Jembatan Gunung Tabur Rampung, Kapal Penyeberangan Tanjung ke Gunung Tabur Kian Sepi

Dermaga Penyeberangan Kapal dari Tanjung ke Gunung Tabur.-istimewa-
BERAU, NOMORSATUKALTIM - Sejak beroperasinya jembatan di Gunung Tabur, aktivitas penyeberangan kapal tradisional dari Tanjung Redeb ke Gunung Tabur mengalami penurunan signifikan.
Yuli (45), motoris kapal penyeberangan yang telah bekerja selama hampir dua dekade, merasakan langsung dampak perubahan ini.
Dia menceritakan, sejak 2005 ia mengayuh mesin kapalnya mengantarkan warga dan pedagang dari tepian satu ke tepian lainnya. Namun, kehadiran jembatan yang memudahkan akses kini membuat penumpang kapal berkurang drastis.
“Dulu masih ramai, sekarang banyak yang memilih lewat jembatan dengan kendaraan pribadi. Penumpang kapal jauh berkurang,” ujar Yuli saat ditemui di dermaga Tepian Besar Ujung, Senin (9/6/2025).
BACA JUGA: Merusak Jalan dan Ancam Keselamatan Lalu Lintas, Dishub Berau Incar Kendaraan ODOL
BACA JUGA: Sungai Segah di Berau Rawan Pencemaran, Produktivitas Tambak Ikut Menurun
Sebagai respons atas berkurangnya penumpang, tarif penyeberangan pun dinaikkan dari semula Rp5.000 menjadi Rp10.000 per orang. Namun, langkah ini belum cukup untuk menutupi penurunan pendapatan yang terjadi.
“Naik tarif ya mau tidak mau, karena biaya operasional tetap jalan, tapi penumpang makin sedikit. Akhirnya tetap saja penghasilan turun,” katanya.
Untuk bertahan, Yuli mengaku mencari pekerjaan sampingan di luar aktivitas sebagai motoris. "Kalau tidak ada kerja tambahan, berat juga. Biasanya saya kerja kayu atau nyomel kayu,” ujarnya.
Sementara, mayoritas penumpangnya berasal dari warga lokal, pedagang kecil, dan sesekali pelajar. Meski begitu, intensitas penyeberangan tak seramai dulu, dan kondisi fasilitas pun makin memprihatinkan.
BACA JUGA: Bukan Ambil Alih, Pemprov Kaltim Ajak Kolaborasi Pemkab Berau dalam Pengelolaan Pulau Kakaban
BACA JUGA: Pemkab Berau Prioritaskan Proses Rehabilitasi Usai Banjir Melanda Sejumlah Kampung
Ia menyoroti kondisi dermaga yang kini mulai rusak dan kurang aman untuk digunakan. Minimnya fasilitas dan akses naik-turun kapal membuat aktivitas penyeberangan terasa kurang layak.
“Dermaga ini sudah mulai rusak dan kurang layak. Apalagi sekarangkan sudah tidak ada rumah-rumahnya. Akses naik turun kapal juga tidak nyaman," tambah Yuli.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: