Proses Penyembelihan Hewan Kurban
Padahal, menurutnya sejarah itu penting untuk diketahui dan dipelajari oleh generasi saat ini.
"Bayangkan saja, kita sudah 26 tahun tidak menulis sejarah nasional kita. Bahkan soal pemilu belum pernah ditulis sebagai bagian dari sejarah nasional. Padahal kita telah menjalani pemilu tahun 1999, 2004, 2009, hingga sekarang. Kalau 26 tahun itu tidak ada ditulis berarti terjadi kekosongan, nah ini yang akan kita tulis," ungkap Fadli Zon usai peresmian gedung BPK 14, Jalan HAM Rifaddin, Samarinda, Jumat (30/5/2025).
Fadli menjelaskan, pengetahuan sejarah nantinya akan dilakukan oleh 113 sejarawan dari hampir 40 perguruan tinggi di seluruh Indonesia, termasuk dari Kaltim.
Disinggung mengenai adanya potensi penafsiran tunggal, ia menegaskan bahwa hal tersebut tidak ada, lantaran yang ikut menulis sejarah ulang Indonesia, mereka yang mempunyai kompetensi dan keahlian di bidangnya.
BACA JUGA : Aksi Pungut Sampah di Sungai Karang Mumus, Andi Harun Ajak Masyarakat Menjaga Kebersihan Lingkungan
"Tidak ada tafsir tunggal itu, penulis itu sejarawan dan tidak bisa sembarang orang menulis sejarah," jelasnya.
"Sekolahnya memang dari sarjana, doktor hingga profesor bidangnya sejarah, tidak bisa nulis sejarah itu ahli kimia, tidak bisa nulis sejarah itu ahli kedokteran," tambah Fadli.
Lebih lanjut, proyek ini bukan sekadar menambahkan kronologi baru, tetapi juga memperbarui pemahaman atas temuan-temuan lama.
Salah satunya terkait sejarah masuknya Islam ke Nusantara.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
