Ada Proyek IKN dan Kilang Balikpapan, Pertumbuhan Ekonomi Kaltim Kok Loyo?

Ada Proyek IKN dan Kilang Balikpapan, Pertumbuhan Ekonomi Kaltim Kok Loyo?

Samarinda, Nomorsatukaltim.com - Banyak proyek nasional ada di Kalimantan Timur. Tapi pertumbuhan ekonomi Kaltim masih kalah dibandingkan dengan provinsi lain di Pulau Kalimantan. Bahkan berada di posisi  paling buncit. Lha kok bisa? Berdasarkan data BI Perwakilan Kaltim, pertumbuhan ekonomi Kaltim di triwulan IV 2022 tercatat tumbuh sebesar 6,47 persen (yoy) atau meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,28 persen (yoy). Adapun pertumbuhan ekonomi di regional Kalimantan, Kalteng menempati posisi teratas dengan 6,45  persen.  Disusul Kaltara  sebesar  5,34 persen,  Kalsel 5,11  persen dan Kalbar 5,07  persen. Kaltim sendiri, sepanjang periode 2022, pertumbuhan ekonominya cuma 4,48  persen. Lebih lanjut, tingkat pertumbuhan sepanjang tahun 2022 juga menunjukkan pertumbuhan yan siginifikan, yakni tumbuh sebesar 4,48 persen (ctc). Atau lebih tinggi dibanding capaian pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2021 yang tumbuh sebesar 2,55 persen (ctc). "Berlanjutnya capaian pertumbuhan ekonomi Kaltim ini mencerminkan bahwa kondisi perekonomian terpantau on track dalam tren pemulihan," kata Kepala BI Pwk Kaltim Ricky P Ghazali melalui press rilisnya. Berdasarkan lapangan usaha (LU), capaian peningkatan ekonomi Kaltim triwulan IV 2022 bersumber dari hampir seluruh sektor utama. Pertumbuhan PDRB tertinggi berasal dari Transportasi dan Pergudangan yang tumbuh sebesar 14,40 persen (yoy). Peningkatan tersebut terjadi seiring dengan peningkatan mobilitas masyarakat saat Hari Besar Keagamaan dan Nasional (HBKN) Natal dan Tahun Baru (Nataru). Sementara itu sektor pertambangan dan penggalian yang memiliki pangsa sebesar 54,53 persen dari total PDRB, sekaligus menjadi lapangan usaha utama penopang perekonomian Kaltim. Sektor ini juga tumbuh sebesar 5,74 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,63 persen (yoy). "Pertumbuhan tersebut seiring dengan pengejaran target produksi batu bara oleh korporasi, tren harga batu bara acuan (HBA) yang masih tinggi, juga peningkatan permintaan batu bara yang didorong oleh perkembangan kondisi geopolitik dan perluasan pasar," ulasnya. Dari sisi pengeluaran, seluruh komponen mengalami pertumbuhan positif kecuali kinerja impor. Kinerja ekspor Kaltim tumbuh 5,25 persen (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,40 persen (yoy). Peningkatan ini sejalan dengan kondisi neraca perdagangan Kalimantan Timur yang mengalami surplus US$30,63 miliar sepanjang tahun 2022, atau tumbuh sebesar 47,03 persen, serta ekspor non migas yang meningkat signifikan sebesar 49,22 persen. Selanjutnya, kinerja investasi tercatat tumbuh positif sebesar 8,32 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,90 persen (yoy). Pertumbuhan yang signifikan tersebut terjadi seiring dengan terus berlanjutnya pembangunan infrastruktur Ibu Kota Nusantara (IKN). Adapun perekonomian triwulan I 2023 diperkirakan  masih akan tumbuh positif, meski sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Prakiraan ini didorong oleh tingginya curah hujan di awal tahun 2023 serta pola seasonal produksi korporasi batu bara yang cenderung sedikit di awal tahun. Namun demikian, terdapat beberapa upside risk yang dapat mendorong prakiraan pertumbuhan ekonomi Kaltim, diantaranya masifnya pembangunan konstruksi IKN, serta mobilitas masyarakat dan kegiatan ekonomi daerah yang didorong oleh momen puasa Ramadhan dan menjelang HBKN Idul Fitri. Berbagai langkah strategis terus dilakukan untuk menjaga momentum pertumbuhan di Kaltim. Pengendalian inflasi agar tetap stabil dan terkendali dilakukan untuk menjaga pertumbuhan ekonomi yang pro-stability. Selain itu, pertumbuhan ekonomi yang pro-growth juga perlu dijaga melalui pengembangan UMKM berdaya saing, pembukaan dan penguatan sektor produktif yang mendorong pertumbuhan inklusif seperti pariwisata, penguatan hilirisasi komoditas utama dan komoditas ekspor Kaltim untuk menciptakan nilai tambah, serta perluasan digitalisasi ekonomi dan keuangan daerah. Harusnya Bisa Naik Akademisi Fekon Unmul Haerul Anwar mengatakan pertumbuhan positif tersebut tetap harus disyukuri. Meski pun landai. Dibandingkan saat pandemi lalu, katanya saat ini justru lebih bagus. Terkait pertumbuhan yang lambat se-Kalimantan, menurutnya hal itu wajar. "Memang lambat dan rendah, tapi size, ukuran kebutuhan Kaltim ini besar. Itu yang membuat pertumbuhan kita lebih lambat," katanya saat dikonfirmasi melalui seluler, Minggu (13/2/2023). Dia menganalogikan dengan Singapura dan Indonesia di Asia Tenggara. Katanya pendapatan domestik regional bruto (PDRB) Singapura masih kalah dengan Indonesia. Tapi pertumbuhannya terbilang cepat. Karena ukuran untuk kebutuhan di Singapura terbilang kecil dengan jumlah penduduknya  yang sedikit. Berbeda dengan Indonesia yang kebutuhan konsumsi dan lainnya jauh lebih besar. "Analogi lainnya orang gendut dan kurus. Orang gendut kebutuhannya banyak, sementara orang kurus sedikit. Tapi kalau disuruh lari, orang gendut pasti kalah," katanya membandingkan. Sehingga tidak salah pula kalau struktur ekonomi Kaltim terbilang lebih tinggi di Kalimantan. Dari data BI Kaltim, kontribusi Bumi Etam justru paling besar yakni 52,14 persen. Disusul Kalbar sebesar  14,48  persen, Kalsel sebesar  14,22  persen,  Kalteng sebesar  11,32  persen  dan Kaltara  sebesar  7,85  persen. Meski begitu Codi juga berharap pemprov Kaltim bisa menaikkan angka pertumbuhan ekonomi tersebut. Setidaknya 5 bahkan 6 persen untuk periode 2023. "Semua bahan baku di Kaltim ini ada. Ingredient nya lengkap. Tinggal gimana maintenance nya saja." Masukkan lain adalah pemerataan. Secara makro mungkin pertumbuhan positif tersebut terdengar manis. Tapi realisasinya belum tentu. Pemerintah dan stakeholder terkait jangan terlampau tergiur dengan manisnya angka-angka makro tersebut. "Tapi harus jadi pembangkit di sektor rill, menyentuh semua lapisan masyarakat. Sehingga PDRB ini bersifat inklusif, tidak eksklusif hanya untuk yang punya akses ke atas saja," pesan dosen Fekon itu. (*)   Editor: Boy Baharunsyah      

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: