Jadi Langganan Banjir, Kepala SMPN 24 Samarinda Tunggu Kepastian Relokasi
Pelajar SMPN 24 Samarinda membersihkan sisa-sisa banjir di halaman sekolahnya.-Dok. SMPN 24 Samarinda-
SAMARINDA, NOMORSATUKALTIM- Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 24 Samarinda di kawasan Suryanata kembali menjadi sorotan setelah bangunannya berulang kali terendam banjir.
Pemkot Samarinda kini tengah mengkaji rencana relokasi sekolah tersebut agar proses belajar mengajar tidak terus terganggu setiap musim hujan.
Kepala SMPN 24 Samarinda, Bambang Mulyadi menjelaskan, bahwa rencana relokasi sudah lama dibahas.
Salah satu lokasi yang dipertimbangkan berada di atas lahan milik Pemkot Samarinda yang terletak di belakang kawasan permukiman warga, dekat sebuah masjid di daerah Suryanata. Namun, lokasi tersebut memiliki tantangan tersendiri.
BACA JUGA: Pemkot Samarinda Tinjau Ulang Relokasi Tiga Sekolah Terdampak Banjir dan Longsor
BACA JUGA: Guru PAUD Samarinda Menangis, Insentif Tahap II dan III Tak Kunjung Cair
“Rencana relokasi itu di tanah milik Pemkot, di belakang Gang Taufik, tapi di situ kontur tanahnya berbukit. Informasinya, biaya pematangan lahan cukup besar. Karena itu, pemerintah masih mencari alternatif lain di sekitar kawasan ini,” ujar Bambang saat ditemui di SMPN 24, Selasa, 4 November 2025.
Menurutnya, ada 2 opsi yang saat ini tengah dikaji. Pertama, relokasi ke lahan baru milik Pemkot.
Kedua, mempertahankan lokasi sekolah saat ini, namun dengan menaikkan ketinggian tanah agar terhindar dari genangan air.
Kajian lebih lanjut disebut akan melibatkan tim dari Pemerintah Kota Samarinda serta DPRD.
BACA JUGA: Pedagang Mengadu ke Dewan, Ritel Modern di Samarinda Melanggar Perwali Nomor 9 Tahun 2015
BACA JUGA: DLH Samarinda Pastikan Insinerator Sudah Penuhi Syarat Lingkungan, Akhir Tahun Ini Beroperasi
“Kalau memang tidak ada lahan yang cocok, solusi terakhirnya sekolah tetap di sini, tapi lahannya dinaikkan. Informasi dari tim wali kota, opsi itu masih dikaji sambil mencari lahan alternatif,” jelasnya.
Bambang mengatakan, banjir yang melanda sekolahnya bukan hal baru. Sejak lama kawasan tersebut menjadi langganan genangan, bahkan banjir besar pernah terjadi pada 2002 dan kembali berulang pada 2019 hingga 2020.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber:
