Secercah Harapan Dibalik Performa Persiba Balikpapan

Secercah Harapan Dibalik Performa Persiba Balikpapan

Ahmad Samsir Awal. --

Oleh: Achmad Syamsir Awal*

PERSIBA Racuni Nadiku. susunan kata-kata yang punya kekuatan magis. Kalimatnya sangat familier bagi penggemar tim asal Kota Balikpapan. Jadi pengingat untuk selalu bersama, saling menyatu, tak terganti, apalagi berpaling. Mendukung tanpa tawar-menawar, susah-senang bersama dan raih kejayaan itu bersama.

Persiba Balikpapan punya cerita panjang di persepakbolaan Indonesia. Berdiri 3 Agustus 1950, usia tak muda lagi. Satu-satunya tim yang tersisa dari era perserikatan di Kalimantan Timur.

Mendukung tim berjuluk Beruang Madu memang harus sabar, ikhlas, apalagi sejak terhempas dari Liga 1 musim 2016/2017, setelah 13 tahun berada di kompetisi tertinggi di Indonesia. Stadion Batakan jadi saksi bisu.

Masih teringat jelas bagaimana air mata suporter tak terbendung membasahi pipi, mereka menangis, ada yang melamun, termenung, diam tanpa kata meratapi klub kebanggaan degradasi ke Liga 2.

Pil pahit kepastian turun ke Liga 2 terjadi di depan ribuan pasang mata suporter Persiba. Kala itu, Persiba menelan kekalahan 3-4 dari tamunya Madura United di Stadion Batakan. Legenda Wasit asal Italia, Pierluigi Collina pernah berkata "Kematian dan kehidupan di satu tempat yang sama".

Collina memimpin partai final UCL Manchester United vs Bayern Munich musim 1998/1999. Dia melihat di kubu Bayern Munich seperti pemakaman, pemain Bayern Munich berjatuhan sambil menangis. Apa yang dikatakan Collina sudah cukup menggambarkan situasi yang terjadi di Persiba saat terdegradasi ke kasta kedua.

Bermain di kasta kedua, manajemen Persiba saat itu tebar janji hanya satu musim dan kembali ke Liga 1 di tahun berikutnya. Kepengurusan berganti, pelatih, pemain silih berdatangan. Namun, Beruang Madu tampak "cukup nyaman" berada di Liga 2.

Performa Persiba tak pernah benar-benar stabil, underperform. Target setiap musim memang kembali ke Liga 1. Namun, jelang akhir kompetisi malah berjuang untuk sekadar bertahan di Liga 2 atau degradasi ke Liga 3.

Tujuh tahun berada di kasta kedua, bukan kembali ke Liga 1, klub yang dulu bernama PS Belalang diawal terbentuk dan berganti nama Persiba dekade 60an malah merosot ke kompetisi semi profesional, Liga 3, kini dikenal PNM Liga Nusantara.

Di kompetisi ini Persiba menargetkan tak ingin berlama-lama, hanya 1 musim. Ambisi untuk naik kasta dapat dilihat dengan menggaet pemain-pemain yang punya nama mentereng di sepak bola Indonesia.

Di bawah Presiden Klub Persiba, Cindara Rahmad, putri Wali Kota Balikpapan, Rahmad Mas'ud. Transformasi dimulai dengan mendatangkan pemain-pemain berkualitas dan kenyang pengalaman.

Ada Herman Dzumafo Epandi, Ferdinand Sinaga, I Gede Sukadana, Abdul Rachman. Tiga nama terakhir merupakan mantan pemain Timnas Indonesia.

Kembali merekrut Bryan Cesar yang merupakan putra asli Balikpapan. Selain itu, berhasil mengamankan tanda tangan Habibi dan Lorensius Amanat Sabda untuk tetap membela Persiba.

Di jajaran pelatih, Persiba merekrut Mohammad Nasuha untuk membesut tim yang pernah berjuluk Selicin Minyak. Mantan pemain Timnas Indonesia berposisi full-back kala masih aktif bermain menggantikan Amir Yusuf Pohan, didepak Persiba usai melakoni tiga laga awal di Grub B.

Rekrutan yang dilakukan manajemen Persiba berikan secercah harapan, ada peluang naik kasta. Di atas kertas komposisi, materi pemain cukup menjanjikan, benar-benar skuad seimbang tiap lini, perpaduan pemain muda-pengalaman benar-benar ciamik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: