Sepak Bola Kini Menjadi Aneh
Suasana stadion di jerman tanpa kehadiran penonton. (REUTERS/Wolfgang Rattay)
Bundesliga selaku liga pertama yang dimainkan setelah masa pandemi menyimpan satu fakta menarik. Dari 36 partai, 18 partai dimenangkan oleh tim tamu. Artinya presentase kemenangan tim tamu sebesar 50 persen. Padahal di waktu normal. Pada pertandingan normal. Tuan rumah punya peluang mendapat poin lebih besar berkat kehadiran puluhan ribu suporter.
Ini gejala keanehan, dari beberapa keanehan lainnya. Seperti yang disampaikan Joshua Kimmich, gelandang Bayern Munchen.
"Kami berada di hotel dengan masker wajah. Di bus saat kami menuju lapangan permainan, kami duduk sendiri-sendiri. Di hotel dan restoran juga begitu,” kata Kimmich dilansir dari Guardian.
Selain itu, belakangan beberapa pemain Liga Jerman mengalami cedera otot. Hal ini disinyalir karena pemain cukup lama berlatih di rumah tanpa pengawasan pelatih. Sehingga ketika kembali bermain dengan jadwal ketat, banyak yang tidak siap secara fisik.
Dikatakan Kimmich, timnya Bayern Munchen tak terlalu dipusingkan masalah itu lantaran telah bekerja keras sejak tim diliburkan akibat pandemi.
“Kami banyak bekerja, pertama di rumah dengan pelatihan online. Lalu dalam kelompok yang lebih kecil, kemudian dengan seluruh tim. Sekarang kami mendapat manfaatnya. Ya, anggap saja kemarin itu pra musim ketiga,” sebut pemain 25 tahun itu.
Dengan Liga Inggris, Italia, dan Spanyol akan kembali bergulir bulan ini. Kimmich mengingatkan bahwa faktor fisik dari setiap pemain sangat menentukan di sisa musim ini. Lebih dua bulan tak bermain sepak bola dan berlatih bersama, jelas membuat fisik pemain drop.
Soal bermain tanpa kehadiran penonton di stadion. Menjadi masalah baru. Setidaknya yang paling merasakan adalah pemain yang bertanding. Tak ada lagi keriuhan yang tercipta dari tribun penonton.
“Jadi kami bisa mendengar satu sama lain,” katanya.
Teriakan pemain, pelatih yang memberi intruksi, kini bahkan bisa didengarkan secara jelas dari televisi.
“Ini benar-benar berbeda. Saat melewati lorong sebelum bertanding, saya merasa seperti bermain di kejuaraan junior. Tanpa teriakan dan sambutan dari suporter.”
Yang paling mengecewakan jelas bahwa pemain tak lagi punya gairah merayakan gol. Selebrasi tanpa suporter. Ibarat melakukannya di dalam kamar kos. Di depan televisi kecil. Ingin meledak, tapi berujung sunyi. Hampa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: