Indosat Kembangkan Mitigasi Seluler lewat Digitalisasi Konservasi Mangrove

Indosat Kembangkan Mitigasi Seluler lewat Digitalisasi Konservasi Mangrove

Nomorsatukaltim.com - Indosat Ooredoo Hutchison aka IOH, mengembangkan mitigasi berbasis seluler. Langkah ini sebagai upaya meningkatkan ketahanan lingkungan dan ekonomi Indonesia.

IOH turut menggandeng Global System for Mobile Communication Association atau GSMA. Kolaborasi tersebut menjadi salah satu inisiatif menangani dampak perubahan iklim dunia yang diaplikasikan dalam program: Digitalisasi Konservasi Mangrove, di Kalimantan Utara.

President Director and CEO Indosat Ooredoo Hutchison, Vikram Sinha, mengatakan isu perubahan iklim dunia telah menjadi perhatian global. Diperkirakan bisa berimbas signifikan bagi kelestarian ekosistem makhluk hidup.

Melalui kolaborasi itu, menurut Vikram, langkah nyata menangani isu perubahan iklim ditempuh lewat pemanfaatan teknologi digital.

Vikram menjelaskan program Digitalisasi Konservasi Mangrove sebagai kelanjutan dari penandatangan nota kesepahaman di Barcelona, Spanyol pada Maret 2023.

“Sejalan komitmen Pemerintah yang akan meningkatkan ketahanan lingkungan.  Sekaligus meningkatkan perekonomian bagi masyarakat sekitar dan mempercepat pertumbuhan ekonomi bangsa,” papar Vikram, saat jumpa pers di Balikpapan, Senin (22/5/2023).

Ia menerangkan, implementasi MoU itu diwujudkan dalam dua bentuk kegiatan.

Pertama, pemetaan wilayah laut dan pesisir dengan menggunakan Open source and  Geospatial Mapping di wilayah pesisir dan laut Kalimantan Utara khususnya di Desa Setabu, Kecamatan Sebatik Barat.

Program ini akan melibatkan masyarakat dan  tokoh sekitar dengan menggunakan aplikasi Qfiled yang dapat diperbarui secara berkala.

"Kita berupaya memberdayakan masyarakat. Membawa teknologi ke pedesaan," jelasnya.

Dengan aplikasi Qfield, Indosat bersama GSMA, BMZ dan GIZ juga memberi pelatihan pemetaan untuk memetakan area wilayah pesisir dan pantai. Sekaligus memproduksi digital map untuk kegiatan selanjutnya.

Keberhasilan dari kegiatan ini dapat dimanfaatkan untuk disosialisasikan kepada pelaku usaha lain serta melindungi mangrove dalam jangka panjang.

Kegiatan kedua, lanjut Vikram, memperkenalkan solusi digital berbasis Internet of Things (IoT) kepada para petambak udang lokal untuk memantau kadar air dalam tambak, khususnya yang berdekatan dengan wilayah tumbuh mangrove.

Tujuannya agar produktivitas tambak-tambak kecil meningkat serta menghindari mangrove dari ancaman penebangan para petambak besar.

“Digitalisasi akan mampu mengurangi dampak kerusakan alam dan memaksimalkan pelbagai potensi yang belum tersentuh untuk meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar," paparnya.

"Indosat akan terus memposisikan diri sebagai kolaborator utama untuk memberdayakan Indonesia,” imbuh Vikram.

Program berkelanjutan ini turut didukung Kementerian Federal Jerman untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (BMZ), dan Deutsche Gesellschaft fur Internationale Zusammenarbeit (GIZ), Universitas Borneo Tarakan, Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara, dan Pemda Sebatik Barat.

Berbagi Dividen

Emiten telekomunikasi PT Indosat Tbk atau Indosat Ooredoo Hutchison memperkirakan kinerja pendapatan tahun ini dapat tumbuh sejalan dengan pertumbuhan Produk Domestik Bruto.

Emiten ini membagikan dividen dari laba bersih 2022 perseroan sebesar Rp 2,06 triliun kepada pemegang sahamnya. Dividen yang akan dibagikan Indosat setara dengan Rp 255,7 per saham, atau sebesar 43,6 persen dari laba bersih di tahun 2022, yang sebesar Rp 4,72 triliun.

"Dividen akan dibayarkan paling lambat pada 15 Juni 2023," jelas Vikram. Adapun sisanya  sebesar Rp 2,66 triliun akan dialokasikan ke saldo laba ditahan.

Vikram bilang, kesuksesan perusahaannya paska merger hasil dari kerja keras seluruh karyawan, kolaborasi para mitra, loyalitas para pelanggan, dan trust dari para pemegang saham.

"Kami menyampaikan terima kasih atas dukungan yang tidak pernah berhenti agar Indosat dapat menghadirkan pengalaman telekomunikasi digital berkelas dunia. Menghubungkan dan memberdayakan masyarakat Indonesia," paparnya.

Saat ini pihaknya fokus pada pengembangan layananan yang diinginkan masyarakat.

Indosat, misalnya, menawarkan 3GB seharga Rp 35 ribu atau setara $ 2,30 dolar AS, tanpa biaya atau ketentuan tambahan. Tarif kompetitif dan transparan, didukung kualitas jaringan telah menjadi kekuatan IOH saat ini.

Meski begitu, pihaknya mengakui kadang jaringannya tetap masih mengalami gangguan. Dengan harga kompetitif, hal itu dinilai wajar. Sebagai perbandingan, di Amerika atau Eropa, pengeluaran pulsa pelanggan per bulan bisa mencapai Rp 400-600 ribu. Berbeda dengan pengguna di Indonesia yang rerata di hanya di kisaran Rp 100-200 ribu.

"Jauh jaraknya," tutur Vikram, tertawa.

Apalagi selama dua tahun terakhir pihaknya terus meningkatkan kualitas network performance, dengan mempercepat intergrasi jaringan. Meski menghadapi tantangan yang tak mudah, integrasi jaringan antara Indosat Ooredoo dan Three Hutchison Indonesia diupayakan bisa mencapai target. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: