Masa Depan Industri Kesehatan
Oleh: drg.Rustan Ambo Asse Sp.Pros
SEBUAH kabar gembira saya dapat dari grup WhatsApp. Link berita tersebut dirilis oleh sebuah media online, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKKPM) Bahlil Lahadalia berkomentar tajam: Tentang ketergantungan Indonesia mengimpor bahan baku obat dan alat kesehatan yang porsinya hingga 90 persen.
Bayangkan 90 persen, dalam kondisi tersebut jangankan dalam situasi wabah pandemik COVID-19, dalam situasi normalpun kita tetap menjadi bangsa pembeli, kita adalah konsumen raksasa atau pembeli turun temurun dari industri Alat Kesehatan (Alkes) dari luar negeri.
Tapi ada suatu pernyataan menggelitik dari pernyataan Bahlil Lahadalia, bahwa kondisi ini sengaja diciptakan, sebagai pengusaha dia memiliki pengalaman dalam bisnis impor Alkes. Pernyataan ini tentu dapat menjadi pembuka kotak pandora "bisnis hitam" impor Alkes yang notabene membuat negeri yang besar ini tidak memiliki kemerdekaan menciptakan "Security Health" secara mandiri.
Kondisi ini mengingatkan kita pada peristiwa gagalnya pesawat N250 diproduksi massal pada era orde baru. Kita memiliki profesor jenius B.J.Habibie yang menciptakan pesawat itu. Dunia kagum dan Indonesia hampir menjadi negara modern yang mobilitas antar pulaunya memakai pesawat buatan sendiri. Tapi sejarah membuktikan lain, rencana besar itu gagal di tengah jalan, dan kemampuan luar biasa itu justru lebih dihargai di Jerman dan negara-negara maju di Eropa dan Amerika.
Potensi Dalam Negeri
Seorang dokter gigi dari Makassar, drg.Abdullah HD.Lasari, selain sebagai dokter dia hingga kini memiliki kegelisahan banyak hal tentang teknologi dan alat praktik dokter gigi yang kian mahal itu. Baginya semua teknologi alat kesehatan yang kita impor hari ini sejatinya dapat kita produksi sendiri.
Baginya teknologi adalah ilmu pengetahuan yang terbuka. Semua bisa diimajinasikan, ditemukan, diteliti dan diciptakan. Bahkan teknologi digital bisa diciptakan untuk memamgkas peran tangan manusia dalam menyelesaikan suatu pekerjaan, kita dapat mendapatkan duplikat rongga mulut dan gigi geligi seseorang dengan teknologi digital berupa scanner intra oral.
Kisah terakhir yang saya dengar, dia mampu menciptakan mesin injeksi "Flexy Denture" - sejenis alat untuk laboratorium dental yang berfungsi sebagai mesin pembuat gigi tiruan. Alat jenis yang sama jika kita impor dari Eropa sudah pasti dijual dengan harga hingga ratusan juta rupiah.
Pada tahun 2012, drg.Dhanni Gustiana pernah membuat inovasi yaitu modifikasi pembuatan Handpiece (alat untuk mengebor gigi) yang ketika alat tersebut berfungsi dapat mengeluarkan bunyi musik tertentu. Tujuanya adalah untuk mengurangi rasa cemas pasien terutama pasien anak-anak jika berobat ke dokter gigi. Suara musik tersebut diyakini dapat mengubah persepsi rasa cemas menjadi kondisi lebih rileks ketika pasien sementara perawatan gigi.
Dalam masa wabah pandemi COVID-19 ventilator portable Vent-i karya anak bangsa, kolaborasi ITB, UNPAD dan YPM Salman lulus uji oleh Kementerian Kesehatan dan siap diproduksi. Ventilator ini diproduksi untuk kebutuhan penanganan COVID-19 terutama untuk pasien yang masih bisa bernapas sendiri.
Beberapa kisah di atas sebetulnya hanya gambaran kecil dari banyaknya potensi dalam negeri sendiri yang belum diberdayakan. Kemampuan anak bangsa dalam bidang teknologi khususnya di era 4.O sejatinya tak perlu diragukan. Generasi milenial yang tumbuh secara kreatif dan akan mengisi tugas-tugas sebagai penerus mestinya diberi ruang yang merdeka. Kemerdekaan dapat mereka peroleh jika segala potensi yang mereka miliki dibiarkan berkompetisi secara jujur dan ilmiah.
Peran Perguruan Tinggi
Dalam konteks pembangunan kesehatan diperlukan implementasi peran konkret institusi pendidikan. Dunia usaha dan investor perlu membangun industri kesehatan secara eviden based. Pemerintah adalah wasit dalam implementasi regulasi yang ada.
Bisnis hitam Alat Kesehatan adalah buah dari pembiaran dan pemakluman yang menganggap hal tersebut sebagai cara meraup keuntungan semata. Membangun industri alat kesehatan sendiri bukankah akan memberi konstribusi terbukanya lapangan pekerjaan? Menutup potensi kekurangan alat-alat kesehatan dalam Negeri? dan dapat dipastikan Alkes tersebut dapat dibeli dengan harga terjangkau yang pada akhirnya akan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas dan Rumah Sakit di Indonesia?
Untuk mendapatkan kualitas para pengusaha atau investor yang bergerak dalam industri ini membutuhkan para ahli di bidang kesehatan, mereka membutuhkan kerja sama dan informasi detail tentang Alkes dari segi jenis-jenis alat yang dibutuhkan hingga inovasi yang bisa dilakukan.
Para peneliti dari institusi pendidikan tinggi perlu diberi ruang untuk menciptakan hasil penelitian yang tepat guna dan memiliki kebermanfaatan bagi masyarakat. Penelitian sebaiknya tak hanya orientasi Scopus, tapi penelitian mesti dipertanggungjawabkan secara sosial dan tumbuh sesuai dengan apa yang dibutuhkan, sehingga hasil penelitian itu menjadi aset untuk pembangunan masyarakat Indonesia.
Seorang dokter gigi dapat berkolaborasi dengan sarjana teknik elektro dan teknik mesin, mereka dapat menciptakan "Dental Chair" karya anak bangsa yang bahan bakunya dalam negeri. Pasca COVID-19 boleh jadi akan muncul inovasi baru berupa spesifikasi Suction Extra Oral untuk menyedot aerosol saat perawatan gigi dan mulut.
Regulasi Pemerintah
Jika program BKKPM dan Kementerian BUMN serius dalam melakukan reformasi khusus untuk membangun industri kesehatan sendiri maka dapat dipastikan bahwa hal ini merupakan cikal bakal untuk mengurai salah satu masalah klasik yang dihadapi dalam pembangunan kesehatan di Indonesia.
Hal ini tentu akan membuka regulasi dan sistem pengadaan Alkes di kementerian Kesehatan. Harapan kita bahwa pembangunan industri kesehatan akan berjalan secara sinergis dengan regulasi yang transparan, efisien dan akuntable.
Akhirnya di tengah ujian dan pasang surutnya negeri ini, kita harus optimis bahwa suatu ketika nanti industri kesehatan akan bangkit, lebih percaya diri dengan kemampuan sendiri.
Kritik dan segala celoteh positif dan negatif anak-anak bangsa hari ini dalam meneropong masa depan politik, sosial dan ekonomi merupakan buah dari sejarah yang diciptakan oleh proses panjang perjalanan bangsa ini. Dan kita wajib lebih dewasa untuk itu.(*/app)
*)Alumni PPDGS Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi UNHAS, sekarang bertugas di Kabupaten Berau.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: