Konflik Thailand-Kamboja: 33 Orang Tewas, Pengungsi Rindu Pulang
Warga Kamboja duduk di atas gerobak traktor saat mengungsi di Provinsi Oddar Meanchey, Kamboja, Sabtu (26/7/2025).-AP Photo-
SURIN, NOMORSATUKALTIM - Pada hari ketiga konflik di perbatasan Thailand-Kamboja, sedikitnya 33 orang tewas dan lebih dari 168.000 warga terpaksa mengungsi.
Pertempuran dilaporkan terus meluas hingga menyasar desa-desa di sepanjang perbatasan yang panjangnya mencapai 800 kilometer.
Kamboja dan Thailand saling menuding sebagai pihak yang memulai serangan dan mengklaim hanya melakukan tindakan balasan.
Kementerian Pertahanan Kamboja menuduh militer Thailand menembakkan lima peluru artileri ke wilayah Provinsi Pursat. Hal itu disampaikan pada Sabtu 26 Juli 2025.
BACA JUGA: 4 Kapal Perang Thailand Dikerahkan ke Perbatasan, Kamboja Minta Gencatan Senjata Tanpa Syarat
Letnan Jenderal Maly Socheata menyebut aksi tersebut sebagai bentuk agresi yang direncanakan, dan memperingatkan bahwa ketegangan meningkat di Provinsi Koh Kong, di mana kapal-kapal Angkatan Laut Thailand dilaporkan merapat.
Kamboja juga melaporkan 7 warga sipil dan 5 tentara tewas, sementara seorang pria meninggal akibat serangan roket ke sebuah pagoda.
Sementara pihak Thailand membantah menyerang permukiman warga dan menuding Kamboja menggunakan warga sipil sebagai tameng manusia.
Selain itu, Kamboja juga dituduh melancarkan serangan ke wilayah Provinsi Trat. Bahkan, peluru artileri dari Kamboja dilaporkan mendarat di perbatasan Laos dan merusak rumah warga. Dalam hal ini, pemerintah Laos belum memberikan tanggapan resmi.
BACA JUGA: Perang di Perbatasan Thailand dan Kamboja, Ini Kronologi dan Kekuatan Militernya
Pengungsi Rindu Pulang
Ratusan keluarga di Provinsi Oddar Meanchey, Kamboja, terpaksa mengungsi ke sekolah-sekolah dasar yang diubah menjadi tempat perlindungan sementara.
Dilansir Beritasatu dari Al Jazeera, salah satu pengunsi, Chheng Deab, warga desa setempat bersama anak-anaknya, ia kini hidup dalam ketidakpastian.
"Saya rindu rumah saya. Kalau penembakan terus berlanjut, kami akan terus bergerak. Kami tidak tahu kapan ini akan berakhir," ujarnya, dikutip dari Al Jazeera pada Sabtu 26 Juli 2025.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
