Sudah Revisi RTRW, DPRD Pasrah Kilang Bontang Batal
Para anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Bontang pendukung pemerintah hanya bisa pasrah mendengar kabar pembatalan kilang Bontang. Wakil Ketua Komisi I, Maming mengatakan sejumlah upaya telah dilakukan pemerintah daerah, guna mendukung pelaksanaan proyek itu.
“Persoalan mendasar untuk investasi yakni lahan sudah siap,” kata politisi PDI Perjuangan itu. Ia menilai upaya pemerintah menyambut investasi memang sudah dilakukan. Termasuk menyiapkan alas hukum tentang zonasi wilayah industri.
Perda Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) sengaja direvisi. Untuk mengakomodasi kepentingan lahan kilang di dalam dokumen induk wilayah ini. Pun demikian, tugas pemerintah belum tuntas. Pemangku harus memastikan lahan kilang ini bebas dari sengketa.
"Ini yang jadi pertanyaan, apakah lahan itu sudah clean and clear," tanya Maming, Selasa (29/6/2020).
Sementara itu, Anggota Fraksi Golkar-Nasdem Bakhtiar Wakkang menuturkan, upaya pemerintah telah efektif menyambut kilang Bontang. Pemerintah dan DPRD telah merumuskan Perda RTRW dan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) sejak jauh-jauh hari.
"Kan sudah ada perdanya kita buat untuk kilang," ungkap anggota dewan dua periode ini. Di samping itu, kesiapan lahan juga telah ditetapkan. Lahan peruntukkan kilang di dalam RTRW disiapkan sekira 1.000 hektare.
Tim percepatan pembangunan kilang pun sudah dibentuk. Harapannya, pembangunan kilang bisa dikawal. Namun, persoalan pembatalan kilang Bontang menjadi urusan pemerintah pusat. Pemkot Bontang hanya mengurusi kesiapan lahan sesuai regulasi. "Kan kebijakannya itu dari pusat, kita sudah upayakan semaksimalnya kan," tandasnya.
Pembatalan proyek kilang Bontang disampaikan Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati, dalam rapat kerja bersama Komisi VI DPR RI, Senin (29/6/20). Ia mengaku sudah melakukan evaluasi terhadap daftar pembangunan kilang.
"Kita bangun kilang dan upgrade itu kita hitung lagi. Sebelumnya ada enam kan, empat upgrade dan dua bangun baru. Ini kita koreksi. Kita hanya bangun 1 kilang baru dengan upgrade 4 kilang existing. Yang baru Tuban. Bontang kita tidak," katanya.
Dikatakan pembatalan ini disesuaikan dengan merosotnya permintaan. Hanya saja, kilang-kilang lain masih bakal dikerjakan Pertamina. Pembatalan tersebut juga merupakan konsekuensi dari tidak dilanjutkannya kerja sama dengan perusahaan migas asal Oman, yakni Oman Overseas Oil and Gas (OAG). Kendati demikian, Nicke menyebut Pertamina masih ada kerja sama lain dengan OAG.
"Dengan OOG kan juga mundur juga kan. Jadi ini sesuai demand yang ada. Kita membangun nggak cuma kilang, tapi integrasi juga sama sama petrochemical," tandas Nicke dilansir CNBC Indonesia.
Kilang Bontang sebelumnya adalah bagian dari enam mega proyek Pertamina yang terdiri dari empat pengembangan kilang eksisting yakni Refinery Development Master Plan (RDMP) serta dua kilang baru Grass Root Refinery (GRR) Tuban dan Bontang. (mrf/cnb/yos)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: