RM – Thohari Kawin Paksa?
Oleh: DR. Abdul Rais SH MH*
RM - THOHARI baru saja diumumkan sebagai pasangan calon wali kota dan calon wakil wali kota Balikpapan. Mereka akan maju dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak, yang akan diselenggarakan pada 9 Desember 2020 mendatang.
RM adalah nama panggilan Rahmad Mas'ud. Sekarang beliau masih menjabat sebagai wakil wali kota, hingga Mei 2021. RM juga ketua umum Partai Golkar Balikpapan.
Thohari Aziz adalah ketua umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Balikpapan. Sekarang tercatat sebagai salah satu dari wakil ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Balikpapan.
Yang mengumumkan RM dan Thohari sebagai bakal calon pasangan adalah Partai Golkar. Melalui pengurus Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar. Setelah sebelumnya, Februari lalu, PDI-P juga mengumumkan hal yang sama. Dua nama tersebut sebagai bakal paslon wali kota dan wakilnya.
Golkar memiliki 11 kursi di DPRD Balikpapan. Itu merupakan jumlah kursi terbanyak. Dengan demikian sudah memenuhi syarat untuk mengusung sendiri jagonya. Jika ada partai lain yang ikut mengusung, itu hanya untuk memperkuat saja.
Sedangkan PDI-P memiliki delapan kursi. Merupakan jumlah kursi terbanyak kedua. Masih memerlukan satu kursi lagi, untuk memenuhi syarat mengusung jago sendiri. Yakni 9 kursi.
Dengan demikian, gandengan Golkar – PDI-P, merupakan koalisi besar. RM sendiri sampai saat ini merupakan calon terkuat bakal terpilih sebagai wali kota Balikpapan. Setidaknya itu berdasarkan hasil survei lembaga yang dikenal kredibel di republik kita ini.
Namun saya dibuat tercengang. Berita di Harian Disway Kaltim, yang terbit edisi Senin 13 Juli 2020, kemarin. Pasalnya di berita itu, RM menyatakan "belum iya", atas pasangan RM-Thohari itu. RM berdiplomasi, kepastiannya menunggu saat didaftarkan di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Balikpapan.
Ketika pendaftaran dibuka pada bulan September 2020. Dengan pernyataan itu, terkesan pasangan RM-Thohari ini hasil "kawin paksa".
RM sedang menampilkan dirinya sangat percaya diri, sebagai calon terkuat.
Karena memang demikian lah hasil survei yang saya ketahui. RM jauh di atas para pesaingnya. Dengan demikian, berpasangan dengan siapa pun, RM sangat meyakini bakal tampil sebagai pemenangnya. Maka RM tak perlu merasa segan.
Atau RM memang tidak nyaman berpasangan dengan Thohari. Dasarnya juga hasil survei itu. Ketika disimulasikan, ternyata saat dipasangkan dengan Thohari, justru hasilnya kurang memuaskan. Ketimbang jika dipasangkan dengan calon-calon wakil wali kota lainnya. Yang nama-namanya muncul ke permukaan.
Thohari sendiri, meskipun sebagai ketua partai besar, memiliki jumlah kursi terbesar kedua, tampaknya sadar diri. Ia merasa cukup sebagai wakil wali kota. Pernyataan "belum iya" itu, bisa juga sebagai ungkapan rasa galau RM. Apakah lantaran hasil survei itu yang menjadi pegangan Rahmad? Atau ada pertimbangan lain?
Seperti misalnya, RM disebut-sebut pernah mendapatkan warning dari ormas-ormas Islam di Balikpapan. Ormas yang hari Minggu tanggal 5 Juli 2020 lalu melakukan unjuk rasa. Mereka menentang RUU HIP, yang dianggap bakal meniadakan sila pertama dari Pancasila, yakni "Ketuhanan Yang Maha Esa".
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: