Menjenguk Jems Robert Kangiras, Keluarga Korban Tabrakan Beruntun di Gunung Manggah
Jems Robert lebih banyak menundukan pandangannya. Sesekali menengadah memperhatikan ke arah peti jenazah mendiang istri dan anak bungsunya itu. (tebe/disway kaltim) ==================== Tanjakan Gunung Manggah kembali memakan korban jiwa. Kecelakaan Kamis siang itu menyisakan luka mendalam bagi Jems Robert Kangiras. Ia harus merelakan istri dan anak bungsunya yang menjadi korban kecelakaan. Oleh: Ahmad Agus Arifin, Samarinda JEMS Robert Kangiras duduk termenung. Kepalanya tertunduk. Tepat di sampingnya dua jenazah orang yang sangat dicintainya. Istri dan anak bungsunya menjadi korban tabrakan beruntun di Gunung Manggah, Kamis (30/1/2020). Tim Disway Kaltim mengunjunginya di Gereja Kristus Tabernakel di Indonesia (GKTDI) di Jalan Sultan Alimuddin, Samarinda, kemarin pukul 17.30 Wita. Awalnya Disway Kaltim sempat ragu untuk melakukan wawancara, melihat Jems yang begitu hanyut dalam kesedihannya. Setelah berkomunikasi dengan seorang pastur, Jems bangkit dengan sisa senyuman yang bisa ia lakukan. "Sebentar saja ya, kami mau ibadah," katanya. Jems mengenang saat kejadian kecelakaan yang merenggut 4 nyawa tersebut. Ia berada di jalan Jelawat. Tak sampai 1 kilometer dari lokasi kejadian. Jems yang kesehariannya berprofesi sebagai jasa ojek online, baru saja dari Jalan P. Suryanata dan berniat pulang ke rumah untuk mengantar anak bungsunya ke bimbingan belajar. Tapi betapa terkejutnya dia, saat seorang kawan mengabari keluarganya terlibat kecelakaan. "Istri saya mau antar si bungsu Bimbel. Karena dia kan 3 bulan lagi mau UN," ceritanya. Jems sendiri tak memiliki firasat sebelum kejadian. Pagi hari sekitar pukul 10.00 Wita, ia pamit kepada istrinya untuk bekerja sebagai jasa ojek online. Baru saja keluar rumah di kawasan Georgia Pacific (GP), ia mendapat orderan ke arah Kutai Lama. Sekembalinya ke Samarinda, hatinya mengajak pulang ke rumah. Namun baru sampai Pelita 2 (Sambutan) ia mendapat orderan ke arah Samarinda Central Plaza (SCP). Kemudian dilanjutkan dengan orderan lainnya. Ia pun menepis rasa tidak enak hatinya, dan tetap bekerja seperti biasa. Di mata Jems, sosok sang istri tercinta, Tria Prihatiningsih adalah sosok yang lembut dan penyayang. Perempuan yang memberi Jems dua buah hati tersebut adalah sosok yang kuat. Utamanya dalam mengarungi kehidupan rumah tangga bersama Jems. "Kalau bicara soal kenangan bersama dia, sangat banyak. Banyak sekali hal indah kami lalui. Tidak bisa saya ceritakan satu per satu. Dia sosok istri dan ibu yang sangat tegar buat kami," lanjutnya. Rasa cinta yang mendalam dari Jems kepada istri dan kedua anaknya, dibuktikan pria asal Sulawesi Utara tersebut dengan bekerja jujur. Sebagai driver ojol, Jems sering terlibat saat beberapa oknum ojol membuat orderan palsu. Tapi sebanyak usaha itu dibuat, sebanyak itu juga Jems menolak dengan tegas. "Saya kerja menjunjung kejujuran yang tinggi. Saya tidak mau berbuat curang. Pekerjaan saya hanya ojol. Jadi saya tidak mau membawa pulang uang yang tidak berkah untuk keluarga," kisah Jems. Jems memang begitu bertanggungjawab sebagai kepala keluarga. Ia tak memberikan kendaraan untuk anak sulungnya yang bersekolah di SMK N 1 Samarinda. Jems sendiri yang mengantar jemput sang anak. Meski kerap mengorbankan waktunya mengejar insentif dari ojol. Setiap pagi dan sore hari jelang pukul 4 sore, Jems dengan masih mengenakan atribut ojolnya, dengan sabar menanti anaknya keluar dari gerbang sekolah. Sementara puluhan ojol lain bersamanya menunggu orderan untuk segera tutup poin (istilah di ojol) sebagai syarat menerima insentif harian. Kini, Jems tak lagi bersama istri dan anak bungsunya. Meski berat, pria 42 tahun itu berusaha tegar dan tetap ingin melanjutkan hidupnya. "Saya tetap akan di Samarinda. Saya harus melanjutkan hidup bersama anak pertama saya," ujarnya. Jems sudah mengikhlaskan kepergian dua orang tercintanya. Namun begitu, ia memiliki harapan besar agar tak lagi terjadi kecelakaan serupa di kawasan Gunung Manggah yang memang terkenal rawan kecelakaan. "Harapan saya agar pemerintah mengatur kawasan itu. Untuk kendaraan besar kalau bisa lewatnya malam atau subuh saja. Agar kalau terjadi apa-apa, tidak memakan banyak korban seperti ini," tandas Jems. Selesai melakukan perbincangan singkat, Jems kembali duduk di dekat jenazah istri dan anaknya. Kembali menunduk. Bersiap melakukan ibadah sebelum keduanya dikebumikan pada Sabtu 1 Februari di Pemakaman Kristen di Mangkupalas, Samarinda Seberang, pada pukul 10.00 Wita. (dah)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: