Wali Kota Samarinda Ajak Pelajar Muhammadiyah Bangun Generasi Positif di Era Hiperrealitas
Wali Kota Samarinda, Andi Harun saat menghadiri Milad IPM ke 64 tahun yang digelar di Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur (UMKT).-(Disway Kaltim/ Rahmat)-
SAMARINDA, NOMORSATUKALTIM — Wali Kota Samarinda, Andi Harun, mengajak para pelajar untuk menanamkan semangat literasi, memperkuat komitmen, serta membangun kapasitas diri dalam menghadapi tantangan zaman.
Termasuk dalam menghadapi fenomena hiperrealitas di era digital.
Ajakan itu ia sampaikan saat menghadiri Milad ke-64 Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) di Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur (UMKT), Minggu, 27 Juli 2025.
Andi Harun menekankan pentingnya pembentukan karakter dan kecakapan generasi muda untuk membangun daerah.
BACA JUGA: Wali Kota Terbitkan Regulasi Baru Terkait Seragam Sekolah di Samarinda, Ini Rincian Harganya!
BACA JUGA: Rencanakan Renovasi Dalam Waktu Dekat, Pemkot Samarinda Siap Tata Ulang Sekretariat KNPI
"Samarinda sangat membutuhkan generasi positif, yang tidak hanya memiliki growth mindset, tetapi juga knowledge set dan skill set yang memadai. Mereka harus mampu menjadi mahasiswa dan sarjana yang memberi kontribusi bagi lingkungan dan kemajuan daerah," ujarnya.
Ia juga menyoroti tantangan besar di era digital, terutama terkait fenomena hiperrealitas dan pencitraan semu di media sosial.
Menurut Andi Harun, banyak individu termasuk tokoh publik yang lebih sibuk membangun citra diri dibandingkan kontribusi nyata.
“Ketika citra diri personal mengalahkan substansi, maka kita sedang menghadirkan tipu-tipu, menghadirkan simulasi,” katanya.
BACA JUGA: Bangun Golf Driving Range dan Water Park, Disporapar Samarinda Siapkan Aturan Sewa Resmi
BACA JUGA: Tinjau Progres Revitalisasi Pasar Pagi, Andi Harun Sebut Aspek Kenyamanan Pengunjung Jadi Prioritas
Dalam paparannya, Andi Harun menyebut dua buku yang relevan untuk memahami fenomena tersebut, yaitu The Society of the Spectacle karya Guy Debord dan Simulacra and Hyperreality oleh Jean Baudrillard.
Ia menjelaskan bahwa apa yang ditampilkan di dunia digital sering kali merupakan representasi semu, bukan kenyataan sebenarnya.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
