Masuk Generasi Kedua Konglomerat yang Dipanggil Jokowi ke Istana

Masuk Generasi Kedua Konglomerat yang Dipanggil Jokowi ke Istana

Dayang Donna Faroek memiliki rekam jejak panjang dalam dunia bisnis. Kesuksesannya saat ini tak terlepas dari kerja keras yang disertai pengalaman pahit dan manis. Ufqil Mubin, Samarinda----------------------------------------------------------------------   MESKI berlatar belakang putri mantan Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak, posisinya kini tak semata diraih karena nama besar ayahnya. Melainkan ditanam, dirawat, dan diusahakan dalam jangka panjang. Sejak kecil, orang tuanya telah menanamkan kemandirian dan kerja keras. Di kala masih sangat belia, dia berjualan es dan kripik di SD Muhammadiyah Samarinda. Kemudian kebiasaan berjualan dilanjutkannya di bangku SMP dan SMA. Dia membeli makanan atau barang di pabrik. Selanjutnya, produk itu dijual di sekolah. Selain itu, beberapa kali Donna berjualan parsel. Lalu membuka restoran, butik, dan membangun kos-kosan. “Kos-kosan itu ada tiga. Di Samarinda ada dua. Di Jakarta ada satu. Jadi sebenarnya bisnis saya itu dari situ,” ungkap Donna kepada Disway belum lama ini. Menurutnya, pengalaman itu telah membentuk dirinya menjadi pengusaha. Intervensi dan pengaruh orang tuanya tergolong kecil dalam riwayat perjuangannya mendaki tangga bisnis. Kata Donna, ayahnya bukan lah tipe seseorang yang memberikan kemudahan-kemudahan kepada anak-anaknya. Tak pula Awang Faroek memberikannya modal usaha dalam jumlah besar. “Bapak itu bukan tipe orang tua yang gini. ‘Ini saya kasih duit. Kamu bikin usaha’. Enggak gitu bapak itu,” jelasnya. “Bapak saya itu bukan orang yang memanjakan anak-anaknya dengan fasilitas uang. Modal dan lainnya. Kalaupun dibantu orang tua. Ya wajarlah. Tapi semuanya saya lakukan sendiri,” lanjut Donna. Saat Awang Faroek menjadi bupati dan gubernur, ia bukanlah orang yang memiliki uang yang berlimpah. Karena itu, Donna lebih banyak berusaha sendiri untuk membesarkan usahanya. Namun tidak berarti Donna tak mengambil pelajaran dari ayahnya. Dia mengenal Awang Faroek sebagai pribadi yang tidak pernah pantang menyerah dan sangat disiplin. “Kalau dia ingin sesuatu, itu harus dicapai. Jadi dia orang yang semangatnya luar biasa. Itu yang belum bisa saya ikuti,” katanya. Donna membangun berbagai jenis usaha. Beragam usaha itu dibangunnya sejak lama. Usaha-usaha tersebut diserahkan kepada orang-orang kepercayaannya. Setiap bulan dia hanya menerima laporan dari para karyawannya. Karena itu, Donna bisa konsen menjalankan tugas, mendampingi anak dan orang tuanya di Jakarta. Meski usaha yang dibangunnya tidak berskala besar. Tetapi usaha itu banyak. Tak sedikit pula orang-orang terlibat dalam bisnisnya. Donna tergolong pribadi yang senang memberdayakan orang lain. Mereka yang terlibat di usahanya tidak semata bekerja. Tetapi juga diberikan kepercayaan untuk belajar berwirausaha. “Saya mendorong mereka untuk berdiri sendiri. Mandiri. Jangan berfikir selesai kuliah jadi PNS. Kalau berusaha, kita yang mengatur waktu. Kalau jadi PNS, waktu yang mengatur kita,” katanya. Kerja kerasnya dalam berwirausaha berbuah hasil. Dia dilirik Presiden Joko Widodo. Pada 27 Agustus 2018, Donna dipanggil ke Istana. Sebagai generasi kedua konglomerat Indonesia. Dia diundang bersama 25 orang pengusaha kelas atas Indonesia. Donna mewakili Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Kaltim. Hal itu dapat disebut kesuksesan tersendiri. Sebab dia berada di tengah-tengah pengusaha kelas atas yang namanya moncer di publik Indonesia. Seperti Rosan P Roeslani (Ketua Umum Kadin Indonesia), Garibaldi Thohir (Adaro), Anindya N. Bakrie (Bakrie Group), dan Muki Hamami (Trakindo Utama). Untuk mencapai tangga sukses seperti yang diraihnya saat ini, Donna menyebut, hal itu tidaklah mudah. Dibutuhkan kemauan yang keras, konsistensi, kesabaran, dan ketekunan. “Kemudian tidak mudah putus asa. Biasanya seseorang kalau sudah memulai sesuatu, sudah bertanya akan balik modal atau enggak. Kalau bangun bisnis, harus yakin berhasil,” katanya. Kata dia, kadang pikiran memengaruhi langkah seseorang. Apabila pikiran sudah memberikan sinyal kegagalan, maka ia akan gagal. Sebaliknya, jika sinyal kesuksesan yang ditanamkan, yang bersangkutan akan dengan gigih meraih impiannya. “Yakin aja semuanya bisa berhasil. Jangan putus asa dalam membangun usaha. Segala sesuatu butuh kesabaran. Omongan miring itu pasti ada. Tapi cuekin aja. Abaikan hal-hal yang begitu,” imbuhnya. Donna mengaku beberapa kali pernah jatuh dalam berwirausaha. Hal itu tidak menyurutkan langkahnya. Menurutnya, kegagalan dapat dijadikan pelajaran untuk menuai kesuksesan. Justru dengan kegagalan, ada pelajaran berharga yang dapat dipetik. “Itu menandakan Allah masih sayang kepada kita. Artinya kita dikasih ujian itu, supaya membuat kita semakin dewasa. Lebih bijaksana. Kita tidak mungkin berhasil kalau kehidupan kita tenang-tenang aja. Dalam usaha itu memang harus jatuh bangun,” tegasnya. (eny)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: